Friday, August 25, 2023

Santa Teresa dari Yesus

 diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 26 Agustus 2017 Diperbaharui: 27 Agustus 2017 Hits: 6980

  • Perayaan
    26 Agustus
  •  
  • Lahir
    9 January 1843
  •  
  • Kota asal
    Aytona, Lleida, Spanyol
  •  
  • Wafat
  •  
  • 26 Agustus 1897 di Liria, Valencia, Spanyol
    Sebab Alamiah
  •  
  • Venerasi
    22 Januari 1957 oleh Paus Pius XII
  •  
  • Beatifikasi
    27 April 1958 oleh Paus Pius XII
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 27 January 1974 oleh Paus Paulus VI

Teresa lahir pada tanggal 9 Januari 1843 di kota kecil Lleida, Catalonia, Spanyol, dalam keluarga petani  katolik yang penuh devosi, Francisco José Jornet dan Antonieta Ibars. Seorang saudarinya yang bernama María, kelak membantunya mendirikan biara dan seorang lagi yang bernama Josefa menjadi seorang biarawati Vincentian di Havana Kuba. Saudaranya Juan, menikah dan memiliki tiga anak putri yang dikemudian hari menjadi biarawati dari kongregasi yang didirikannya. Seorang paman dari pihak ibunya adalah seorang biarawan karmel yang kudus,  Beato Francisco Palau, OCD.

Sejak usia muda, Teresa telah memiliki rasa kepedulian yang kuat terhadap kaum miskin. Banyak orang bersaksi bahwa Teresa kecil sering membawa para fakir miskin ke rumahnya di mana mereka akan dirawat dan diberi makan. Di kemudian hari Teresa pindah ke Lerida untuk melanjutkan studinya dan tinggal bersama seorang bibinya. Setelah studinya selesai ia mendapat pekerjaan sebagai guru di kota Barcelona. Di masa inilah Teresa mulai tertarik untuk menjalani hidup religius dan ingin menjadi seorang biarawati.

Pada tahun 1868 ia melamar pada biara susteran Klaris di dekat Burgos, namun lamarannya tidak diterima. Penolakan ini tidak mematahkan semangatnya. Ia lalu bergabung dengan komunitas Secular Order of Discalced Carmelites (OCDS) dan menjadi seorang awam Karmelit demi perkembangan kehidupan rohaninya. Ia juga mengabdikan dirinya dengan sepenuh hati pada profesinya sebagai seorang pendidik.  Suatu hari, pembimbing rohaninya, pater Saturnino López i Novoa meminta Teresa untuk mulai berkarya merawat para fakir miskin dan orang-orang jompo yang terlantar dan hidup dalam kemiskinan di wilayah tersebut. Teresa menyanggupi permintaannya.

Pada tahun 1872, Teresa membuka rumah Jompo pertama di Barbastro. Saudarinya Maria bersama beberapa orang sukarelawati datang membantunya. Di tahun berikutnya kelompok kecil tersebut berkembang pesat dan dibawah bimbingan pater Saturnino López i Novoa (telah digelari “Venerabilis” oleh Paus Fransiskus pada 8 Juli 2014), beralih menjadi sebuah Konggregasi religius. Teresa Ibars terpilih menjadi Moeder Superior yang pertama dari konggregasi Suster yang diberi nama : Hermanitas de los Ancianos Desamparados (Latin: Congregatio Parvarum Sororum Senium DerelictorumInggris : The Little Sisters of the Abandoned Elderly; disingkat : Herminitas, abbreviation: H.A.D.). Ia mengucapkan kaulnya pada tanggal 27 Januari 1873 dan mengambil nama biara : Suster Teresa dari Yesus.  Para suster Herminitas  memiliki dedikasi yang luar biasa dalam karya kemanusiaan mereka. Suster Teresa sendiri yang memberikan teladan bagi para susternya dengan mengorbankan kenyamanan pribadi dan memberikan yang terbaik dalam merawat para jompo. Ia segera dikenal sebagai seorang suster yang ramah dan memiliki ketenangan yang luar biasa, sebuah kepribadian yang menarik banyak wanita muda untuk mengikuti jejaknya dan bergabung dalam Kongregasi yang didirikannya.

