Friday, August 30, 2024

Tim Pelayanan Katekese Periapan Hidup Berkeluarga Gondang

Suasana memang amat ceria penuh kegembiraan. Sebenarnya acaranya diberi nama rekoleksi. Tetapi isinya terkemas dalam pembicaraan santai yang bisa diinterupsi dengan kata-kata spontan para peserta. Itulah yang terjadi pada 23 orang yang tergabung dalam Tim Pelayanan Katekese Persiapan Hidup Berkeluarga yang merupakan Tim Kerja dari Paroki Gondang. Mereka mengadakan rekoleksi di Domus Pacis Santo Petrus pada hari Minggu 25 Agustus 2024 dari jam 08.00-11.30. Acara memang dimulai dengan minum teh dan makanan kecil yang disajikan oleh Domus. Sesudah pembuka Rm. Bambang diminta menjadi pembicara mulai jam 08.45. Tema yang dibicarakan adalah Ada Yang Lama, Ada Yang baru. Pembicaraan tema itu dilatarbelakangi oleh upaya memadukan para anggota tim antara yang sudah tua bahkan lansia dan yang masih muda. Rm. Bambang memulai pembedaan generasi yang dalam psikologi dibedakan dengan tahap-tahap perkembangan usia. Dia juga mengulas golongan tua dan muda berdasarkan orientasi sosiologis yang secara gaul disebut kaum jadul (jaman dulu) dan generasi milenial, Ketika Rm. Bambang bertanya "Sebetulnya apa inti yang membedakan kaum tua dan muda?", ternyata pengalaman dijadikan pembeda inti. Kaum tua dianggap memiliki pengalaman lebih banyak dibandingkan dengan yang muda. Di sini Rm. Bambang mengetengahkan pemahaman pengalaman sebagai realita atau hal-hal kongkret yang dihadapi yang masuk dalam hati dan menjadi permenungan atau dipikir-pikir. Pengalaman terjadi pada seseorang yang biasa menginternalisasi (memasukkan dalam hati dan merenungkan) apapun yang dihadapi baik besar atau kecil, sederhana harian atau khusus. Maka, sekalipun berumur amat lansia 90an tahun, kalau kurang biasa berhening merasa-rasakan dan memikirkan dalam hati, orang bisa dangkal pengalaman. Sebalinyanya, walau masih remaja, kalau biasa menderita dan biasa menyimpan dan memikirkan dalam hati, dia bisa mengalami kematangan pengalaman. Berdasarkan dinamika batin seperti itu, kalau kini zamannya disebut milenial, yang muda belum tentu jadi sosok milenial kalau tak biasa melakukan internalisasi dalam relung hati peristiwa-peristiwa kongkret yang terjadi pada masa kini. Sebaliknya itu biasa dilakukan oleh yang sudah lansia, dia bisa jadi lansia milenial. Ini semua bagi orang Kristiani harus menjadi derap olah rohani sebagaimana Bunda Maria yang biasa "menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya." (Luk 2:19) Dengan ini kita dapat seperti Bunda Maria yang sadar akan jati diri sebagai hamba Allah untuk menjalani sabda-Nya (band Luk 1:38). Dengan sungguh beriman, yaitu ikut Tuhan Yesus dalam perkembangan situasi hidup dan budaya setempat, orang bisa terbuka pada apapun dan siapapun termasuk yang tidak cocok bahkan berseberangan. Yang seperti ini pasti bisa ceria dalam keadaan apapun dan hidup bersama dengan siapapun.

No comments:

Post a Comment

Rm. Vikjen Menginap Domus

Pagi itu, ketika waktu makan Sabtu 14 September 2024, suasana makan sungguh terisi banyak tawa. "Alatnya benar atau salah?" tanya ...