Tuesday, October 31, 2023

Sumbangan Dana untuk Karyawan Oktober 2023

Ada berita bahwa Rm. Budyopranoto pada Rabu 1 November 2023 akan dibawa ke Jogja. Kini beliau berada di Domus Pacis Albertus, Semarang. Katanya, beliau memang diputuskan oleh uskup untuk tinggal di Domus Pacis Santo Petrus, Kentungan. Tetapi dari Semarang beliau akan dimasukkan ke RS Panti Rapih lebih dahulu.


Dengan latarbelakang itu maka para romo yang akan tinggal di Domus Pacis ada 15 orang. Dari 15 orang hanya Rm. Hartanta, direktur Domus Petrus, yang tidak berkursi roda. Dari 14 orang hanya 1 orang yang bisa mandi dan urusan KM dan WC sendiri. Dari 14 orang romo sepuh, di tambah Rm. Budyo akan ada 7 orang selalu berada dalam kamar untuk penjagaan dan pelayanan ekstra. Sementara itu dari 14 orang romo sepuh 13 orang sudah harus dibantu dalam banyak hal. Pada saat ini ada 15 orang tenaga yang bekerja di Domus Petrus. Tiga orang menjalankan tugas khusus : cleaning service untuk gedung 3 lantai, cuci dan setrika pakaian para romo sehari sekitar 20 Kg, dan masak untuk semua penghuni Domus dengan pelayanan khusus diet untuk 13 romo. Ada beberapa romo yang membutuhkan penjagaan 24 jam sehari. Setiap hari selalu ada tenaga yang libur dan yang lembur. Pada malam hari yang siaga 6 atau 7 orang tenaga. Yang jelas para karyawan harus terjaga stamina raga dan jiwanya. Maklumlah, selain kerentanan raga yang disandang oleh para romo sepuh, tidak sedikit yang kerap rewel dalam meminta pelayanan. Untuk ini semua Rm. Hartanta dalam menjaga stamina para karyawan memberikan honorarium di atas UMR. Tentu saja untuk lemburan-lemburan juga ada tambahan khusus. Memang, anggaran rutin dari Keuskupan masih membutuhkan tambahan. Puji Tuhan, sejak pertengahan Juli 2021 ada warga yang menghadirkan kepedulian dengan memberi sumbangan tambahan dana honorarium. Pada bulan Oktober 2023 ada 28 pengirim yang memberikan sumbangan. Secara keseluruhan Domus Petrus menerima sumbangan uang sebesar Rp. 11.270.000. Para pemberi sumbangan itu adalah :

1. PUPIP Ungaran, 2. Bapak Siswoto, 3. Ibu Ida, 4. Klp Yosefin, 5. Ibu Maria Kristina Dannie, 6. Ibu Wartini, 7. Ibu Christine, 8. Ibu Lucy, 9. Anna Maria (Ibu-ibu Bernardus Babadan), 10. Ibu Tri Nor Prasetyawan, 11. Ibu Dewi Anggraeni, 12. Ibu Yenyen, 13. Ibu Mamik, 14. Ibu Chatarina Gunarti, 15. Ibu Malya, 16. Ibu Haryono, 17. Bellissima Skin Clinic, 18. Ibu Bernadet Suwarni, 19. Bapak Rianto, 20. Ibu Lili Herawati, 21. Ibu Evy, 22. Ibu Harno, 23. Ibu Endang W, 24. Ibu Istiyono, 25. Ibu Hartati, 26. Ibu Eny Bernadet, 27. ML Setiyani Indrawati, 28. Kerahiman Ilahi Mungkid.