Biara Induk Susteran Herminitas mulai dibangun di kota Valencia pada tanggal 8 Mei 1873. Pada tanggal 14 Juni 1876 Paus Pius IX menyetujui pendirian konggregasi ini dan pada akhirnya pada tanggal 24 Agustus 1887 Konggregasi ini mendapat persetujuan resmi dari Paus Leo XIII. Biara Induk di Valencia selesai dibangun dan mulai dibuka pada tanggal 23 April 1896.  Di tahun itu juga Suster Teresa dari Yesus kembali terpilih sebagai Moeder Superior meskipun ia telah memohon kepada para suster agar tidak memilihnya lagi.

Ketika wabah kolera melanda Spanyol pada tahun 1897, Suster Teresa dan para biarawatinya berada di barisan depan untuk merawat para korban. Sebanyak 24 orang suster Herminitas dan 70 orang pasien mereka meninggal dunia bersama dengan 120.000 korban meninggal dunia diseluruh Spanyol.

Setelah wabah kolera berlalu, Suster Teresa yang kelelahan memutuskan untuk pensiun dan beristirahat di biara Lira. Ia tutup usia dalam kedamaian biara ini pada tanggal 26 Agustus 1897. Sampai saat kematiannya, Kongregasi yang didirikannya telah memiliki lima puluh biara dan rumah jompo di seluruh Spanyol.

Santa Teresa dari Yesus dibeatifikasi pada tahun 1958 oleh Paus Pius XII, dan dikanonisasi pada tahun 1974 oleh Paus Paulus VI.

Lamunan Pekan Biasa XIX

Sabtu, 26 Agustus 2023

Matius 23:1-12

1 Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: 2 "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. 3 Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. 4 Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. 5 Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; 6 mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; 7 mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. 8 Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. 9 Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. 10 Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. 11 Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. 12 Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, ada gambaran umum orang besar adalah orang terhormat. Dalam pertemuan-pertemuan dia biasa mendapatkan tempat khusus sehingga menjadi golongan terpandang di muka banyak orang.
  • Tampaknya, ada gambaran umum bahwa sebagai orang besar dia punya kedudukan sosial di mata umum. Karena kedudukannya dia bisa memerintah orang lain.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, setinggi apapun kedudukan atau jabatan dan semelimpah apapun kekayaan dimiliki, orang baru sungguh menjadi besar dalam hidup bersama kalau biasa melakukan hal-hal yang menghadirkan kebaikan bagi banyak orang lain. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang baru sungguh mampu menjadi terhormat sebagai orang besar karena rekam jejaknya biasa melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh kaum kecil tak berkedudukan.  

Ah, orang besar itu ya pasti banyak pelayannya.

Thursday, August 24, 2023

Peristiwa Pertama


Pada tanggal 1 Juni 2010 jam 04.00 saya mandi dan mempersiapkan tas berisi beberapa hal kecil. Kunci-kunci pintu dan beberapa almari yang ada di gedung Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM) saya kumpulkan. Menjelang jam 05.00 saya membangunkan Mas Yulianto, karyawan Museum. Ketika saya menyerahkan kunci-kunci dia bertanya "Romo badhe tindak pundi?" (Romo akan ke mana?). "Lho, dina iki aku pindah Domus Pacis Puren, ta?" (Bukankah hari ini saya pindah ke Domus Pacis Puren?). Mas Yuli membantu mengeluarkan moyot roda 3. Saat itu juga saya dengan motor roda 3 melaju menuju Domus Pacis Puren, Pringwulung. Bawaan memang hanya 1 tas. Semua barang milik saya sudah dipindahkan beberapa hari sebelumnya ke jatah kamar saya di Domus. Perjalanan menuju Domus berhenti 3 kali : 1) makan bubur gudeg di pinggir jalan di Kentungan; 2) membeli beberapa sabun dan pasta gigi di minimart; 3) menghadap Minister Domus yang menjadi Pastor Paroki Pringwulung di Pastoran Pringwulung.

