Monday, November 15, 2021

Sharing : Berusaha Bermakna dalam yang Terbatas

Saya pernah menemukan sebuah artikel tentang mengapa seorang lansia bisa menjadi kekanak-kanakan. Artikel itu saya ambil dari https://www.halodoc.com/artikel dengan judul "Ini Alasan Usia Lanjut Psikologi Justru seperti Anak-Anak".
Terhadap artikel itu saya membuat kesimpulan agar lansia tidak kekanak-kanakan. Ada dua hal yang harus dilakukan : 1) mengerjakan dan mengembangkan yang masih dapat dibuat, dan 2) mengembangkan hati ceria. Kedua hal ini akan memungkinkan seorang lansia tidak merasa "tidak becus" dan menjadi marah terhadap diri sendiri. 

Berkaitan dengan keceriaan saya tidak jarang memperoleh komentar orang bahwa saya selalu tampak gembira. Tentu saja banyak orang tidak tahu bahwa saya tidak jarang berhadapan dengan masalah atau paling tidak hal yang membuat saya tidak suka bahkan jengkel. Namun demikian kebiasaan membicarakan segalanya dalam relung hati, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, tampaknya rasa frustrasi dan gelisah berkepanjangan menjauh dari saya. Saya juga merasa bersyukur bahwa saya tidak mudah dicekam rasa marah. Kegembiraan batin ini barangkali yang membuat saya memiliki tampilan ceria secara spontan. Dengan demikian disamping keceriaan untuk terhindar dari kelakuan kekanak-kanakan saya harus tahu apa yang masih dapat saya buat. Dari sini saya dapat berusaha mengerjakan dan mengembangkannya.

Hal Yang Dapat Saya Lakukan

Tentang apa yang dapat saya lakukan, saya harus melihat dalam konteks hidup saya. Di dalam pikiran saya tahu saya masih bisa tampil menjadi pembicara untuk umat. Saya masih bisa memimpin misa ujub kalau ada keluarga yang mengundang saya. Saya masih bisa memandu dan bahkan ikut memberi input untuk Novena Seminar sebulan sekali seperti dulu di Domus Pacis Puren. Saya masih bisa mendampingi pengembangan iman kelompok-kelompok kaum tua dan lansia kalau ada yang menghendaki. Tetapi dengan pandemi saya secara praktis tidak dapat pergi keluar secara leluasa seperti dulu. Kini ketajaman mata saya sudah tak dapat diandalkan untuk pergi sendiri dengan mengendarai mobil atau motor. Apalagi sesudah saya berada di Domus Pacis St. Petrus dalam banyak hal saya berada di bawah kebijakan dan ketentuan direktur rumah. Saya tidak memiliki kewenangan untuk menata acara, kegiatan, dan memutuskan pemakaian ruangan-ruangan rumah.

Untunglah, justru ketika sudah tinggal di Domus Pacis Puren saya hidup bersama dengan Rm. Agoeng. Beliau berusia 40an tahun dan hidupnya terserap oleh tugas sebagai Ketua Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Semarang (Komsos KAS). Tetapi beliau juga menjadi anggota pengurus Domus Pacis. Saya merasa mendapatkan perhatian istimewa dari Rm. Agoeng. Saya yang baru bisa membuat SMS dengan HP amat sederhana diajari berkomunikasi dengan Blackberry. Beliau amat sabar melatih saya yang baru bisa sesudah lebih dari seminggu. Dengan laptop beliau melatih dan melancarkan saya untuk menggunakan e-mail dan Face Book. Itu semua beliau lakukan pada tahun mulai pertengahan 2011. Kemudian pada tahun 2013 Rm. Agoeng melatih saya menggunakan blogspot dan sebelum pindah tugas saya bisa WA juga atas ajaran beliau. Inilah yang kini menjadi kemampuan yang masih dapat saya kerjakan secara leluasa di dalam kamar. Kemampuan saya dalam menggunakan alat digital memang masih amat terbatas dipandang dari golongan muda termasuk pimpinan rumah saya. Tetapi sekalipun tidak mendalam dan luas, itulah yang secara nyata dapat saya lakukan sesuai dengan situasi dan kondisi saya.

Hal Nyata Yang Saya Lakukan

Kalau saya menulis di media sosial (WA, e-mail, FB, dan Blog), tentu saja saya menginginkan ada yang membaca. Tetapi saya menginkan agar tulisan itu menjadi hal bermakna bagi orang lain di luar Domus Pacis St. Petrus dan bagi kehidupan intern Domus.

