Monday, May 23, 2022

Rm. Bambang Tukang Mengejek?


"Monsinyur sampun yuswa pinten?" (Monsinyur sudah berusia berapa tahun?) tanya seorang ibu kepada Mgr. Blasius. "Kula sampun wolungdasa pitu taun. Kula rumiyin kulinten mlampah. Rikala tugas wonten Boro kula kulinten mlampah wonten pundi-pundi ing Pegunungan Menoreh. Wonten Kalimantan kula kulinten njajah desa milang kali, amargi mrika-mriki kathah kali ...." (Saya sudah 87 tahun. Dulu ketika bertugas di Paroki Boro saya biasa menjelajah Pegunungan Menoreh. Di Kalimantan saya biasa menjelajah desa dan sungai-sungai, karena di sana banyak sungai) jawaban kata-kata Mgr. Blasius tiba-tiba dipotong oleh Rm. Bambang "Dan ketika naik perahu, beliau mengalami terguling. Padahal beliau membawa telur buaya yang dibungkus dengan celana dalam". Ibu-ibu terhenyak tetapi kemudian tertawa. Mgr. Blasius kemudian menceriterakan mendapatkan hadiah telor buaya yang kemudian dibungkus dengan kaos dan celana dalam untuk suatu ketika kalau pulang ke Jawa akan ditunjukkan. "Mula nek weruh baya kudung kathok jero, ya kuwi endhog sing netes neng buntelane Monsinyur" (Maka kalau menjumpai buaya berkerudung celana dalam, itulah telor yang menetas di bungkusan Mgr. Blasius) sambung Rm. Bambang yang membuat ibu-ibu makin tertawa terbahak-bahak.

"Yen Romo Yadi yuswa pinten?" (Kalau Rm. Yadi sudah berusia berapa tahun?) seorang ibu lain bertanya kepada Rm. Yadi yang menjawab "Pitung dasa" (70 tahun). Rm. Bambang menyahut "Orang dhing. Wis luwih. Suk tanggal 29 Mei umur 86 taun" (Tidak benar. Besok 29 Mei 2022 beliau berusia 86 tahun). "Nanging pasuryanipun tasih ketingal enem" (Tetapi wajahnya masih tampak muda). "Napa?" (Apa?) tanya Rm. Yadi yang langsung tersusul kata-kata Rm. Bambang "Lhooooo, wis budheg ta? Jan-jane wis bola-bali ditimbali Gusti, ning ra tau krungu" (Lihat. Sudah sulit mendengar, kan? Sebetulnya Tuhan sudah berkali-kali memanggil tetapi dia tidak pernah mendengar). Para ibu kembali tertawa terbahak-bahak. Suasana tertawa itu juga terjadi ketika pembicaraan terarah kepada Rm. Ria dan Rm. Harta. Rm. Hartanta, Direktur Domus yang memandu omong-omong, menyampaikan kata-kata bagaikan kesimpulan "Inilah keadaan kami sehari-hari. Di dalam makan bersama kami seperti terbelah dua. Bagian timur 4 orang yang masih bisa berbicara keras penuh kelakar dan bahkan omong sembarangan. Sedang bagian barat banyak diam". Rm. Bambang menyela "Mereka yang diam memang sedikit bicara tapi banyak kerja, karena makaaaan terus" yang membuat ibu-ibu tertawa lagi. Rm. Hartanta melanjutkan "Romo Bambang memang menjadi pembentuk suasana ceria karena ejekan-ejekannya. Kalau dia tak ada, suasana bisa jadi sepi".

Itulah suasana penuh keakraban pada Minggu 22 Mei 2022. Pada hari itu ada kunjungan 23 orang ibu anggota Wanita Katolik RI Ranting Paroki Wedi. Mereka masuk Domus pada jam 10.00. Tetapi sebelumnya mereka sudah ziarah kubur para romo di Makam depan bangunan Domus. Bahkan mereka berfoto selfi pada setiap makam yang berjumlah 53. Kunjungan Wanita Katolik juga terjadi sehari sebelumnya, yaitu 6 orang ibu dari Wanita Katolik RI Ranting Minomartani. Kalau pada Minggu ada 6 orang romo yang ikut menyambut, pada Sabtu yang menyambut 5 romo. Pada Sabtu yang ikut menemui para tamu bersama Rm. Hartanta adalah Rm. Ria, Rm. Harto, Mgr. Blasius, dan Rm. Bambang. Sedang pada Minggu Rm. Yadi juga ikut bergabung. Para tamu biasa membawa oleh-oleh sesuai kebutuhan Domus berdasarkan daftar yang disampaikan oleh Rm. Hartanta lewat WA. Biasanya ada juga sumbangan untuk kepentingan Domus. Sedang untuk saat-saat ini Rm. Bambang ikut nimbrung mengumpulkan dana lewat penjualan buku Belajar Jadi Lansia Saksi Berhadapan Hari Akhir.

No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...