Itulah saya ketika masuk rumah para romo tua di Domus. Ketika itu di Domus sudah ada almarhum Rm. Harjaya, Rm. Yadi, Rm. Harto, Rm. Agoeng, dan Rm. Agus Suryono. Yang terakhir hanya tinggal sementara untuk menjalani program tertentu. Lima belas hari kemudian sesudah kedatangan saya, Rm. Joko Sistiiyanto juga masuk Domus. Tidak ada rombongan pengantar dari Paroki Jetis, asal karyanya, ke Domus. Ketika pada 1 Juni 2021 semua romo Domus Pacis Puren pindah tinggal di Domus Pacis Santo Petrus, selain Rm. Agoeng yang sudah menjadi Pastor Paroki Wates dan Rm. Joko yang tinggal di Pastoran Pringwulung, yang pindah adalah Rm. Yadi, Rm. Harto, Rm. Tri Wahyono, Rm. Tri Hartono, Rm. Ria, Rm. Jayasewaya, Rm. Suntara, Rm. Supriyanto, dan saya. Tentu saja Rm. Hartanta, direktur Domus Pacis Santo Petrus yang sudah 9 bulan ikut tinggal di Puren, juga termasuk boyongan ke Kentungan. Rm. Joko menyusul pindah Domus Petrus sebulan kemudian. Selama di Puren, dari nama-nama romo itu hanya Rm. Tri Hartono dan Rm. Supriyanto yang diantar rombongan kecil ketika masuk Domus. Dari 2 romo ini yang memakai pidato sederhana hanyalah peristiwa masuknya Rm. Priyanto. Itupun terjadi seperti kalau ada rombongan pengunjung yang berjumlah kecil. Memang, ketika Rm. Joko masuk Domus Petrus, para romo dan sejumlah pengantar dari Pringwulung menyertainya yang kemudian ada seremoni serah terima dengan pimpinan Domus Petrus. Tetapi suasananya juga seperti rombongan kunjungan ke romo sepuh Domus.

Suasana masuk Domus memang terkesan sepi tak semarang seperti pindahnya romo dari satu paroki ke paroki lain. Apalagi kalau romo yang masuk Domus terjadi langsung dari rumah sakit. Biasanya suster dan atau perawat mengantarnya. Maka peristiwa Rabu sore hingga malam pada tanggal 23 Agustus 2023 menjadi kejadian istimewa bagi Domus Pacis paling tidak yang saya alami selama 13 tahun tinggal para romo sepuh di Domus. Romo yang berkarya di Pugeran (Rm. Kendar, Rm. Andre, dan Rm Arif) datang ke Domus Pacis St. Petrus bersama Dewan Paroki dan umat lain. Jumlah mereka lebih dari 75 orang. Ketika masuk Domus semua tamu disambut dengan welcome snak. Menjelang jam 18.00 semua masuk Kapel. Seorang pembawa acara tampil menyampaikan rentetan acar dalam Kapel. Misa dimulai dipimpin oleh ketiga romo di atas ditambah Rm. Hartanta sebagai direktur Domus. Kor menyanyi dengan penuh semangat. Rm. Kendar yang memimpin Misa mengatakan bahwa ini adalah Misa Syukur karena Pugeran mengalami 8 tahun bersama Rm. Yohanes Sari Jatmiko, yang sudah tinggal di Domus semenjak Februari 2023. Pada bagian homili ada 3 umat yang tampil menyampaikan kesaksian tentang Rm. Sari sebagai romo Pugeran. Kesemarakan peresmian Rm. Sari menjadi penghuni Domus bermuara pada makan malam bersama yang menghadirkan catering. Bahkan ada kelompok ibu-ibu yang berkali-kali menghadirkan senam dengan iringan musik.

Santo Yosef dari Calasanza

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 26 Agustus 2013 perbaharui: 03 Agustus 2016 Hits: 7091

  • Perayaan
    25 Agustus
  •  
  • Lahir
    11 September 1556
  •  
  • Kota asal
    Peralta, Barbastro, Aragon, Spain
  •  
  • Wilayah karya
    Roma
  •  
  • Wafat
  •  
  • tahun 1648 di Roma Italia | Oleh sebab alamiah
  •  
  • Beatifikasi
    18 Agustus 1748 oleh paus Benediktus XIV
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Tahun 1767 oleh Paus Klemens XIII

Yosef dilahirkan pada tahun 1556 di kastil ayahnya di Spanyol. Ia adalah anak bungsu dari lima anak yang lahir dari bangsawan Don Pedro Calasanz dan Donna Maria GastoniaIbu dan kakaknya meninggal saat ia masih di sekolah. Ayahnya menginginkan Yosef untuk menjadi pengacara atau berkarir di kemiliteran, menikah dan meneruskan nama keluarga Calasanz. Namun dalam hatinya Yosef merasakan panggilan yang kuat untuk menjad seorang imam.

Ia lalu kuliah theologi dan pada usia duapuluh delapan tahun, Yosef ditahbiskan sebagai imam. Pastor Yosef diserahi jabatan-jabatan penting dan ia melaksanakan tugas-tugasnya itu dengan baik. Namun demikian, ia merasa bahwa Tuhan memanggilnya untuk melakukan suatu karya istimewa bagi anak-anak miskin di Roma.

