Wednesday, May 31, 2023

Dana Tambahan Mei 2023

Tak sedikit dari rombongan pengunjung yang bertanya tentang para romo sepuh Domus Pacis berkaitan dengan masalah kesehatan. Apakah ada dokter yang datang rutin? Siapa yang membeayai? Apakah ada perawat jaga? Dan masih ada yang lain-lain. Yang jelas dari 13 orang romo di Domus, 12 romoh sudah tua dan lansia. Dari 12 orang romo hanya 1 orang yang relatif masih dapat melayani diri sendiri. Kursi roda sudah mewarnai keduabelas romo itu. Bahkan 5 orang di antaranya sudah didominasi oleh kamar bahkan tempat tidur sendiri. Setiap Rabu memang ada pemeriksaan umum dari RS Panti Rapih. Beberapa tenaga fisio terapi juga datang untuk beberapa romo. Sebenarnyalah Domus Pacis Santo Petrus kalau disebut sebagai rumah tua sejatinya lebih dari itu. Semua sudah bersahabat dengan obat-obatan hingga akhir hayat. Kalau ada kaum awam yang bercerita tentang anggota keluarga yang sudah lansia apalagi sering rewel karena kerentanan fisik dan jiwaninya, itu juga mewarnai kehidupan pada umumnya para romo Domus.


Kondisi para romo seperti itu tentu membutuhkan adanya jumlah tenaga yang memadahi. Selain tenaga untuk perawatan gedung dan cuci setrika banyak pakaian, tenaga-tenaga yang siaga menjaga dan mendampingi para romo juga harus memadahi. Bahkan lima orang romo harus mendapatkan tenaga khusus. Inilah yang membuat anggaran rutin dari Keukupan untuk 14 orang karyawan sungguh membutuhkan tambahan. Selain selalu ada yang libur, secara rutin juga selalu ada yang lembur. Sebenarnya Rm. Hartanta, Direktur Domus Pacis, pernah kuatir akan kurangnya beaya untuk memenuhi tambahan honorarium karena adanya lemburan dan beberapa tunjuangan. Semua itu dibutuhkan demi ketenangan dan terpenuhi pelayanan terhadap para romo sepuh. Maka sejak pertengahan Juli 2021 Domus mencari uluran perhatian umat yang rela memberikan kepedulian. Puji Tuhan, ternyata cukup banyak yang peduli terhadap kebutuhan. Dari para pemeduli, memang ada yang menyumbang besar. Tetapi ada yang berkelompok-kelompok mengumpulan sumbangan kecil-kecil secara rutin. Untuk bulan Mei 2023 Rm. Bambang mencatat ada 3 kelompok dan 30 orang memberikan sumbangan. Total sumbangan terkumpul sebesar Rp. 28.225.000. Para penyumbang itu adalah :

1. PUPIP Ungaran (83), 2. Ibu Ida, 3. Ibu Dicky, 4. Ibu Haryono, 5. Devosan Kerahiman Mungkid, 6. Bapak Siswoto, 7. Ibu Anna Maria (Ibu-ibu Bernardus Babadan), 8. Bapak Jono, 9. Ibu Maria Kristina Dannie, 10. Ibu Wartini, 11. Ibu Christine, 12. Ibu Lili Herawati, 13. Ibu Lucy, 14. Ibu Lanni Riyanto (d.a. MG Dwi Astuti / Bu Marcus Smg), 15. Ibu Yuliana Sutarni, 16. Ibu Malya, 17. Ibu Tri Nor Prasetyawan, 18. Ibu Mamik, 19. Ibu ML Setiyani Indrawati, 20. Ibu Harno, 21. Ibu Sugono, 23. Ibu Wellanda, 24. Ibu Evy, 25. Ibu Dewi Anggraeni, 26. Ibu Mrihadi, 27. Ibu Catharina Gunarti, 28. Ibu Bernadet Suwarni, 28. Ibu Istiyono, 29. Ibu dr. Noor Widiastuti, 30. Bapak Nambang Triono, 31. Ibu Eny Bermadet, 32. Ibu Tini, 33. Kelompok Yosefin Medari.

Santo Yustinus

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 27 Agustus 2013 Diperbaharui: 31 Mei 2014 Hits: 10270

  • Perayaan
    01 Juni
  •  
  • Lahir
    Hidup pada Abad ke-2
  •  
  • Kota asal
    Samaria - Israel
  •  
  • Wafat
  •  
  • Sekitar tahun 165 - 166 di kota Roma | Martir. Dipancung
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

St. Yustinus berasal dari kota Nablus (Israel). Ia hidup pada abad kedua. Ayahnya membesarkannya tanpa pengenalan akan Tuhan. Ketika masih kanak-kanak, Yustinus membaca puisi, sejarah dan ilmu pengetahuan. Sementara tumbuh dewasa, ia terus belajar. Tujuan utamanya dalam belajar adalah untuk menemukan kebenaran akan Tuhan.