Beata Sibilina Biscossi

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 10 Mei 2017 Diperbaharui: 10 Mei 2017 Hits: 10072

  • Perayaan
    19 March
    1 November

    20 Maret (di kota Pavia, Italia)
  •  
  • Lahir
    Tahun 1287
  •  
  • Kota asal
    Pavia, Lombardy, Italia
  •  
  • Wafat
  •  
  • 19 Maret 1367 di Pavia, Italia - Sebab Alamiah
    Tubuhnya ditemukan tetap utuh pada tahun 1854.
  •  
  • Venerasi
    Tahun 1853 oleh paus Pius IX (cultus confirmed)
  •  
  • Beatifikasi
    Tanggal 17 Agustus 1854 oleh paus Pius IX
  •  
  • Kanonisasi

Beata Siblina Biscossi menjadi yatim piatu saat masih kanak-kanak. Ia tidak bersekolah dan telah bekerja sebagai pembantu rumah tangga sejak berusia 10 tahun. Pada usia 12 tahun ia menjadi buta dan tidak bisa bekerja lagi. Ia lalu diadopsi oleh sebuah komunitas kecil biarawati Dominikan di Pavia, Italia.

Dalam biara Sibilina mulai mengembangkan devosi kepada Santo Dominikus dan mengharapkan penyembuhan melalui perantaraannya. Ketika penglihatannya tidak kunjung membaik, Siblina mulai berpasrah diri dan tulus menerima kebutaannya. Kepasrahan dan ketulusan akan kebutaan mata fisiknya justru membuka mata rohaninya. Ia mulai menerima penglihatan dari Santo Dominikus yang memintanya untuk menjadi seorang biarawati Dominikan. Dan iapun menjadi seorang suster dalam usia yang masih sangat muda.

Pada usia 15 tahun suster Sibilina menjadi seorang SEKLUSE (pertapa yang tinggal dalam sebuah sel pertapaan yang dikunci selamanya) dan menghabiskan sepanjang waktunya dalam doa dan meditasi. Dalam keheningan sel pertapaannya, suster Sibiliana kerap menerima penampakkan dari Santo Dominikius dan para kudus lainnya. Banyak orang datang kepadanya untuk meminta nasehat dan doa penyembuhan. Kata-kata sederhana dari biarawati Dominikan yang buta mata dan buta huruf ini, selalu menyejukkan hati setiap mereka yang mendengarnya. Doa-doanya polos dan sederhana, namun penuh dengan Kuasa Ilahi yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Dalam waktu singkat, tempat pertapaannya menjadi tempat ziarah bagi masyarakat kota Pavia dan seluruh wilayah Italia. Setiap hari ratusan orang akan mengantri didepan jendela sel pertapannya.

Santa Sibiliana dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam Sakramen Ekaristi. Suatu ketika seorang imam melewati pertapaannya dalam perjalanan untuk memberi sakramen Ekaristi dan pengurapan orang sakit. Suster Sibilina memanggilnya dan mengatakan bahwa hosti yang dibawanya belum di konsekrasi. Sang imam memeriksa dan menemukan bahwa dia telah membawa hosti  dari wadah yang salah.

Suster Sibiliana tutup usia dengan tenang dalam sel pertapannya pada tanggal 19 Maret 1367. Ia dimakamkan di Gereja biara Dominikan di Pavia Italia. Dalam proses beatifikasinya ditahun 1854, makamnya dibuka dan jasadnya ditemukan tetap utuh.

Lamunan Hari Raya

Semua Orang Kudus

Rabu, 1 November 2023

Matius 5:1-12a

1 Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. 2 Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: 3 "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. 4 Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. 5 Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. 6 Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. 7 Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. 8 Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. 9 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. 10 Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. 11 Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. 12a Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga,

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, yang namanya konflik biasa membuat gelisah. Hubungan tidak baik membuat perasaan tidak mengalami ketentraman.
  • Tampaknya, sekalipun sudah hidup baik kalau selalu disalahkan akan membuat orang merasa jengkel. Apalagi kalau sudah membela yang baik dan selalu direcoki, orang bisa membalas yang menjahati.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun kena suara-suara sumbang bahkan menjatuhkan serta tindakan menyengsarakan, kalau itu demi ketaatan kepada suara relung hati, orang akan menghadapi dengan tenang dan justru menemukan kebahagiaan sejati. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang tak akan kehilangan keceriaan batin sekalipun mendapatkan perlakuan buruk atas kebaikannya.

Ah, kalau sudah baik dan selalu dicela, ya harus dibantah dong.