Taat pada panggilan Tuhan, Pastor Yosef meninggalkan segala yang ia miliki di Spanyol dan pergi ke Roma. Di sana, hatinya tergerak oleh belas kasihan kepada anak-anak yatim piatu dan anak-anak gelandangan yang ia jumpai di mana-mana. Mereka diacuhkan serta diterlantarkan. Pastor Yosef mulai mengumpulkan mereka dan mengajarkan semua mata pelajaran umum kepada mereka, terutama tentang iman. Para imam yang lain mulai bergabung dengannya. Tak lama kemudian Pastor Yosef telah menjadi pemimpin dari suatu ordo religius baru. Tetapi, ia tak pernah membiarkan tugas-tugasnya sebagai pendiri dan pemimpin biara membuatnya berhenti mengajar anak-anak yang dikasihinya. Ia bahkan menyapu lantai kelas sendiri. Seringkali ia mengantarkan anak-anak yang kecil pulang ke rumah mereka ketika jam pelajaran telah usai.

St. Yosef harus mengalami banyak penderitaan karena ulah beberapa orang yang hendak mengambil alih ordonya. Mereka ingin mengelolanya sesuai dengan cara mereka. Suatu ketika ia bahkan diarak di jalan-jalan bagaikan seorang tahanan. Ia nyaris dijebloskan ke dalam penjara, meskipun imam yang baik ini tidak melakukan kesalahan apapun. Ketika umurnya sembilanpuluh tahun, Pastor Yosef menerima kabar yang sangat menyedihkan. Ordonya dilarang terus berkarya. Namun demikan, menanggapi tragedi tersebut Pastor Yosef hanya mengatakan, “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil; terpujilah nama-Nya. Karyaku diselenggarakan semata-mata karena cinta kepada Tuhan.”

Dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1648, orang kudus ini wafat dalam tenang dan damai. Usianya sembilanpuluh dua tahun. Beberapa tahun sesudah wafatnya, ordonya, Ordo Imam-imam Piarist, diijinkan untuk melanjutkan kembali karya St. Yosef yang mengagumkan.

St. Yosef dinyatakan kudus oleh Paus Klemens XIII pada tahun 1767 dan dinyatakan sebagai santo pelindung sekolah-sekolah Kristen pada tahun 1948 oleh Paus Pius XII.

Lamunan Pekan Biasa XIX

Jumat, 25 Agustus 2023

Matius 22:34-40

34 Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka 35 dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: 36 "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" 37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. 39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. 40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, untuk pegangan hidup bersama orang membutuhkan tatanan. Maka dalam masyarakat ada peraturan dan hukum.
  • Tampaknya, berhadapan dengan aturan bahkan tata adat orang akan memperhatikan rumusan perintah dan larangan. Di dalam tata hukum ada rumusan-rumusan dalam bab dan pasal bahkan sering sampai ayat.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun rumusan aturan hidup bersama termasuk tata hukum dalam masyarakat tertulis jelas dan tak multi tafsir, itu semua bisa tak menghadirkan keutamaan hidup kalau tak melandaskan diri pada kemesraan hati berhubungan dengan Tuhan dan sesama siapapun. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan menjalani berbagai macam tatanan sebagai ungkapan hukuman batin dengan Tuhan dan keterbukaan berelasi baik dengan siapapun.

Ah, asal menjalani apa yang dirumuskan dalam aturan, orang tak akan salah.