Suatu hari, ketika sedang berjalan menyusuri tepi pantai, Yustinus bertemu dengan seorang tua. Mereka berbincang-bincang. Karena Yustinus kelihatan gelisah, orang tua itu bertanya apa yang menggelisahkan hatinya. Yustinus menjawab bahwa ia bersedih karena tidak menemukan kepastian tentang Tuhan dalam semua buku yang telah dibacanya. Orang tua itu bercerita kepadanya tentang Yesus, Sang Juruselamat. Ia mendorong Yustinus untuk berdoa agar dapat memahami kebenaran Tuhan.

St. Yustinus mulai berdoa dan membaca Sabda Tuhan, yaitu Kitab Suci. Ia jatuh cinta padanya. Ia juga amat terkesan mengetahui betapa beraninya umat Kristiani yang bersedia mati demi iman serta cinta mereka kepada Yesus. Setelah memperdalam pengenalannya tentang agama Kristen, Yustinus menjadi seorang Kristen pula. Kemudian, ia mempergunakan pengetahuannya yang luas itu untuk menjelaskan serta mempertahankan iman dengan banyak tulisannya.

Di kota Roma, St. Yustinus ditangkap karena menjadi seorang pengikut Kristus. Hakim bertanya padanya, “Apakah kamu pikir dengan mati, maka kamu akan masuk surga dan memperoleh ganjaranmu?”

“Bukan saja aku berpikir demikian,” orang kudus itu menjawab, “Tetapi aku yakin mengenainya.”  "Buat apa saja yang kalian suka terhadap kami; tapi kami orang Kristen tidak akan pernah menyembah berhala..."  dan ia pun wafat sebagai martir dengan cara dipancung sekitar tahun 166.

Lamunan Peringatan Wajib

Santo Yustinus, Martir

Kamis, 1 Juni 2023

Markus 10:46-52

46 Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan. 47 Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" 48 Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!" 49 Lalu Yesus berhenti dan berkata: "Panggillah dia!" Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: "Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau." 50 Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus. 51 Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" 52 Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, orang dapat dianggap beriman teguh kalau sungguh beragama. Dia tekun berdoa dan aktif menjalani berbagai kegiatan agama.
  • Tampaknya, orang dapat disebut mendalam imannya karena karena banyak berdoa. Dia juga banyak bermatiraga dan memperdalam pengetahuan keagamaan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun aktif kegiatan agama dan banyak berdoa serta memperdalam pengetahuan keagamaan, orang baru sungguh beriman kalau menopangkan segala situasi dan kondisi hidupnya pada kerahiman kasih ilahi. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan yakin dan mengandalkan Tuhan dalam kehidupan kongkret hariannya.

Ah, hubungan dengan Tuhan itu ya terjadi dalam acara-acara keagamaan.

Tuesday, May 30, 2023

Bahagia Dekat Anak-anak?

Sore iyi, Minggu 28 Mei 2023, Rm. Bambang mengirim WA ke Rm. Hartanta "Kula dolan² romooo" (Saya pergi keluar, romo). Sore itu Rm. Bambang akan pergi dijemput keluarga Mbak Rachel - Mas Tian, anak Bu Rini. Dia merasa amat senang karena akan berjumpa dengan Chrisel, anak keluarga itu yang besok Agustus 2023 akan berumur 3 tahun. Mas Tian dan Mbak Rachel pada waktu sebagian besar romo sepuh masing tinggal di Domus Pacis Puren merupakan relawan-relawati yang banyak memperhatikan para romo. Hingga kini, sekalipun hanya kadang datang di Domus Pacis St. Petrus karena kerja di tokonya, para penghuni Domus dibuka ikut menikmati dagangan yang dibutuhkan. Berkaitan dengan Chrisel, keluarga itu menempatkannya sebagai cucu Rm. Bambang. Suami-istri itu selalu menyebut Rm. Bambang "Eyang Romo" di hadapan Chrisel sejak bayi. Itulah yang membuat Chrisel menyebut dan memanggil Rm. Bambang "Yang Mo". Chrisel memang tampak dekat dengan Rm. Bambang. Kalau masuk kamar Rm. Bambang biasa mengambil 1 butir telur simpanan Rm. Bambang. Dia sudah bisa menghidupkan keyboard Rm. Bambang. Chrisel akan membunyikan keyboard asal-asalan dan bersama Rm. Bambang tertawa-tawa. Sebagaimana sore itu, Minggu 28 Mei 2023, dia akan mengambil posisi di belakang kursi roda yang diduduki Rm. Bambang untuk pegang stang dan merasa sudah mendorong ketika kursi roda berjalan walau oleh tangan Rm. Bambang ataupun papi/maminya yang menggerakkan. Kebetulan benak Rm. Bambang kerap juga terisi oleh sosok Chrisel yang banyak ulkah.