Jadi Kenangan atau Dilupakan?

Sebenarnya biasa saja kalau ada romo atau frater ikut Misa Komunitas Domus diajak makan malam bareng para romo sepuh. Sebenarnya peristiwa seperti itu biasa terjadi pada setiap hari Senin sore. Pada Senin sore Misa Komunitas Domus biasa dipimpin oleh salah satu romo dari Seminari Tinggi Santo Paulus. Tetapi pada Kamis sore 26 Oktober 2023 Frater Bene ikut Misa Domus. Bahkan dia mengerjakan persiapan alat-alat Misa dan kemudian menjadi lektor serta membantu membagikan Komuni dua rupa. “Mangké tumut dhahar nggih” (Nanti ikut bergabung makan malam ya) saya berkata kepada Frater seusai Misa yang sore itu saya pimpin.


Sudah Amat Tuakah?

Dari omong-omong selama makan saya menangkap bahwa Frater Bene sudah melewati masa TOP (Tahun Orientasi Pastoral). Itu berarti studinya sudah lewat S1 dan kini sedang menyelesaikan S2 sebagai syarat untuk Sakramen Tahbisan Imamat. Ternyata seusai makan masih terjadi omong-omong di antara Frater Bene, Rm. Jarot, dan saya. Ketika Frater bertanya siapa angkatan tahbisan saya, tentu saja saya jawab “Bersama Rm. Kartasudarma dan Rm. Heru”. Selain itu saya masih menambahkan bahwa saya pernah keluar 2 tahun dari Seminari Tinggi. Ketika masuk Seminari Mertoyudan saya bersama cukup banyak romo, yang dua di antaranya adalah Rm. Supriyanto dan Rm. Tri Hartono. Keduanya kini juga menjadi penghuni Domus Pacis Santo Petrus tetapi sudah di kamar terus.

Ketika saya menyebut nama Rm. Supriyanto dan Rm. Tri Hartono, dari mimik yang saya tangkap ternyata Frater tidak tahu atau belum pernah tahu. Tetapi ketika saya sebut nama “Romo Heru”, dia langsung menyahut “Oh, Romo Heru Purnomo, ya?” Ternyata Frater menyebut Rm. Heru yang kini berada di Paroki BSB Semarang tempat dimana dulu Frater Bene menjalani TOP. Rm. Jarot kemudian mengatakan bahwa Rm. Heru masih lebih bawah dibandingkan dengan beliau. Rm. Jarot kemudian berceritera bahwa saya sebagai Frater TOP menjadi salah satu pamong ketika beliau masuk tahun pertama di Seminari. Tentu saja Rm. Wardi, yang termasuk staf senior Seminari Tinggi, dikisahkan ada di tahun keempat atau tahun terakhir sebagai siswa Seminari Mertoyudan.

Dari omong-omong itu saya merasa bahwa bagi para calon imam baru saya termasuk angkatan yang jauh di luar cakrawala pemahaman angkatan imamat. Padahal umur saya baru 72 menuju 73 tahun. Jauh lebih muda dibandingkan dengan Rm. Jaya, Mgr. Blasius, dan Rm. Yadi para sesama penghuni Domus. Bahkan Rm. Suntara, Rm. Ria, dan Rm. Supriyanto masih lebih tua dari pada saya sekalipun sesama “kepala 7”. Sementara itu dalam hal usia Frater Bene masih di bawah 30 tahun. Kalau ikut tabisan pada tahun 2024, usia imamatnya berada 43 tahun di bawah saya. Apakah kalau sudah masuk 40 tahun imamat seseorang sudah masuk amat tua di kalangan kaum imamat balita?

Masuk Golongan Legend?

Ketika Frater bertanya tentang karya di paroki mana saja, saya mengatakan “Dua tahun di Klaten dan kemudian di Salam. Tetapi 27 tahun menjadi tenaga lembaga misioner”. Dalam omong-omong Rm. Jarot menambahkan bahwa saya ikut berperan dalam berdirinya Museum Misi Muntilan. Tiba-tiba Frater berkata bahwa saya “legend”. Istilah itu pernah saya dengar dari seorang anak muda ketika mengomentari saya. Sebenarnya mendengar kata legend saya menghubungkan dengan kata legenda yang dalam tangkapan saya menunjuk pada kisah mitologis. Legenda menjadi kisah yeng menghadirkan latar belakang atau asal mula terjadinya hal-hal yang menjadi kepercayaan rakyat.