Wednesday, August 23, 2023

Ultah Imamat di Domus


Ini adalah peristiwa hari Sabtu 19 Agustus 2023. Beberapa orang keluar masuk kamar Rm. Joko Sistiyanto. Ketika melihat Rm. Bambang datang ke teras depan kamar Rm. Suntara, mereka langsung menghampiri dan menyalaminya. Mereka adalah kemenakan dan sanak saudara Rm. Joko. Itu terjadi pada jam 16.00 lebih. Beberapa saat kemudian Rm. Sudarmadi, yang sudah datang cukup awal, juga datang ke situ. Sebuah meja tersedia dan di atasnya terdapat jumbo isi teh dan beberapa macam snak. Bu Rini yang menyediakannya sebagai welcome snack. Sambil menikmati snak Rm. Darmadi berkata kepada Rm. Bambang "Mau Tri Wahyono nangis dhek taktiliki" (Rm. Tri Wahyono menangis ketika kutengok). Hal ini dibenarkan oleh Bu Rini yang juga berceritera sesudah acara selesai. Ternyata Bu Rini mendampingi Rm. Darmadi menengok Rm. Tri Wahyono. Beberapa saat kemudian berdatanganlah banyak tamu yang juga langsung diminta oleh Rm. Bambang untuk minum dan menikmati snak lebih dahulu. Rm. Willem Pau dan Rm. Martoyoto juga datang bersama orang-orang yang menyertai. Bahkan Rm. Sunu dan Rm. Bayu Efra juga tampak. Ketika jam hampir menunjuk angka 17.00 para tamu diminta masuk Kapel Domus. Semua tempat duduk di Kapel penuh dengan peserta Misa. Tambahan kursi sampai luar kapelpun terjadi.

Pada sore itu Domus Pacis Santo Petrus mengadakan pesta Ulang Tahun Imamat ke 36 Rm. Joko Sistiyanto dan Rm. Tri Wahyono yang sudah harus terbaring di kamar masing-masing. Untuk itu teman-teman seangkatan tahbisan (Rm. Sudarmadi, Rm. Willem Pau, dan Rm. Martoyoto) juga diundang dan bahkan mendapat kesempatan membawa sejumlah tamu untuk masing-masing. Ternyata Rm. Sunu, teman seangkatan di Seminari tetapi ditahbiskan setahun kemudian, juga hadir. Rm. Bayu Efra, kemenakan Rm. Tri Wahyono, yang sedang studi di Austria juga ikut datang. Kecuali Rm. Tri Wahyono, semua teman seangkatan tahbisan membawa tamu sadak saudara dan orang dekatnya. Sedang untuk Rm. Tri Wahyono yang diundang adalah umat Lingkungan asal beliau. Kor Yosefin dari Paroki Medari, yang amat biasa membantu Domus apabila ada hajatan, sudah siaga menjadi pengiring lagu-lagu Misa. Sore itu Misa Domus sungguh amat meriah. Para romo Domus yang masih dapat duduk di kursi roda hadir dan sebagian besar memakai seragam sama dengan yang dipakai oleh pada umumnya karyawan. Rm. Sudarmadi menjadi selebran utama yang didampingi oleh Rm. Willem Pau, Rm. Martoyoto, Rm. Sunu, Rm. Bayu Efra, dan Rm. Hartanta. Petugas lektor adalah Mas Hari dan Bu Riwi.

Ketika sampai bagian homili, Rm. Martoyoto, Rm. Willem Pau, dan Rm. Sunu tampil menyampaikan sharing. Dalam sharing nuansa kelansiaan selalu masuk. Dalam hal ini ada buku Surat Paus Yohanes Paulus II kepeda Lansia dicetak ulang dan dibagikan kepada semua yang hadir. Misa berjalan lancar dan semarak. Sebelum berkat Rm. Hartanta memperkenalkan secara singkat tentang Domus. Para romo dikenalkan satu per satu. Para karyawan diminta tampil berdiri di depan umat dan diperkenalkan satu per satu. Satu hal yang ditambahkan adalah ujub ulang tahu ke 3 Chrissel cucu Bu Rini yang menjadi salah satu relawan Domus. Maka dalam acara pemotongan tumpeng ada 2 macam tumpeng : 1) dari bahan nasi serta lauk pauk berbentuk gunungan yang dihadirkan oleh Bu Titik yang juga relawan Domus; 2) dari bahan roti donat berbentuk boneka-boneka kecil dengan angka 3 dari lilin. Para romo yang memimpin Misa menjadi pelaku pemotongan tumpeng. Seusai Misa semua tamu, yang berjumlah sekitar 200 orang, menikmati sajian menu makan malam di aula Domus. Selama santap malam dan omong-omong bercengkerama Bu Rini dibantu oleh mantu perempuan dan besannya melayani tamu-tamu yang menyumbang Domus dengan membeli batik.