Ketika peristiwa keluarga bersama Chrisel Minggu itu masuk di tengah doa pada Senin dinihari 29 Mei 2023, tiba-tiba Rm. Bambang teringat peristiwa Minggu pagi 28 Mei 2023. Pada waktu itu Rm. Hartanta menyelenggarakan kegiatan persiapan calon perserta Jabore Nasional anak dan remaja besok Juli 2023. Yang dikumpulkan adalah yang berasal dari Kevikepan Jogja Barat untuk pertemuan Sabtu-Minggu 27-28 Mei 2023 di Domus Pacis St. Petrus. Salah satu acara adalah membuat wawancara tentang panggilan para romo sepuh. Anak-anak, yang kebanyakan masih SD dan beberapa SMP, dibagi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok mendatangan beberapa romo sepuh yang sudah ditunjuk oleh Rm. Hartanta. Rm. Bambang mendapatkan kelompok yang terdiri dari 3 anak. Mereka bertanya ini itu dari motivasi panggilan hingga masa ini imamat. Entah bagaimana suasana omong-omong membuat 3 anak dan Rm. Bambang tertawa-tawa. Entah bagaimana, ternyata wawancara itu jadi asyik seperti ngobrol yang amat asyik. Dan entah bagaimana, anak-anak dari kelompok-kelompok lain yang sudah selesai wawancara dengan romo-romonya, mereka ikut bergabung dan duduk di bawah mendengarkan romo Bambang. Dan entah bagaimana, yang bertanya meluas ke anak-anak yang ikut bergabung. Pertanyaan meluas ke musik, sinetron, dan hal-hal duniawi lain. Tampaknya anak-anak senang dan Rm. Bmbang juga bergairah. Dan kerumunan omong-omong ini harus terhenti sesudah Rm. Hartanta memanggil lewat microphone untuk melanjutkan acara.

Ketika semua di atas masuk dalam doa renung dinihari Senin 29 Mei 2023, Rm. Bambang bertanya kepada diri sendiri :

  1. Apakah bahagiaku bersama anak-anak itu hanya perkembangan jiwani seorang lansia seperti banyak kakek-nenek yang senang kalau dekat cucu?
  2. Apakah bahagiaku bersama anak-anak itu pewujudan iman pada Tuhan Yesus Kristus yang pernah berkata "Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku." (Mrk 937)

Santa Camilla Battista da Varano

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 16 Mei 2017 Diperbaharui: 16 Oktober 2019 Hits: 10688

  • Perayaan
    31 Mei
  •  
  • Lahir
    9 April 1458
  •  
  • Kota asal
    Camerino, Macerata, Italia
  •  
  • Wafat
  •  
  • 31 Mei 1524 di Camerino, Macerata, Italia
    Sebab alamiah
  •  
  • Beatifikasi
    7 April 1843 oleh Paus Gregorius XVI (cultus confirmed)
    19 Desember 2005 oleh Paus Benediktus XVI (decree of heroic virtues)
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 17 Oktober 2010 oleh Paus Benediktus XVI

Santa Camilla Battista da Varano lahir pada tanggal 9 April 1458 di Camerino, Macerata, Italia, dalam keluarga aristokrat Italia yang kaya-raya. Ayahnya adalah pangeran Giulio Cesare da Varano, Duke of Camerino dan ibunya juga seorang wanita ningrat bernama Cecchina di Maestro Giacomo. Sebagai seorang puteri bangsawan, Camilla menerima pendidikan dari guru-guru terbaik dimasa itu, dan sangat berbakat dalam Retorika dan Tata-bahasa.

Pada masa Prapaskah 1479 Camilla kembali mendengarkan khotbah yang menggetarkan hati dari seorang biarawan Fransiskan bernama Francesco di Urbino. Kata-kata biarawan yang dijuluki "sangkakala Roh Kudus" ini membuat hatinya bergetar hebat. Setelah rutin mendengarkan khotbah-kotbah dari don Francesco, Camilla mulai mendengar panggilan Tuhan didalam dirinya untuk meninggalkan kehidupan duniawi. Keinginannya menjadi biarawati segera ditentang keras oleh sang ayah yang telah mempersiapkan perjodohannya. Namun Camilla teguh mempertahankan panggilannya dan tetap memutuskan untuk menjadi pengantin Kristus.

Saat berusia 21 tahun, Camilla masuk sebuah biara suster dan mengucapkan kaulnya pada tanggal 24 Maret 1479 bertepatan dengan hari raya Santa Maria menerima kabar gembira dari malaikat Tuhan. Dua tahun pertamanya sebagai seorang biarawati adalah perjuangan pahit melawan godaan dan cobaan yang berat. Selain sikap keluarganya yang tetap menentang pilihan hidupnya, Camilla juga harus menghadapi ejekan dan gosip dari sesama biarawati yang merasa aneh melihat seorang puteri bangsawan meninggalkan kastil yang megah untuk menjadi seorang biarawati miskin.

