Makam para romo projo Keuskupan Agung Semarang di kompleks Seminari Kentungan memang biasa dikunjungi. Umat Katolik yang pernah mengalami karya rama yang dimakamkan di situ kerap ziarah kubur. Ada yang perorangan, ada yang berkelompok, dan ada yang terorganisasi datang berkendaraan. Bahkan untuk almarhum yang dulu dekat dengan karya lintas agama, warga beragama lain juga mengunjungi makamnya. Dari para peziarah ada juga yang melakukan ziarah makam dalam rangka kunjungan ke Domus Pacis Santo Petrus, rumah sepuh yang disediakan untuk para romo projo Keuskupan Agung Semarang. Kuburan dan Domus Pacis memang berada dalam satu kompleks Seminari Kentungan dan lokasinya berseberangan. Maka layak kalau ketika berziarah makam kemudian melihat gedung Domus lalu bertamu mengunjungi romo sepuh yang tinggal di dalamnya. Maka layak pula ketika mempunyai program kunjungan ke Domus kemudian melihat makam lalu berziarah kubur.
Salah satu peristiwa ziarah kubur lalu kunjungan ke Domus juga terjadi pada Jumat 28 Mei 2022. Ada serombongan kecil keluarga yang berziarah kubur ke salah satu makam. Sesudah itu mereka teringat pada salah satu sahabat almarhum yang kini tinggal di Domus Pacis. Maka merekapun juga bertamu ke Domus. Mereka mengunjungi makan almarhum Romo Diakon Tarsisius Hartoko Padmowardoyo. Almarhum wafat pada Desember 1978 ketika hampir tahbisan imamat yang undangannya sudah tersebar. Dalam undangan itu ada nama-nama yang kini berada di Domus, yaitu Rm. Supriyanto, Rm. Tri Hartono, dan Rm. Yadi. Tetapi keluarga itu datang ke Domus khusus untuk Rm. Bambang. Rm. Bambang memang masuk Seminari Mertoyudan bersama Rm. Hartoko tetapi mengalami keluar 2 tahun ketika sudah berada di Seminari Kentungan. Rombongan kecil yang berkunjung ini adalah 2 kakak dan 1 adik almarhum Rm. Diakon Hartoko bersama 2 orang anak mereka. "Biyen Romo Bambang kerep ngepit neng Warak nganggo pit ijo kinclong" (Dulu Rm. Bambang kerap bersepeda ke Warak, rumah orang tua almarhum Hartoko, memakai sepeda berwarna hijau kinclong) kata Mbak Yanti yang diiyakan oleh kakak-kakaknya. Pembicaraanpun terfokus pada pengalaman tahun 1967-1969 ketika Rm. Bambang masih SMA dan berhubungan dekat dengan keluarga itu. Rm. Diakon Hartoko memang sahabat Rm. Bambang sejak di SMA yang dari kelas 1 hingga 3 selalu satu kelas. Almarhum juga tinggal di Ambarrukmo ikut kakaknya yang sekampung dengan Rm. Bambang. Tetapi orangtuanya berada di Dusun Warak yang kini menjadi pusat Paroki Warak. Maka Rm. Bambang kerap mengalami tidur di rumah almarhum Hartoko bahkan sesudah berkarya sebagai imam.
No comments:
Post a Comment