Untuk sasaran eksternal

Bagi pembaca umum saya menulis tiga macam dan tiga kali tayangan per hari : 1) Renungan Harian; 2) Historia Domus (peristiwa di Domus) atau Pastoral Ketuaan; 3) Santo-santa sesuai hari tayangan. Ini yang terutama saya publish. Tulisan dalam blog saya rumuskan secara singkat dan kemudian saya masukkan dalam WA, e-mail, dan FB dengan menunjuk link https://domuspacispetrus.blogspot.com. Bagi saya hal ini berkaitan dengan diri saya sebagai imam sehingga saya menggunakan sarana alat digital ini untuk ikut ambil bagian dalam tugas pewartaan iman sekalipun dalam kadar yang amat kecil dan terbatas.

Untuk kebutuhan internal

Sebenarnya kini saya hanya anggota biasa di Domus Pacis St. Petrus. Saya tidak memiliki tugas tanggungjawab apapun. Tetapi pimpinan minta saya membantu pemenuhan yang menjadi kebutuhan rumah. Di sini dengan bantuan kepedulian beberapa awam saya berusaha berpartisipasi untuk kebutuhan tersebut. Tentu saja yang saya lakukan terutama dengan menuliskan lewat medsos. Saya ikut ambil bagian dalam tiga kegiatan :

  • Mecari tambahan dana uang untuk karyawan. Pimpinan mengatakan bahwa Domus membutuhkan banyak karyawan untuk kebutuhan rama-rama lansia yang karena kondisinya banyak yang harus dilayani dalam segalanya. Saya menjalani tugas ini dengan menuliskannya dalam Blog dan masuk dalam Historia Domus. Tentu saja secara ringkas saya menuliskan dalam WA, e-mail, dan FB. Ternyata cukup banyak yang menanggapi dengan mengirimkan bantuan. Saya menampung kiriman bantuan dengan menggunakan rekening TAHAPAN BCA, KCP Gejayan, 4565146662, a.n. PETRUS NOEGROHO AGOENG SW. Para penyumbang saya minta untuk mengirimkan foto bukti transfer ke WA saya no. 087834991969. Sebulan sekali saya membuat informasi jumlah penyumbang dan uang yang masuk. Kepada masing-masing penyumbang untuk bulan tertentu saya kirimkan informasi lewat WA.
  • Mencari sumbangan snak. Pimpinan berusaha untuk menyajikan kenyamanan, sekalipun tidak mewah, dengan sajian snak dua kali sehari. Untuk ini saya di bantu oleh Bu Rini dan Bu Titik mencari relawan penyumbang snak untuk 15 hari pagi dan sore. Hari-hari lain penyediaan snak menggunakan beaya anggaran Domus. Ternyata jatah 15 hari selalu terpenuhi.
  • Mencari sumbangan untuk makan malam. Mulai dengan Desember 2021 pimpinan menghendaki makan malam saya koordinasi dengan mencari warga yang bersedia ikut menyumbang. Pimpinan memberikan jatah Rp. 120.000 per makan untuk 16 orang. Agar ada sajian lumayan saya menginkan ada para pemerhati yang bersedia menyumbang Rp. 80.000 per bulan sehingga anggaran menjadi Rp. 200.000 untuk setiap sajian makan malam. Saya bersama Bu Titik dan Bu Rini bisa menggapai Bu Ari dan Bu Eni dari Paroki Banteng, dan Bu Tutik dari Maguwa, Paroki Kalasan. Bu Ari dan Bu Tutik sebagaimana Bu Titik dan Bu Rini punya jaringan dengan beberapa orang lain. Saya sendiri menghubungi beberapa warga lewat WA. Kini sudah ada yang mengirimkan dana. Rekening pengiriman uang lewat rekening bank : BPD DIY, Capem Condongcatur, 042.211.005887 a.n. DOMINICUS BAMBANG SUTRISNO. Bagi yang mengirim dana uang juga dimohon kirim bukti transfer ke WA saya 087834991969. 

No comments:

Post a Comment

Santo Bruno, Pengaku Iman

diambil dari https://www.imankatolik.or.id/kalender/6Okt.html Bruno lahir di kota Koln, Jerman pada tahun 1030. Semenjak kecil ia bercita-ci...