Pada tanggal 17 April 1479, Camilla pindah ke biara Klaris (OSC = Ordo Santa Clara) di Urbino Italia yang lebih kontemplatif dan memiliki regula (aturan hidup membiara) yang lebih ketat. Dalam biara inilah Camilla mengalami peningkatan kehidupan rohani yang luar biasa. Ia menjadi seorang suster yang sederhana dan penuh disiplin yang selalu hidup dalam doa dan meditasi. Ia akan berdoa sepanjang malam dan mengawali pagi harinya dengan menerima sakramen tobat. Camilla kemudian diberkati Tuhan dengan karunia penglihatan dan kerap menerima penampakkan dari para kudus dan para malaikat. Penampakkan-penampakkan ilahi ini membuka pikirannya untuk memahami konsep-konsep teologi yang kelak dituangkan dalam tulisan-tulisannya. Camilla mengintensifkan meditasinya pada sengsara Kristus hingga dapat meresapi dan merasakan penderitaan Sang Juru Selamat secara nyata, fisik maupun mental. Pada masa ini ia  menulis buku Ricordi di Gesu”, sebuah panduan meditasi dalam bentuk sebuah surat dari Yesus kepadanya.

Pada tanggal 4 Januari 1484 Camilla da Varano ditunjuk menjadi Abbess (kepala biara susteran) biara Santa Maria Nouva di kota kelahirannya, Camerino. Biara ini terletak dekat istana ayahnya dan baru selesai dipugar sang ayah untuk membuat putrinya berada dekat dengannya. Dengan kekuasaannya, pangeran Guilio Cesare da Varano menekan Vikaris Jenderal Ordo Fransiskan, yang memiliki otoritas atas Ordo Santa Clara, untuk menempatkan suster Camilla di biara yang telah ia pugar tersebut.  Camilla menolak keras pindah ke Camerino karena campur tangan ayahnya. Namun ia pindah juga setelah diingatkan akan kaul ketaatannya.

Di biara Camerino, Camilla da Varano menulis beberapa buku diantaranya : I dolori mentali di Gesu nella sua Passione (Kesedihan Hati Yesus Saat Menderita Sengsara), yang berisikan renungan panjang mengenai Sengsara Yesus. Antara tanggal 27 Februari dan 13 Maret 1491 Camilla menyusun Vita Spirituale (hidup Spiritual), buku Autobiografinya yang adalah sebuah surat yang panjang untuk don Domenico di Leonessa, biarawan Fransiskan yang telah mengilhami tetesan air matanya saat ia berusia 9 tahun. Dalam Vita Spirituale Camilla mengucapkan terima kasih kepada don Domenico dan menceritakan bagaimana ia telah mengilhami perjalanan hidup spiritualnya.

Pada tahun 1505, Paus Julius II mengirim Suster Camilla ke kota Fermo untuk membangun biara Klaris di kota itu. Ia pergi dan tinggal di sana selama dua tahun lalu kembali ke Camerino. Pada 1521 Camilla diutus ke San Severino Marche untuk membimbing sebuah komunitas biarawati yang baru saja mengadopsi Regula Santa Klara.  Di sini ia menulis karyanya yang terakhir : Trattato della Purita di cuore yang ia dedikasikan kepada Vikaris Jendral Fransiskan, Giovanni di Fano.

Suster Camilla Battista da Varano tutup usia di biara Klaris di Camerino pada tanggal 31 Maret 1524. Ia dibeatifikasi pada tanggal 7 April 1843 oleh Paus Gregorius XVI dan dikanonisasi pada 17 Oktober 2010, oleh Paus Benediktus XVI.  Tubuhnya yang masih tetap utuh, saat ini disemayamkan di biara Santa Klara, Camerino, Macerata, Italia.

Lamunan Pesta

Santa Perawan Maria Mengunjungi Elisabet

Rabu, 31 Mei 2023

Lukas 1:39-56

39 Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. 40 Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. 41 Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, 42 lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. 43 Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? 44 Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. 45 Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana."

46 Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, 47 dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, 48 sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, 49 karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. 50 Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. 51 Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; 52 Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; 53 Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; 54 Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, 55 seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya." 56 Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, kunjungan adalah hubungan sosial yang lazim di tengah kehidupan masyarakat. Ini adalah realitas kemanusiaan yang menjadi keutamaan orang, yang selain sebagai makhluk individual juga berhakikat sosial.
  • Tampaknya, kunjungan dilakukan untuk menjaga kerekatan hubungan kekerabatan bagi yang memiliki hubungan darah. Terhadap orang-orang lain kunjungan dilakukan untuk membangun dan mengembangkan persaudaraan dan persahabatan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun orang rajin mengunjungi orang lain, dia belum tentu melakukan kesejatian kunjungan kalau kehadirannya tidak menyentuh hati yang dikunjungi sehingga muncul gejolak kegembiraan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan mengunjungi orang lain bukan melulu karena kewajiban sosial tetapi karena dorongan kepedulian kasih sehingga kehadirannya mengungkapkan sapaan aura surgawi.

Ah, kunjungan yang baik itu ya bawa oleh-oleh agar tak merepotkan yang dikunjungi untuk menjamu.