Santo Bartolomeus Rasul

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 05 November 2013 Diperbaharui: 09 Oktober 2019 Hits: 31995

  • Perayaan
    24 Agustus
  •  
  • Lahir
    Hidup abad pertama
  •  
  • Kota asal
    Galilea - Israel
  •  
  • Wilayah karya
    Galilea, Yerusalem, Asia Kecil, India, Armenia
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir - Dikuliti hidup-hidup di Albanopolis, Armenia (sekarang bagian tenggara Turki)
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Santo Bartolomeus adalah salah seorang dari kedua belas Rasul. Dalam Alkitab ia disebut sebagai Natanael  ( Natanael bar-Tolomai =  Natanael  'anak Tolomeus').  Nama Natanael hanya disebutkan dalam Injil Yohanes.  Dalam Injil-injil Sinoptik, Ia disebut sebagai Bartolomeus dan selalu disebutkan bersama dengan Filipus,  sedangkan nama Natanael tidak pernah disebut. Sebaliknya dalam Injil Yohanes, Filipus dan Natanael disebutkan bersama, tetapi nama Bartolomeus tidak pernah disebut.

Bartolomeus berasal dari Kana di daerah Galilea seperti kebanyakan murid Yesus yang lainnya. Ketika diajak oleh temannya, Filipus, untuk menemui Yesus dari Nazaret,  Natanael awalnya bersikap skeptik.

Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret."
Kata Natanael kepadanya : "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?"
Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!"
Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara."
Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" ....... (Yoh 1:45-49)


Para pakar meyakini bahwa perkataan Yesus mengenai Natanael "di bawah pohon ara" merupakan istilah yang bermakna "mempelajari Taurat.

Sejak saat itu Bartolomeus mengikuti Yesus hingga Ia wafat di salib dan menjadi saksi kebangkitan-Nya.

Nama Natanael disebut kembali di akhir Injil Yohanes yang dicatat bersama-sama sejumlah murid lain di pantai Danau Galilea setelah Kebangkitan Yesus, di mana kemudian Yesus menampakkan diri kepada mereka.

Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut.   Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. (Yoh 21:1-2 )

Eusebius dari Kaisarea menulis dalam Ecclesiastical History (5:10) bahwa setelah Kenaikan Yesus, Bartolomeus pergi sebagai misionaris ke India, di mana ia meninggalkan sebuah salinan Injil Matius. Tradisi lain mencatatnya sebagai misionaris ke Ethiopia, Mesopotamia, Parthia, dan Lycaonia.

Rasul Bartolomeus  bersama rasul Yudas anak Yakobus,  dikenal  sebagai pembawa Kekristenan ke Armenia pada abad ke-1 M.  Karenanya kedua rasul ini dianggap santo pelindung bagi Gereja Apostolik Armenia.

Dikabarkan Bartolomeus mati sebagai martir di Albanopolis di Armenia. Menurut satu riwayat, ia dipenggal kepalanya, tetapi tradisi yang lebih populer menyatakan bahwa ia dikuliti hidup-hidup dan disalib dengan kepala di bawah.  Dikatakan bahwa Bartolomeus telah membawa Polymius, raja Armenia, menjadi penganut Kristen. Akibatnya, Astyages, saudara laki-laki Polymius, menyuruh Bartolomeus dihukum mati.

Pada abad ke-4 jenasah Bartolomeus dipindahkan ke sebuah gereja di Roma, di sebuah pulau di tengah-tengah sungai Tiber.

Pada abad ke-13 Biara Saint Bartholomew Monastery didirikan di Armenia pada tempat kemartiran  rasul Bartolomeus di provinsi Vaspurakan di Greater Armenia (sekarang bagian tenggara Turki).

Gereja merayakan Pesta St. Bartolomeus pada setiap tanggal 24 Agustus.

Lamunan Pesta

Santo Bartolomeus, Rasul

Kamis, 24 Juli 2023

Yohanes 1:45-51

45 Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret." 46 Kata Natanael kepadanya: "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" 47 Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" 48 Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara." 49 Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" 50 Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu." 51 Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, dalam omong-omong personal, mengoreksi omongan teman dapat membuat tidak enak. Orang bisa dipandang sebagai suka membantah omongan orang lain.
  • Tampaknya, koreksi atau membantah omong orang lain mudah dianggap tidak sopan. Bahkan pembantah bisa dicap memusuhi.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul dekat dengan kedalaman batin, sekalipun sosok kritis yang mudah membantah bisa dianggap mengganggu hubungan baik, kalau nyatanya bersedia terbuka pada fakta realita, orang seperti itu adalah sosok yang memiliki kepribadian sejati taat pada nurani. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati, sekalipun mudah membantah dan berbeda pendapat, orang akan terbuka dan hormat pada fakta realita.