Sehari kemudian entah bagaimana saya teringat kata legend yang diucapkan oleh Frater Bene. Saya merasa ada nuansa lain yang mengandung pengertian khusus. Karena sering saya tangkap muncul dalam omongan anak muda, saya yakin itu telah menjadi kosa kata dalam bahasa gaul. Itulah sebabnya saya mencari tulisan dalam google. Dari salah satu tulisan saya menemukan penjelasan tentang kata legend :

Istilah ini bertujuan untuk mengenang kembali objek atau hal yang pernah membuat berkesan bagi setiap orang.

Dalam bahasa gaul legend merupakan istilah untuk menyebut seseorang yang telah berjasa memberikan hiburan kepada orang lain dalam hal apapun. (https://madura.tribunnews.com/2023/02/05/arti-kata-legend-dan-gaje-dalam-bahasa-gaul-istilah-kekinian-populer-di-media-sosial-ada-contohnya?page=all)

Dengan pengertian itu saya terdorong untuk mengenang apa yang dalam diri saya menghadirkan kesan bagi banyak orang. Sebagai imam barangkali dulu banyak orang senang merasa terhibur terhadap khotbah saya. Tetapi ada juga yang tak suka karena lama. Barangkali untuk kaum lansia ada yang ingat akan Novena Ekaristi Seminar, yaitu temu lansia yang biasa diikuti 300-400 orang lansia di Domus Pacis Puren, Pringwulung. Di situ selalu ada pembicaraan tentang dunia kehidupan lansia dengan menghadirkan para ahli. Saya dipandang sebagai pemrakarsa. Program ini terhenti dengan adanya pandemi Covid-19 dan sesudah itu tak ada lagi. Tetapi istilah legend telah mendorong saya mengingat masa lalu. Apa saja yang tampaknya masih membuat kenangan tetapi kenangan yang bermakna untuk pengembangan iman? Jangan-jangan saya malah hanya mengagumi diri saya. Atau, jangan-jangan jadi kenanganpun hanya amat tipis.

Jadi Bagian Masa Lalu

Bagaimanapun juga saya memang sudah lansia. Kegiatan rutin ke Paroki Pringgolayan juga bersama kelompok lansia. Saya sering berkata bahwa meskipun lansia harus jadi lansia milenial yang terbuka pada perkembangan situasi hidup dan buadaya. Meskipun lansia saya harus mampu sambung dengan yang muda. Akan tetapi, dengan peristiwa berjumpa dengan Frater Bene, saya menyadari bahwa bagaimanapun juga saya adalah bagian masa lalu. Di hadapan generasi 40 tahun di bawah saya, saya harus rela kalau banyak yang tidak kenal. Barangkali ada yang masih ingat atau mendengar tentang saya. Tetapi saya harus rela kalau tidak masuk ke dalam perhantian kaum usia 30 tahun ke bawah. Bagi saya ini bukanlah sikap pesimis atau berwarna negatif. Itu adalah kemungkinan yang menjadi realita hidup. Sementara itu bagi saya di dalam realita terungkap kehendak ilahi. Padahal menerima dan menjalani kehendak Tuhan adalah kabar sukacita akar segala kebahagiaan. Di sini saya boleh berkata seperti Bunda Maria “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Luk 1:38)

Kentungan, 28 Oktober 2023

Monday, October 30, 2023

Santo Alfonsus Rodriguez

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 15 Agustus 2013 Diperbaharui: 11 Februari 2019 Hits: 9420