Monday, May 29, 2023

Konsumsi Domus Mei 2023

Pada tanggal 19 Mei 2023 Domus Pacis Santo Petrus mengalami 2 tahun pemberkatan gedungnya. Pada kesempatan itu semua yang memberikan perhatian khusus dalam hal konsumsi diundang. Informasi undangan lewat WA disampaikan kepada yang memberikan sumbangan snak dan makan malam. Dalam hal kehadiran mereka dapat datang bersama keluarga. Tentu saja beberapa sanak keluarga para romo Domus juga ada yang hadir. Lebih dari 210 orang, termasuk penghuni Domus Pacis, hadir ikut merayakan ulang tahun kedua Domus. Suasana syukur amat mewarnai Misa yang berlanjut dengan makan bersama sambil menikmati lantunan lagu-lagu dari organ tunggal. Komunitas Romo Domus Pacis sungguh mengajak keluarga untuk menysyukuri kasih perhatian banyak umat.


Tentu saja peristiwa itu menjadi pengeluaran ekstra di luar pengeluaran rutin untuk masakan makan malam dan snak. Kebetulan saja penjualan batik yang dilakukan oleh Rm. Bambang selama 4 bulan membuat ada simpanan keuntungan lumayan. Tetapi peran para pemerhati snak dan masakan malam Domus juga membuat dana tercukupi baik kebutuhan konsumsi harian maupun perayaan ulang tahun Domus. Dalam hal ini yang berperan ikut menyumbang konsumsi pada Mei 2023 adalah sebagai berikut:

  • Snak. Ibu Yosephin Satyawati, Ibu Rini, Ibu Emma, Ibu Kanti, Ibu Lina, Ibu Joni, Ibu Muljanto, Ibu Tutik, Ibu Ratna Beni, Ibu Tita, Ibu Fred Wibowo, Ibu Titik, Ibu Topo, Ibu Endang Prayitno, Sdri. Lusi, Lingkungan Santa Catharina, Ibu Daniek, Ibu Atik Nugroho, Ibu Septi, Ibu Supriyanti.
  • Masakan Makan Malam. Bapak Joko CS (4 org), Ibu Nadya, Sdr. Indra, Ibu Ambar, Ibu Umi, Ibu Ratmi, Ibu Mardanu, Bapak Blasius Chasto, Ibu Yucha, Ibu Retha, Ibu Risni, Apotek Kudu Sehat, Ibu Lusia Hangesti, Ibu Sri Purwaningsih, Ibu Agnes Kadyartini, Ibu Pargiono, Ibu Retno Willy, Ibu Panggung, Ibu Seno, Ibu Rini Wahyudi, Ibu Primitiva, Eyang Wikuntoro, Ibu Rachel, Ibu Ratih, Ibu Sumarah, Ibu Eni, Ibu Ari, Ibu Regina Eli, Ibu Rani Mastu, Ibu Titik Waluyanti, Ibu Daruniah, Ibu Wiwit, Ibu Yuli, Ibu Evy, Ibu Ning Miduk, Ibu Rini, Ibu Yoh Priyono, Ibu Emi, Ibu Melly, Ibu Stephani, Ibu Ninik Saut, Ibu Erna Echi.  

Santa Joan of Arc

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 23 Agustus 2013 Diperbaharui: 27 September 2020 Hits: 16538

  • Perayaan
    30 Mei
  •  
  • Lahir
    6 January 1412
  •  
  • Kota asal
    Greux-Domremy, Lorraine, Perancis
  •  
  • Wafat
  •  
  • 30 Mei 1431; Martir. Dibakar hidup-hidup di Rouen, Perancis
  •  
  • Beatifikasi
    11 April 1905 oleh Paus Santo Pius X
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 16 Mei 1920 oleh Paus Benediktus XV

Joan Of Arc (jeanne d’Arc) lahir di Greux-Domremy, Lorraine, sebuah desa kecil di Perancis. Jacques d'Arc, ayahnya, adalah seorang petani yang memiliki tanah yang cukup luas dan ibunya bernama Isabelle Romee, seorang wanita yang lembut dan penuh kasih.  

Joan muda suka sekali berdoa, terutama pada tempat-tempat suci bagi Bunda Maria. Dalam doanya, gadis petani kecil yang jujur ini sering menerima penglihatan (vision) dari para kudus seperti Santa Margaret dari Antiokhia, Santa Catherine dari Alexandria, dan yang paling sering ia sebutkan adalah penampakan dari Malaikat Agung Michael.  Suatu hari ketika dia sedang menonton domba-dombanya, St. Michael Malaikat agung, menampakkan diri kepadanya dan berkata, "Putri Allah, pergilah selamatkanlah Perancis!"

Setelah selama tiga tahun Joan terus-menerus mendengar suara orang-orang kudus memanggilnya untuk bertindak; ketika ia berumur enam belas tahun, Joan memulai misinya. Ia menghadap raja dan meminta agar diberikan pasukan untuk membebaskan tanah Perancis yang sudah dikuasai Inggris.

Pada waktu itu, terjadi peperangan antara Perancis dan Inggris yang berlangsung selama seratus tahun. Karena itu, peperangan ini disebut dengan Perang Seratus Tahun. Inggris telah memenangkan banyak wilayah Perancis. Begitu banyaknya sampai-sampai raja Inggris juga menyebut dirinya sebagai raja Perancis.

