"Ada kisah diwaktu Tuhan menciptakan dunia seisinya termasuk hewan dan manusia. Pada suatu saat Tuhan membagi-bagi umur tetapi manusia datang terlambat. Persediaan umur tinggal 25 tahun. Manusia mengeluh mengapa sebagai tuan segala ciptaan hanya mendapatkan bagian 25 tahun. Kemudian Tuhan meminta manusia menemui hewan yang bisa berbagi umur. Dia berjumpa dengan kuda dan kemudian mendapatkan tambahan 25 tahun. Kurang puas manusia menemui hewan lain dan berjumpa anjing. Dapat tambahan 25 tahun. Masih kurang, manusia pergi lagi dan berjumpa monyet yang juga memberinya 25 tahun. Akhirnya manusia masih berjumpa dengan satwa lain, yaitu ular. Ular mempersilahkan manusia mengambil bebas umur berapa tahunpun karena asal masih berganti kulit tak akan kehabisan umur. Maka umur manusia itu 25 tahun. Dari 26-50 tahun itu umur kuda yang membuat orang suka ke sana-sini negar (nerlari-lari) ke berbagai tempat. Usia 51-75 tahun membuat manusia seperti anjing sunggang menggonggong. Dia terdiam jinak kalau yang digonggonggi berjongkok. Umur 76-100 menjadikan orang seperti kera yang suka mbeker-mbeker (memarahi kiri-kanan) dan sudah senang kalau ada yang lewat memberi sedikit yang diinginkan. Di atas itu orang mudah jadi seperti ular hanya mendelosorkan di di tempat tidur".
Ketika sedang makan bersama Rm. Hartanta dengan tertawa bilang "Kula mboten wantun omong kados wau nika" (Kalau saya tak berani omong seperti rama tadi). Dalam benak Rm. Bambang muncul sosok almarhum rama sepuh ketika Rm. Bambang baru 1 atau 2 tahun tahbisan. Rama sepuh itulah yang memberikan kisah yang tadi diomongkan. Pada waktu itu sang rama sepuh meminta Rm. Bambang menyampaikan di muka publik rama-rama yang sedang merayakan ulang tahun salah satu rama. Rm. Bambang pada waktu itu menjadi MC perayaan. Tetapi Rm. Bambang sama sekali tak menceritakan. Ketika rama sepuh bertanya "Kok mau ora muni?" (Mengapa tadi tidak diceritakan?), Rm. Bambang menjawab "Mboten wantun" (Saya tidak berani). Maklumlah, pada waktu itu yang berulang tahun adalah rama sepuh seumur pemberi kisah.
No comments:
Post a Comment