  • Perayaan
    31 Oktober
  •  
  • Lahir
    25 Juli 1532
  •  
  • Kota asal
    Segovia, Spanyol
  •  
  • Wafat
  •  
  • 31 Oktober 1617 di Palma, Mallorca, Spanyol | Oleh sebab alamiah
  •  
  • Beatifikasi
    Tahun 1825 oleh Paus Leo XII
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 6 September 1887 oleh Paus Leo XIII

Orang kudus dari Spanyol ini dilahirkan pada tahun 1553. Ia mengambil alih usaha jual beli kain wol milik keluarganya ketika usianya duapuluh tiga tahun. Tiga tahun kemudian ia menikah. Tuhan mengaruniakan kepada Alfonsus dan Maria - isterinya, dua orang anak. Tetapi banyak penderitaan yang kemudian datang menimpa Alfonsus. Usahanya mengalami kesulitan, puterinya yang masih kecil meninggal dunia, disusul oleh isterinya. Sekarang, pengusaha ini mulai berpikir tentang apa yang kira-kira dirancangkan Tuhan baginya.

Dari dulu Alfonsus adalah seorang Kristen yang saleh. Tetapi sekarang, ia menjadi lebih saleh lagi. Ia berdoa, bermatiraga, dan menerima sakramen-sakramen lebih banyak dari sebelumnya. Ketika usianya menjelang empatpuluh tahun, putera Alfonsus; satu-satunya orang yang tersisa dari keluarga kecilnya juga meninggal dunia. Sungguh Alfonsus menjalani hidup dalam penderitaan yang sangat hebat. Namun ketegaran iman Alfonsus sungguh luar biasa. Tidak pernah sekali pun ia mengumpat dan menyalahkan Tuhan akan hidup yang harus dijalaninya. Ia bukannya membenamkan diri dalam kesedihan, tetapi justru semakin khusuk berdoa serta berpasrah sepenuhnya kepada kehendak Tuhan.

Setelah semua keluarganya meninggal; Alfonsus kemudian menjual segala miliknya dan membagi-bagikannya kepada kaum miskin-papa. Ia lalu menuju sebuah biara Jesuit dan mohon diijinkan untuk bergabung. Namun untuk dapat masuk biara; Alphonsus diberitahu bahwa ia harus belajar dari awal terlebih dahulu. Jadilah Alphonsus kemudian pulang dan kembali bersekolah. 

Alphonsus kembali mengalami hidup yang sangat sulit. Di sekolah anak-anak kecil menertawakan Alfonsus karena Ia harus meminta-minta untuk bisa bertahan hidup; sebab ia sudah tidak punya apa-apa lagi dan ia tetap harus bersekolah.  Demikianlah, setelah lulus pendidikan  Alfonsus akhirnya diterima sebagai frater dan diberi tugas sebagai seorang penjaga pintu di sebuah seminari Yesuit. Sebuah tugas sederhana yang dijalaninya dengan penuh sukacita selama lebih dari empat puluh tahun.

Walau hanya bertugas sebagai seorang penjaga pintu namun kerendahan hati dan kesucian batinnya menyentuh hampir setiap orang yang berkunjung seminari tersebut. Senyum hangatnya yang khas   selalu menyapa siapa saja yang melewati pintu yang di tungguinya.

“Frater yang itu bukanlah seorang manusia...; ia seorang malaikat!” demikian kata superior biara mengenai Fr. Alfonsus bertahun-tahun kemudian. Para imam yang mengenalnya selama empat puluh tahun tidak pernah mendapatinya mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak baik. Kebaikan hatinya, ketaatan dan kesederhanaannya telah diketahui semua orang. Suatu kali, semua kursi dalam biara, bahkan juga kursi-kursi dari kamar tidur, dipergunakan untuk suatu Devosi Empat Puluh Jam. Karena suatu kesalahan, kursi Frater Alfonsus tidak dikembalikan kepadanya hingga tahun berikutnya. Namun demikian, ia tidak pernah mengeluh atau pun membicarakan masalah tersebut kepada siapa pun.