Awalnya tidak mudah bagi Joan untuk menyakinkan Raja agar memberinya pasukan. Ia hanyalah seorang gadis petani, berasal desa terpencil dan buta huruf pula. Namun Joan tidak menyerah. Ia mengatakan pada Raja bahwa Tuhan telah mengutusnya untuk memimpin pasukan Perancis di medan perang. Agar Raja percaya kepadanya, Joan meramalkan bahwa peperangan yang saat itu sedang terjadi di Herrings akan berakhir dengan kekalahan Perancis. Ramalan Joan kemudian terbukti benar. Dan Raja Charles VII pun mulai percaya pada kata-kata Joan.

Dengan izin Raja, Joan memimpin pasukan Perancis ke kota Orleans, di mana ia sendiri berdiri paling depan menghadapi musuh.  Dalam baju zirah yang putih berkilau, gadis remaja ini berkuda menerjang pasukan Inggris dengan panji kebesaran yang berkibar di atas dirinya. Pada panji kebesarannya tertera nama-nama YESUS dan MARIA.  Dia terkena anak panah dalam pertempuran itu, tapi dia terus maju bertempur dan menyemangati anak buahnya untuk tidak menyerah. Ia berkata kepada mereka bahwa Tuhan menghendaki agar Inggris keluar dari tanah Perancis. Prajurit Perancis mendengarkan kata-kata panglima wanita ini dan bertempur dengan penuh semangat. Akhirnya setelah bertempur mati-matian mereka berhasil menghancurkan sebagian besar pasukan Inggris. Pasukan yang tersisa mundur dari medan pertempuran lalu melarikan diri.  Kemenangan ini disambut dengan penuh sukacita karena selama ini mereka selalu saja kalah oleh bala tentara Inggris.

Kemenangan demi kemenangan kemudian diraih pasukan Perancis dibawah kepemimpinan St. Joan.  Ia  memimpin pasukannya menghancurkan pos-pos pertahanan pasukan Inggris,  lalu merebut  sebuah benteng Inggris yang sangat kuat di les Tourelles. Pada pertempuran di les Tourelles Joan terkena anak panah dibahunya; namun seperti tidak merasakan apa-apa, Joan mencabut panah tersebut lalu diiringi pekikan yang menyemangati pasukannya, ia kembali maju bertempur.

Satu demi satu kota-kota Perancis yang dikuasai Inggris direbut kembali oleh Joan. Kota Jargeau direbut Joan pada tanggal 12 Juni 1429. Tiga hari kemudian, tanggal 15 Juni,  Joan menghancurkan pasukan Inggris di Meung-sur-Loire dan merebut kota itu. Dua hari selanjutnya Joan menuju Beaugency dan merebut kota tersebut tanpa perlawanan berarti dari pasukan Inggris.

Ketika pihak Inggris mengirimkan pasukan bantuan dalam jumlah besar; Joan segera menyongsong  pasukan tersebut. Pertempuran dahsyat terjadi. Di kemudian hari pertempuran ini dikenal dengan nama pertempuran Patay. Joan memerintahkan pasukan perintis (vanguard) Perancis untuk secepatnya menyergap pasukan Inggris sebelum pasukan panah mereka dapat menyiapkan pertahanan. Serbuan mendadak ini membuat pasukan Inggris yang dipimpin oleh Jendral Sir John Fastolf kocar-kacir. Sebagian besar pasukan dan para komandannya tewas. Pasukan yang tersisa lari pontang-panting menyelamatkan diri, termasuk juga Jendral Sir John Fastolf.

Nama Joan of Arc kemudian menjadi momok bagi pasukan Inggris. Kenyataan tentang seorang perawan suci yang memimpin pasukan Perancis di bawah panji bertuliskan YESUS dan MARIA, membuat nyali pasukan Inggris ciut.  

Setelah pertempuran Patay, St. Joan memimpin pasukan Perancis berbaris menuju Reims dari Gien-sur-Loire pada tanggal 29 Juni. Semua kota yang dikuasai Inggris di sepanjang jalan menuju Reims menyerah tanpa syarat kepada pasukan Perancis. Di kota Troyes, pasukan Inggris takluk setelah dikepung selama empat hari, tanpa adanya pertumpahan darah.

Sebuah kisah mukjizat menyertai St. Joan saat ia merebut Troyes. Pasukan Perancis menderita krisis logistik pada saat mencapai Troyes. Tapi sungguh ajaib;  beberapa bulan sebelum kedatangan mereka, seorang biarawan pengelana bernama Richard telah berkhotbah akan datangnya akhir dunia di Troyes. Ia berhasil meyakinkan penduduk Troyes untuk menanam kacang-kacangan yang memiliki masa panen pendek. Pasukan St. Joan tiba tepat pada saat panen tiba dan ribuan anggota pasukannya tidak menderita kelaparan. Mujizat ini membuat pasukan Perancis dan masyarakat kota itu percaya bahwa Joan of Arch adalah seorang utusan Tuhan. Bahkan para sejarawan saat ini juga menyimpulkan bahwa Joan of Arc sepertinya bukanlah seorang pemimpin militer yang cakap. Ia lebih tepat disebut sebagai seorang yang “diberkati”.

