diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 05 Desember 2013 Diperbaharui: 24 November 2020 Hits: 31528
- Perayaan27 Agustus
04 Mei (Gereja Orthodox Timur) - LahirSekitar tahun 322
- Kota asalTagaste - Afrika Utara (sekarang wilayah Aljazair)
- Wilayah karyaAfrika Utara - Roma Italia
- Wafat
- Tahun 387 di Ostia, Italia - Oleh sebab alamiah
- Kanonisasi
- Pre-Congregation
Santa Monika lahir di Tagaste, Afrika Utara dalam sebuah keluarga Kristen yang saleh. Ketika berusia 20 tahun, ia dinikahkan dengan Patrisius, seorang pemuda kafir yang cepat panas hatinya. Dalam kehidupannya bersama Patrisius, Monika mengalami tekanan batin yang hebat karena ulah Patrisius dan juga putranya Agustinus. Patrisius mencemoohkan dan menertawakan usaha keras Monika mendidik Agustinus menjadi seorang pemuda yang luhur budinya. Namun semuanya itu ditanggung Monika dengan sabar, sambil tekun berdoa memohon campur tangan Tuhan. Bertahun-tahun lamanya tidak ada tanda apa pun bahwa doanya dikabulkan Tuhan. Baru pada saat-saat terakhir hidupnya, Patrisius bertobat dan minta dipermandikan. Monika sungguh bahagia dan mengalami rahmat Tuhan pada saat-saat kritis suaminya.
Ketika itu Agustinus berusia 18 tahun dan sedang menempuh pendidikan di kota Kartago. Cara hidupnya semakin menggelisahkan hati ibunya karena telah meninggalkan imannya dan memeluk ajaran Manikeisme yang sesat itu. Lebih dari itu, di luar perkawinan yang sah, ia hidup dengan seorang wanita hingga melahirkan seorang anak yang diberi nama Deodatus. Untuk menghindarkan diri dari keluhan ibunya, Agustinus pergi ke Italia. Namun ia sama sekali tidak bisa luput dari doa dan air mata ibunya.
Monika berlari meminta bantuan kepada seorang uskup. Kepadanya uskup itu berkata: “Pergilah kepada Tuhan! Sebagaimana engkau hidup, demikian pula anakmu, yang bagimu telah kaucurahkan banyak air mata dan doa permohonan, tidak akan binasa. Tuhan akan mengembalikannya kepadamu.” Nasehat pelipur lara itu tidak dapat menenteramkan hatinya. Ia tidak tega membiarkan anaknya lari menjauhi dia, sehingga ia menyusul anaknya ke Italia. Di sana ia menyertai anaknya di Roma maupun di Milan.
Di Milan, Monika dan putranya bertemu dengan Uskup Santo Ambrosius yang kudus. Akhirnya oleh teladan dan bimbingan Santo Ambrosius, Agustinus bertobat dan bertekad untuk hidup hanya bagi Allah dan sesamanya. Saat itu bagi Monika merupakan puncak dari segala kebahagiaan hidupnya. Hal ini terlukis di dalam kesaksian Agustinus sendiri perihal percakapan mereka tentang perjalanan kembali ke Afrika :
Dalam tulisan lain, Agustinus mengisahkan pembicaraan penuh kasih antara dia dan ibunya di Ostia Roma :
Beberapa hari kemudian, Monika jatuh sakit. Kepada Agustinus, ia berkata: “Anakku, satu-satunya yang kukehendaki ialah agar engkau mengenangkan daku di altar Tuhan.”
Ibu yang luar biasa ini wafat pada tahun 387 M di Ostia, Roma. Kisah hidupnya membuktikan kepada kita bahwa doa yang tak kunjung putus, akan selalu didengarkan Tuhan.
No comments:
Post a Comment