Selama masa hidupnya yang panjang, St. Alfonsus harus menaklukkan pencobaan-pencobaan yang berat. Selain itu, ia juga mengalami penderitaan jasmani yang menyakitkan. Bahkan pada saat ia terbaring mendekati ajalnya, ia harus melewatkan setengah jam lamanya bergumul dengan penderitaan yang luar biasa. Kemudian, sesaat sebelum wafat, ia dipenuhi dengan damai dan sukacita. Ia mencium salibnya dan memandang teman-teman sebiaranya dengan penuh kasih. St. Alfonsus wafat pada tahun 1617 dengan nama Yesus di bibirnya.

Lamunan Pekan Biasa XXX

Selasa, 31 Oktober 2023

Lukas 13:18-21

18 Maka kata Yesus: "Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? 19 Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya." 20 Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? 21 Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, dunia Tuhan itu misteri. Orang tak dapat memahaminya.
  • Tampaknya, alam Tuhan itu adalah keabadian. Di situ tak ada suasana perubahan dan pergantian seperti alam manusia di dunia ini.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun alam ilahi bercorak misteri dan abadi, orang yang terbuka pada nurani akan mengalami aura kuasa Tuhan dalam kehidupan kongkret manusia. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati kuasa Tuhan justru hadir di tengah manusia dalam segala dinamika hariannya.

Ah, bagaimanapun Tuhan itu bertahta di surga jauh dari alam manusia.

Sunday, October 29, 2023

Sumbangan untuk Konsumsi Oktober 2023

Hingga September 2023 gambaran kebutuhan konsumsi kerap dimengerti secara terbatas. Biasanya omong tentang konsumsi lebih dikaitkan dengan snak dan makan malam. Padahal sejak Oktober 2023 Domus Pacis mengangkat petugas baru khusus untuk masak makan tiga kali sehari. Ini dilakukan karena dari 14 orang romo, 12 orang sudah harus ketat dalam diet untuk santap tiga kali sehari. Tetapi kebutuhan konsumsi sebenarnya lebih dari snak dan makan tiga kali sehari. 


Agar ada suasana berbeda untuk masing-masing romo, Domus menyelenggarakan Ulang Tahun Imamat. Ulang tahun Imamat diadakan 7 atau 8 kali dalam setahun. Pada waktu Ulang Tahun Imamat romo yang dipestakan bisa mengundang sanak keluarga dan kenalan sejumlah tertentu. Pihak Domus kerap juga menambah undangan ke mereka yang memiliki kepedulian pada kehidupan para romo sepuh. Selain dari pada itu Domus juga mengadakan Pesta Natal, Paskah, dan Ulang Tahun Domus. Ini semua dibuat oleh Domus agar para romo mengalami sambung dengan keluarga dan umat di masa tuanya. Kalau di paroki itu sudah ada anggarannya. Di Domus pembeayaan sungguh berasal dari kepedulian warga Katolik dan usaha sendiri lewat penjualan batik. Para warga Katolik yang ikut menyumbang pada Oktober 2023 adalah sebagai berikut :

  • Penyumbang Snak : Ibu Andreas, Ibu Endang Prayitno, Ibu Emma, Ibu Jantoro, Ibu Anna Jatmiko, Ibu Septi, Ibu Lies Yatno, Ibu Kris, Ibu Jondit, Ibu Yudi, Ibu Rie Agung, Ibu Joko Sumadyono, Ibu Atik Nugroho, Ibu Siwi Janong, Ibu Tita, Ibu Titi Waluyanti, Ibu Rini, Ibu Kanti, Ibu Joni, Sdri. Lusi, Ibu Lucida, Ibu Anita Eko.
  • Penyumbang Ultah Imamat & Hajatan Lain : Bapak Joko (4 org), Ibu Nadya, Sdr. Indra, Ibu Ambar, Ibu Yucha, Ibu Umi, Ibu Lucy, Ibu Retno Wiraksi, Ibu Lucy, Ibu Ratmi, Ibu Mardanu, Ibu Issri, Apotek Kudus Sehat, Bapak Blasius Chasto, Ibu Primitiva, Ibu Agnes, Ibu Rini Wahyudi, Ibu Ambar.