Setelah kemenangan demi kemenangan diraih, waktu penderitaan Joan dimulai. Dalam satu pertempuran dia ditangkap oleh Pasukan Burgundi. Kemudian ia dijual ke Inggris.  Charles VII  Raja Perancis yang tidak tahu berterima kasih itu bahkan tidak pernah berusaha untuk menyelamatkannya. Raja pengecut itu ternyata takut akan popularitas Joan yang bisa menjadi ancaman bagi tahtanya. Joan dimasukkan ke dalam penjara dan setelah melalui sebuah persidangan yang penuh intrik politik dan ketidak-adilan ia dijatuhi hukuman mati.

Catatan di pengadilan menunjukkan bukti kecerdasan Joan yang luar biasa. Ia mampu memberi jawaban yang briliant pada pertanyaan jebakan yang disusun dengan sangat teliti oleh para pendakwanya yang sangat terpelajar. Seperti sewaktu ditanya :  “Apakah anda tahu bahwa anda berada dalam berkat Tuhan (God's grace)..?”. Pertanyaan ini adalah jebakan. Jika Joan menjawab iya, maka ia akan dituduh bidaah karena mengganggap dirinya sebagai seorang nabi atau seorang utusan Tuhan. Tapi jika menjawab tidak, maka dengan sendirinya Joan telah mengakui kesalahannya. Jawaban Joan sungguh di luar dugaan.  Gadis desa yang buta huruf ini berkata : “Jika tidak, semoga Tuhan menempatkan saya di sana; dan jika iya, semoga Tuhan tetap memberkati saya." Mendengar jawaban ini mereka yang menginterogasinya menjadi takjub dan langsung menunda interogasi pada hari itu.  (jadi ingat kisah di Mat 22:15-22).

Saat dihukum mati Joan bahkan belum mencapai umur dua puluh tahun. Namun dia dengan gagah  berani menyambut kematiannya pada tanggal 29 Mei 1431. Ia diikat pada sebuah tiang yang tinggi dan dibakar sampai mati. Kata-kata terakhirnya adalah "Yesus."

Setelah perang berakhir Paus Kallixtus III mengesahkan proses pengadilan ulang atas Joan d’Arc. Proses ini melibatkan banyak pihak dari seluruh Eropa dan mengikuti prosedur standar pengadilan saat itu. Para ahli teologi menganalisis kesaksian dari 115 saksi mata. Kesimpulan akhir dimumkan pada bulan Juni 1456, yang menyatakan bahwa Joan adalah seorang martir yang tidak bersalah. Pengadilan ini juga menyimpulkan bahwa hakim yang memutuskan hukuman bagi Joan telah menjatuhkan hukuman mati kepada seorang wanita yang tak berdosa demi balas dendam politik. Pengadilan secara resmi memutuskan Joan of Arc tak bersalah pada tanggal 7 Juli 1456.

Empat ratus delapan puluh sembilan tahun kemudian, pada tanggal 16 Mei 1920, Paus Benediktus XV mengumumkan Joan sebagai seorang Kudus.

Lamunan Pekan Biasa VIII

Selasa, 30 Mei 2023

Markus 10:28-31

28 Berkatalah Petrus kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!" 29 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, 30 orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. 31 Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, tak ada orang yang tak menginginkan yang disebut dengan pengakuan. Dengan diakui keberadaannya orang mudah mendapatkan penghargaan.
  • Tampaknya, banyak orang mengaitkan penbghargaan dan penghormatan dengan tingkatan status. Makin tinggi status sosialnya atau jabatan yang dimiliki, makin terhormatlah seseorang.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun status atau jabatan sosial bisa menghadirkan penghargaan dan penghormatan, sejatinya penghargaan seseorang tidak ditentukan oleh kedudukan tinggi atau jadi terpandang namun dari sikap hatinya ikut Tuhan dengan menghayati sukacita ilahi dalam diri dan amalannya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan selalu bahagia dan menghadirkan kebahagiaan dalam menghayati status apapun.

Ah, orang akan senang kalau punya kedudukan atau pangkat tinggi dan hidup terpandang.

Sunday, May 28, 2023

Mars Keuskupan Agung Semarang


Setiap Jumat pagi jam 05.30 di Kapel Domus Pacis St. Petrus selalu mulai terdengar suara Misa pagi. Ini sudah berlangsung sejak tahun 2021 sesudah para romo dari Domus Pacis Puren pindah dari Pringwulung dan pindah menempati Domus Pacis Santo Petrus Kentungan. Tetapi itu bukan Misa Komunitas Domus Pacis St. Petrus. Misa Komunitas Domus biasa terjadi setiap sore pada jam 17.30 dari Senin sampai dengan Sabtu. Yang terjadi pada Jumat pagi adalah Misa para frater Seminari Tinggi Santo Paulus yang dipimpin oleh romo dari Seminari. Kelompok yang ikut Misa Jumat pagi bisa berasal dari salah satu kelas dan bisa dari sesama asal Keuskupan Agung Semarang. 

