Bekerja adalah kekhasan manusia. Hewan tak bekerja tetapi dipekerjakan atau jadi alat kerja manusia. Di dalam ilmu filsafat ada konsep HOMO LABORENS. Itu dari kata bahasa Latin homo yang berarti manusia dan kata kerja laborare yang berarti bekerja. Di dalam https://www.majalahduta.com/2023/03 Rm. Bambang menemukan artikel berjudul Manusia Menjadi Dirinya dalam Homo Laborens. Di situ dia tertarik pada pernyataan "Penghargaan kekristenan atas pekerjaan manusia itu tidak dapat disebut berlebihan, karena di dalam Kitab Kejadian sendiri, Yahwe Allah menugaskan manusia berkarya dengan, menaklukkan bumi dan segala isinya. ..... Karena itu pula, hakekat manusia begitu menyatu dengan pekerjaannya, sehingga manusia disebut makhluk yang bekerja, atau dalam bahasa latin disebut Homo Laborens." Kata-kata ini sungguh meneguhkan Rm. Bambang yang dalam segala keterbatasan karena kelansiaan dan kedifabelan menjalani kegiatan sesederhana dan sekecil apapun. Bekerja berarti melakukan kegiatan yang menghadirkan pengembangan diri. Ada kerja sebagai aktivitas harian bukan untuk cari uang, dan ada kerja yang menghadirkan uang.
Berbekal ketrampilan terbatas kemampuan medsos, Rm. Bambang setiap hari bisa mengirim tayangan pewartaan. Dengan kerja mengirim setiap hari meski sedikit dia sering menemukan sedikit pengembangan pengetahuan dan ketrampilan digital. Pada saat ini Rm. Bambang mendapatkan kesibukan menerima pesanan-pesanan buku CERIA TAK MERANA. Buku itu berisi sharing pengalaman menjadi lansia sejak 1 Juli 2010 hingga kini. Dia sudah cukup lama melakukan kegiatan mengirim paket-paket kalau ada terbitan baru buku tulisannya. Dia mengalami penggunaan beberapa jasa pengiriman paket. Tentu saja pengiriman paket yang dilakukan oleh Rm. Bambang tidak berskala besar seperti pengusaha. Ini hanya paket dari individu Rm. Bambang ke individu lain buah dari hubungan personal. Memang hubungan individual, selain dari perjumpaan face to face, pada saat ini banyak terjadi lewat medsos. Maklumlah, kini Rm. Bambang 92% banyak berada dalam kamar sendirian. Meskipun hanya bekerja membungkus-bungkus paket buku, karena yang melakukan pengiriman adalah Bu Rini, kini Rm. Bambang menyadari perkembangan jasa pengiriman paket. Beaya pengiriman memakai jasa swasta dulu dirasa lebih mahal. Ternyata kini ada jasa pengiriman bermacam-macam. Dengan bantuan Bu Rini, Rm. Bambang mendapatkan jasa pengiriman yang relatif dirasa murah. Beraya memang ditentukan oleh jauh dekatnya tujuan pengiriman dan berat ringannya barang. Rasa murah Rm. Bambang didasarkan oleh contoh pengalaman berikut : mengirim 4 buku ke Ungaran, kena beaya Rp. 5.000; ke sesama Jogja, tetapi masuk kampung, kena Rp. 7.000 untuk 1 eks.; 10 eksemplar ke Serpong jasa pengiriman memungut Rp. 10.000. Kemacamragaman jasa pengiriman paket mungkin banyak diketahui oleh para pengusaha atau khalayak jaman kini. Tetapi, barangkali, untuk kaum lansia pada umumnya termasuk Rm. Bambang kurang tahu aneka macam jasa seperti itu. Maka, Rm. Bambang sebagai bagian kaum lansia sungguh bersyukur. Hanya dengan kesibukan kerja kecil boleh ikut tahu sedikit dari perkembangan yang pasti amat besar dan banyak di zaman kini.
No comments:
Post a Comment