Santo Marcellus

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 13 Agustus 2014 Diperbaharui: 29 November 2019 Hits: 16438

  • Perayaan
    30 Oktober
  •  
  • Lahir
    Akhir abad ke-3
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir - Dipenggal pada tahun 298 di Tangiers, Morocco
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Santo Marcellus adalah sorang perwira pasukan kekaisaran Romawi yang bertugas di  Tingis Afrika Utara  (sekarang bernama Tangier - Maroko).  Pada tahun 298 Marcellus menolak untuk berpartisipasi dalam upacara mempersembahkan korban untuk memuja kaisar dan dewa-dewa Romawi dalam perayaan ulang tahun Kaisar Maximianus.  Marcellus melemparkan ikat pinggang militer, seragam dan senjatanya lalu dengan lantang berkata : "Aku hanya akan mengabdi kepada Raja Abadi, Tuhanku Yesus Kristus".

Seketika Ia langsung ditangkap dan dibawa ke pengadilan. Dalam persidangan, Marcellus dengan berani memaklumkan dirinya sebagai seorang pengikut Kristus. Ia tetap menolak untuk mempersembahkan korban bagi dewa-dewa Romawi,  meskipun diancam dengan hukuman mati.  Keteguhan iman Santo Marcellus membuat Cassianus, Juru  tulis steno di pengadilan itu,  menolak untuk menuliskan jalannya persidangan dan melemparkan alat tulisnya. Di hadapan persidangan itu secara terbuka Cassianus menyatakan bahwa ia juga adalah seorang Kristen.

Santo Marcellus dan Santo Cassianus kemudian dijatuhi hukuman mati dengan cara dipenggal.

Relikwi Santo Marcellus  kemudian dibawa dan disemayamkan di kota León, dimana ia diangkat menjadi santo pelindung kota tersebut.  Di kota ini namanya juga diabadikan di  The Plaza de San Marcello dan Gereja San Marcelo, sebuah gereja dari abad ke – 10.

Setiap Martir Adalah Persembahan Bagi Gereja

Lamunan Pekan Biasa XXX

Senin, 30 Oktober 2023

Lukas 13:10-17

10 Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat. 11 Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. 12 Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: "Hai ibu, penyakitmu telah sembuh." 13 Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah. 14 Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: "Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat." 15 Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: "Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman? 16 Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?" 17 Dan waktu Ia berkata demikian, semua lawan-Nya merasa malu dan semua orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia, yang telah dilakukan-Nya.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, di dalam hidup beragama ada hari-hari tertentu yang dikhususkan. Dalam hari-hari itu ada kewajiban untuk melakukan yang sudah ditata.
  • Tampaknya, yang dijalani dalam hari-hari khusus biasa juga disertai larang-larangan. Pada hari-hari itu umat yang tak menjalani bisa dianggap menyeleweng.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun ada hari-hari khusus yang wajib dijalani, kesejatian hari-hari khusus dalam agama adalah peringatan untuk peduli pada yang papa dan menderita sehingga dapat terjadi perbuatan lain. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati seketat apapun tatanan dalam agama orang tahu bahwa ada hal-hal tertentu yang dapat didispensasi. 

Ah, kalau tidak menjalani yang dijalani umum orang sudah ada dalam kekeliruan.

Sebentar Lagi

Omong tentang bangunan yang bernama Domus Pacis, sebenarnya ada tiga : Domus Pacis Puren, Domus Pacis St. Petrus, dan Domus Pacis Albertus. Domus Pacis Puren dibangun khusus untuk para romo sepuh. Tetapi semua romo penghuni pada 1 Juni 2021 dipindahkan ke Domus Pacis St. Petrus. Kini Domus Puren menjadi kantor Kevikepan Yogyakarta Timur. Kalau Domus Puren ada di depan gereja Pringwulung, Domus Petrus berada di Kompleks Seminari Tinggi St. Paulus. Kini, bersama Rm. Hartanta sebagai direktur, ada 14 romo tinggal di Domus Petrus. Adapun Domus Albertus berada di Semarang dan dimaksudkan menjadi rumah terminal para romo luar Semarang yang berobat di RS Elisabet.