Misa Jumat 26 Mei 2023 diikuti oleh para frater calon imam praja Keuskupan Agung Semarang dari tingkat pertama hingga akhir. Mereka mendapatkan nama Unio Kecil. Sebenarnyata Unio adalah persaudaraan para romo praja atau diosesan. Mereka akan disebut Unio dengan tambahan nama Keuskupannya. Di Keuskupan Agung Semarang (KAS) persaudaraan para imam praja disebut Unio KAS. Kalau kemudian ada Unio Kecil, itu menunjukkan persaudaraan calon romo praja. Misa Jumat itu bagi para romo sepuh Domus Pacis walaupun lewat peristiwa kecil memberikan nuansa khusus yang beda dari pada biasanya. Seusai Misa, yang dipimpin oleh Rm. Ari rektor Seminari, berdiri berjajar di ruang makan. Mereka menghadap ke para romo yang baru saja berdoa pembukaan makan. "Para romo, selamat pagi dan berkah Dalem. Kami akan menyanyikan lagu Mars Keuskupan Agung Semarang" salah satu frater memberikan pengantar. Kemudian mereka menyanyikannya dengan bersemangat. Menyaksikan itu para romo Domus tampak berbinar wajahnya.

Santo Sirilus dari Kaisarea

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 10 Mei 2014 Diperbaharui: 11 Mei 2017 Hits: 6103

  • Perayaan
    29 Mei
  •  
  • Lahir
    Hidup pada abad ke-3
  •  
  • Kota asal
    Cappadocia - Turki
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir - Dipancung pada tahun 251 di Caesarea Cappadocia Turki
  •  
  • Venerasi
    -
  •  
  • Beatifikasi
    -
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Sirilus lahir di Kapadokia, Asia Kecil (Sekarang wilayah Turki) pada pertengahan abad ke-3. Ia masih berusia remaja saat dibabtis menjadi seorang Kristen. Karena imannya ini; ia harus meninggalkan segala miliknya, meninggalkan keluarganya, dan mengorbankan nyawanya sebagai seorang saksi Kristus.  

Ayah Sirilus adalah seorang penyembah berhala. Ia menjadi sangat marah ketika mendengar bahwa anaknya telah dibabtis menjadi seorang Kristen. Ia berusaha dengan berbagai cara agar Sirilus meninggalkan iman barunya. Ia menganiaya dan menyiksa putranya untuk memaksanya murtad. Karena Sirilus tetap teguh memeluk imannya; ia diusir dari rumah dan dijebloskannya kedalam penjara.  Sirilus sedih; namun bukan karena perlakuan kejam ayahnya; tapi karena ayah dan keluarganya tidak mau mengerti akan keputusannya. Satu-satunya yang menguatkan hatinya adalah kata-kata Kristus dalam kitab suci :

“Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; ....... ”  (Mat 10:37)

Ketika dihadapkan ke pengadilan, Sirilus sedikitpun tidak takut ketika diancam oleh hakim. Karena itu sang hakim mencoba untuk membujuknya. Ia mengatakan bahwa Sirlilus akan diberi pengampunan dan tidak akan dihukum jika ia membenci dan menghujat nama Yesus. Sirilus juga akan memperoleh bagian yang besar dari harta warisan ayahnya bila ia berbaikan dengan sang ayah.  

Tetapi dengan tegas remaja ini menjawab :  “Karena iman, aku telah diusir dari rumah. Namun aku pergi dengan dengan gembira, sebab aku mempunyai tempat tinggal lain yang lebih mulia yang sedang menantikanku.”  

Hakim lalu mencoba menakut-nakuti pikiran remaja ini. Ia memerintahkan agar Sirilus dibawa ke sebuah api unggun besar, seakan-akan hendak dibakar hidup-hidup. Ketika mereka kembali, sang hakim berkata membujuknya :  "Anakku, engkau telah melihat api yang akan membakarmu dan pedang yang akan memenggal kepalamu. Segera tinggalkan Yesus, dan kembalilah ke rumah ayahmu.  Engkau akan sangat beruntung dan akan memperoleh harta warisan dari ayahmu."

Namun dengan gagah martir belia ini menjawab, "Tuan hakim, anda telah berbuat kesalahan dengan membawa saya kembali ke sini. Saya tidak takut pada api atau pedang sebab Yesus akan menerima saya.  Seharusnya anda tidak menunda waktu lagi. Segera jatuhkanlah hukumanmu, supaya saya cepat pergi kepada-NYA".

Mendengar kata-kata remaja ini, sang hakim menjadi sangat marah. Ia lalu menyuruh para serdadu untuk segera memenggal kepala Sirilus. 

Santo Sirilus dari Kaisarea menerima mahkota kemartirannya sekitar tahun 251. 

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...