Ah, yang suka berpandangan lain adalah orang ngèyèlan.

Tuesday, August 22, 2023

Tua Tak Renta

Sebetulnya sebelum meninggalkan tempat karya yang berkantor di Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM), saya sudah mempersiapkan diri untuk tinggal di rumah yang diwarnai oleh jarak dengan umat. Saya siaga masuk di rumah tua para romo projo Keuskupan Agung Semarang yang bernama Domus Pacis. Saya siaga untuk tidak berdekatan lagi dengan umat Katolik seperti di Paroki dan wilayah karya saya di lembaga misioner. Yang jelas saya masuk Domus sejak 1 Juni 2010. Kalau dihitung hingga kini, 23 Agustus 2023, saya menghuni rumah tua sudah lewat 13 tahun.

Selama 2 tahun pertama harus diakui bahwa saya bertemu dengan umat hanya terjadi ketika saya diminta oleh umat untuk memimpin Misa ujub keluarga. Dalam catatan Rm. Bambang itu terjadi kebanyak berjumlah rata-rata 4-5 kali dalam sebulan. Dengan demikian 5/6 kehidupan saya ada dalam kesunyian Domus Pacis. Kebetulan justru selama berada di rumah tua saya dilatih dengan penuh kesabaran oleh Rm. Agung untuk menggunakan media sosial (medsos). Memang, setiap kali memimpin Misa di tengah umat saya selalu memasukkan Domus dalam homili dan omongan lain. Barang kali warta langsung face to face dan lewat medsos menggerakkan banyak umat ingin tahu Domus. Maka berkembanglah kunjungan-kunjungan kelompok dalam rombongan-rombongan. Ada yang kunjungan biasa, ada yang minta Misa, bahkan ada yang juga minta rekoleksi singkat. Ternyata hal ini juga menambah terjadinya perkembangan perhatian umat bagi para romo sepuh di Domus. Perhatian umat terus terjadi hingga kami pindah di Domus Pacis Santo Petrus Kentungan. Bantuan umat baik berupa kebutuhan barang benda maupun tambahan dana uang sungguh menopang keterbatasan anggaran rutin yang diterima dari Keuskupan. Memang, dengan penggunaan medsos yang jauh jadi mendekat. Sedang dari yang jumpa langsung yang dekat jadi melekat. Tentu saja saya juga ikut mengalami terjadinya kebutuhan duniawi seperti yang terjadi hari ini. Dari Jakarta ada perhatian terhadap kesehatan saya dengan mengirim masker dan hand sanitizer. Sedang dari umat paroki Jogja selera lidah didekati dengan kiriman kerupuk.

Santa Rosa da Lima

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 26 September 2013 Diperbaharui: 01 Juni 2014 Hits: 10979

  • Perayaan
    23 Agustus
  •  
  • Lahir
    20 April 1586
  •  
  • Kota asal
    Lima, Peru
  •  
  • Wafat
  •  
  • 24 Agustus 1617 di Lima Peru
  •  
  • Beatifikasi
    15 April 1668 oleh Paus Klemens IX
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 2 April 1671 oleh Paus Klemens X

Santa Rosa da Lima lahir pada tanggal 20 April 1586, dari sebuah keluarga yang miskin di Lima, Peru. Ia diberi nama Isabel De Flores Y Del Oliva. Semua orang lebih suka memanggilnya 'Rosa' (mawar) karena ia sungguh amat cantik dengan pipinya yang kemerahan-merahan. Lagipula semasa Rosa masih bayi, dalam sebuah penglihatan mistik, wajahnya berubah menjadi sekuntum mawar.

Sejak kanak-kanak Rosa amat mengasihi Yesus. Cintanya kepada Yesus demikianlah besar, hingga jika ia sedang membicarakan-Nya wajahnya akan bersinar dan matanya berbinar-binar. Devosinya amat kuat, terutama kepada Bayi Yesus dan Maria, BundaNya. Rosa berbicara kepada mereka berjam-jam lamanya di gereja. Ia juga sering melakukan matiraga secara sembunyi-sembunyi.

Suatu hari ibunya mengenakan hiasan mahkota bunga di atas kepala Rosa untuk menonjolkan kecantikan puterinya itu. Tetapi, Rosa tidak ingin dikagumi karena kecantikan lahiriahnya, sebab hatinya sudah diserahkannya kepada Yesus. Jadi ia mengubah mahkota yang dimaksudkan untuk menonjolkan kecantikannya itu menjadi sarana bermatiraga. Sebuah peniti panjang disematkannya pada mahkotanya sehingga mahkota itu membuatnya merasa sakit dan tidak nyaman.