Pada Jumat 27 Oktober 2023 jam 13.24 ada gambar masuk dalam WA Rm. Bambang. Pengirimnya adalah Mas Fallah, salah satu tenaga pramurukti yang bekerja di Domus Pacis St. Petrus. Terhadap gambar tempat tidur dalam WA-nya, Rm. Bambang bertanya "Seka ngendi?" (Itu dari mana?). Mas Fallah langsung menuliskan jawaban "Dari Semarang untuk Romo yang mau lenggah disini mo ..... Dari Albertus Semarang ..... Bed yang mau dipake Romo budyo mo". Rm. Bambang langsung tanggap. Beberapa hari ini sudah terdengar kabar bahwa Keuskupan memutuskan agar Rm. Budyopranoto masuk di Domus Pacis St. Petrus. Sebenarnya beliau termasuk angkatan sepuh yang seharusnya masuk pada tahun 2021 sesudah para romo Domus Puren dipindahkan. Dalam perkembangan Rm. Budyo, kabarnya, sudah harus berbaring di tempat tidur di Domus Pacis Albertus dalam penjagaan karyawan. Rm. Hartanta sudah mendapatkan berita bahwa tempat tidur yang dipakai oleh Rm. Budyo akan dikirim lebih dahulu. Dengan datangnya tempat tidur dari Semarang, itu berarti Rm. Budyo akan segera datang.

Saturday, October 28, 2023

Santo Narcissus

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 15 Agustus 2013 Diperbaharui: 27 Oktober 2016 Hits: 7535

  • Perayaan
    29 Oktober
  •  
  • Lahir
    Sekitar tahun 99
  •  
  • Kota asal
    Yerusalem
  •  
  • Wafat
  •  
  • Tahun 215 – sebab alamiah
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Narcissus hidup pada abad kedua dan awal abad ketiga. Ia sudah lanjut usia ketika ditahbiskan sebagai Uskup Yerusalem. Namun walau sudah uzur ternyata Narcissus  adalah seorang uskup yang sungguh luar biasa. Semua orang mengagumi kebajikan-kebajikannya, terkecuali mereka yang memilih untuk hidup jahat.

Suatu hari tiga orang jahat bersekutu dan bersaksi dusta tentang uskup Narcissus dan mendakwanya melakukan suatu kejahatan yang mengerikan. Seorang dari mereka mengatakan, “Biar aku mati terbakar jika apa yang kukatakan tidak benar!” Yang kedua mengatakan, “Biar aku terjangkit kusta jika apa yang kukatakan tidak benar!” Dan yang ketiga mengatakan, “Biar aku menjadi buta jika apa yang kukatakan tidak benar!” Namun demikian, tiada seorang pun yang mempercayai dusta mereka. Orang banyak telah melihat sendiri kebajikan hidup Narcissus. Mereka tahu orang macam apa Narcissus itu.

Meski tak seorang pun percaya pada fitnah keji yang dilontarkan terhadapnya, Narcissus mempergunakannya sebagai alasan untuk pergi mengasingkan diri dan menjadi pertapa di padang gurun. Segenap kepercayaannya ada pada Tuhan, yang ia layani dengan penuh cinta. Dan Tuhan menunjukkan bahwa fitnah yang diceritakan orang-orang itu sama sekali tidak benar. Narcissus kembali menjadi Uskup Yerusalem, sehingga umatnya bersukacita.

Meski ia semakin bertambah tua, tampaknya ia semakin berkobar-kobar dari sebelumnya. Sesungguhnya, ia tampak lebih kuat dari sebelumnya pula, selama beberapa tahun sesudahnya. Lalu, ia menjadi terlalu lemah untuk melanjutkan karyanya. Ia memohon kepada Tuhan agar mengutus seorang uskup untuk membantunya. Tuhan kita mengirimkan kepadanya seorang kudus lain, Alexander dari Cappadocia. Dengan semangat kasih yang bernyala-nyala, mereka berdua memimpin keuskupan bersama. Narcissus berusia hingga 116 tahun lebih. Ia wafat pada tahun 215.

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...