Monday, June 21, 2021

Balada Krupuk (Pengalaman Lampau di Puren)

Di dalam https://jagokata.com/ diketemukan arti kata maniak: 1) orang yang tergila-gila akan sesuatu, dan 2) orang yang sangat menyukai sesuatu.

 

Barangkali kisah ini lebih berkaitan dengan arti nomor 2. Ini adalah kisah tentang menu untuk makan. Tampaknya di kalangan orang Jawa ada menu yang dapat dikatakan “sebaiknya” “harus” ada. Kata “sebaiknya” diberi tanda petik tersendiri disamping kata “harus”. Disebut sebaiknya karena menu tersebut kalau tidak ada tidak akan mengurangi bobot yang disantap sebagai santapan sehat sesuai dengan tuntutan ilmu gizi. Menu tersebut hanya menambah rasa nyaman tetapi kandungan gizinya dapat dikatakan tidak ada. Tetapi kalau ada kata “harus”, hal ini tampaknya berkaitan dengan bawaan kultural kuliner orang Jawa dalam menyantap makan pagi, siang, dan sore. Orang Jawa dapat mengatakan bahwa absennya menu tersebut dapat membuat santapan terasa cemplang. Dari https://kbbi.web.id/  dapat disimpulkan bawa kata Jawa cemplang berarti: 1) kurang berasa, hambar, 2) kurang menarik; kurang dapat dinikmati karena menyimpang dari kebiasaan dan sebagainya.

 

Sebenarnya yang mau dikisahkan adalah kerupuk. “Kerupuk atau krupuk adalah makanan ringan yang pada umumnya dibuat dari adonan tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan” (https://id.wikipedia.org/) Dan kisah ini terjadi di kalangan para rama lansia yang tinggal bersama di rumah tua. Barangkali karena sudah menjadi bawaan kultural kuliner sejak kecil, berapapun banyaknya jumlah kerupuk ketika makan, tidak perlu sampai lima hari tentu sudah ludes. Dan model kerupuk yang amat disukai adalah yang terbuat dari pati kanji berbentuk bulat berlobang-lobang.

 

Saking nikmatnya rasa kerupuk, menu amat sederhana ini ternyata membantu aku yang harus membangun kebiasaan menu baru dalam makan. Pada suatu hari ada tamu yang keheranan melihatku sedang menyantap apel. “Rama sedang makan apa?” tanya tamu itu yang  kujawab “Apel”. Tamu itu bertanya lagi “Kok pakai kerupuk?” dan jawabku “Biar enak”. Maklumlah karena kini aku harus menyingkiri makanan harian yang jadi maniakku. Aku harus banyak makan buah. Padahal aku tidak menyukai buah apapun. Akupun belajar makan buah dan yang dapat kumaui adalah apel. Itupun harus dilauki krupuk. Kerupuk memang telah menjadi sahabat batin kami serumah. Maka ketika sedang disuapi puding oleh karyawan, salah satu rama, yang sudah tak lancar makan sendiri, tangan kirinya juga memegang kerupuk. “Enak ya, makan puding dengan lauk krupuk?” tanya rama di sampingnya.

No comments:

Post a Comment

Jadi Katekumen Masuk Sorga Minggu 5

    "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Ker...