Rosa juga tidak suka orang-orang memandang serta memuji-muji kecantikannya. Baginya segala pujian hanyalah bagi Yesus. Rosa takut kalau-kalau kecantikannya menjadi batu sandungan bagi orang lain. Sebab, ia melihat banyak orang memandangi wajahnya tanpa berkedip. Ia mendengar mereka mengatakan betapa halus dan indah kulitnya. Jadi, ia melakukan sesuatu yang mengejutkan: ia menggosok wajahnya dengan merica hingga kulitnya menjadi merah dan melepuh. Nah, untuk sementara waktu tidak akan ada lagi orang yang akan memujinya!   

Ketika Rosa membaca kisah hidup St. Katarina dari Siena, ia terdorong untuk menjadikan St. Katarina sebagai teladan hidupnya. Ia mulai dengan berpuasa tiga kali dalam seminggu. Kemudian ia melakukan tapa silih, dan akhirnya memotong rambutnya yang indah, mengenakan baju kasar dan menyingsingkan lengan bajunya untuk bekerja keras. Teman-teman dan keluarganya menertawakan serta mencemooh tindakan Rosa yang mereka anggap aneh. Kedua orangtuanya juga tak henti mengecamnya. Rosa menderita karena ia tidak dimengerti. Kekuatan dan penghiburan yang diperolehnya hanyalah dari Sakramen Mahakudus yang diterimanya setiap hari.

Kemudian, Rosa memutuskan untuk mengucapkan kaul kemurnian. Tentu saja kedua orangtuanya menentang keras kehendak Rosa. Mereka telah lama berharap agar kelak puteri mereka yang jelita itu dinikahi oleh seorang pemuda kaya, sehingga dapat mengangkat mereka dari kemiskinan. Meski sepanjang hidupnya Rosa selalu taat dan patuh kepada orangtuanya, dalam perkara yang satu ini Rosa tidak dapat ditundukkan. Sepuluh tahun lamanya pertentangan itu berlangsung sebelum pada akhirnya Rosa dapat memenangkan hati mereka dengan kesabaran dan doa.

Rosa banyak menderita. Selain dari pertentangan dengan kedua orangtuanya, Rosa juga banyak mengalami godaan setan. Sering juga ia mengalami saat-saat di mana ia merasa sendiri dan mengalami kesedihan yang hebat karena Tuhan terasa jauh darinya. Namun demikian, semua itu ditanggungnya dengan iman yang teguh.

Saat usianya duapuluh tahun, Rosa diterima dalam Ordo Ketiga Dominikus. Atas persetujuan pembimbing rohaninya, Rosa mengasingkan diri ke sebuah gubuk kecil yang dibangun di halaman rumah orangtuanya. Malam hari digunakannya untuk berdoa dan bermeditasi. Siang hari Rosa bekerja keras menanam bunga, menyulam serta menjahit. Hasilnya digunakannya untuk membantu keluarganya yang miskin. Ia juga melayani dan menghibur para fakir miskin dan para budak Indian, terutama mereka yang sakit dan menderita. Oleh sebab itu Rosa dianggap sebagai pelopor pelayanan sosial di Peru.

Beberapa kali Tuhan Yesus menampakkan diri kepadanya, melimpahi hatinya dengan rasa damai dan sukacita. Di saat-saat seperti itu, Rosa mempersembahkan kepada-Nya semua silih dan matiraganya sebagai tebusan atas penghinaan terhadap Putra Allah, untuk kesejahteraan bangsanya, untuk pertobatan orang-orang berdosa, dan untuk jiwa-jiwa di api penyucian.

Rosa lama menderita sakit sebelum akhirnya meninggal pada tanggal 24 Agustus 1617 di Lima dalam usia 31 tahun. Banyak mukjizat terjadi setelah kematiannya.

Rosa dibeatifikasi pada tahun 1667 oleh Paus Klemens IX dan dikanonisasi pada tanggal 2 April 1671 oleh Paus Klemens X. Santa Rosa dari Lima adalah orang Amerika pertama yang dinyatakan kudus. Oleh sebab itu ia diangkat sebagai santa pelindung Amerika, terutama Amerika Latin, dan juga Philipina. Pestanya dirayakan setiap tanggal 23 Agustus.

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...