Tuesday, November 30, 2021

Beato Charles de Foucauld

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 01 Maret 2017 Diperbaharui: 15 Oktober 2020 Hits: 4662

  • Perayaan
    01 Desember
  •  
  • Lahir
    15 September 1858
  •  
  • Kota asal
    Strasbourg, Perancis
  •  
  • Wilayah karya
    Tunisia, Aljazair, Maroko, Libya
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir
    Ditembak mati oleh Jihadis Sekte Senussi pada tanggal 1 Desember 1916 di Tamanrasset, Aljazair
  •  
  • Venerasi
    24 April 2001 oleh Paus Yohannes Paulus II
  •  
  • Beatifikasi
    13 November 2005 oleh Paus Benediktus XVI
  •  
  • Kanonisasi

Charles Eugenie de Foucauld lahir pada tanggal 15 September 1858  di Strasbourg Perancis, dalam keluarga Aristokat Kerajaan.  Pada usia enam tahun, kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Ia dan adiknya Maria lalu dibesarkan oleh kakek mereka. Sebagai keluarga bangsawan, Charles mendapat pendidikan yang baik. Ia belajar di Sekolah Jesuit di Nancy dan Paris, lalu melanjutkan pendidikannya di  Akademi Militer pada tahun 1876.

Tamat dari  Akademi  militer,  Charles menjadi seorang perwira muda yang ditugaskan pada resimen ke-4 Hussar  angkatan perang  Perancis  dan dikirim ke wilayah koloni Perancis di Setif Aljazair. Ditempat ini ia dan resimennya terlibat dalam banyak pertempuran melawan para pemberontak Bon Mama di wilayah Oran Selatan.

Dalam pergaulannya dengan masyarakat setempat, Charles menjadi sangat tertarik dengan masyarakat suku Bedoin yang hidup di padang pasir.  Ia mengajukan permohonan cuti agar dapat mempelajari budaya mereka, namun permohonannya ditolak. Tidak  patah arang, Charles lalu mengundurkan diri dari militer lalu pergi ke padang gurun dan tinggal bersama mereka. Hidup di padang gurun menuntun Charles pada peningkatan kehidupan rohani yang luar biasa. Dalam kesendirian dan keheningan di gurun pasir,  ia dapat mendengar panggilan Tuhan yang mengetuk pintu hatinya setiap saat.  Setelah lima belas bulan dipadang gurun Afrika Utara, Charles akhirnya siap menjawab panggilan-NYA.

Charles de Foucauld kembali ke Perancis pada bulan Februari 1886 sebagai seorang yang berbeda dengan Charles yang dulu berangkat ke Afrika Utara.  Pemuda aristokrat mantan komandan resimen Hussar ke-4 Angkatan Perang Kerajaan Perancis Raya itu tiba di Paris dengan penampilan nyaris seperti  seorang pegemis dengan kepribadian seorang pertapa. Ia mencengangkan keluarga besarnya dengan cara hidupnya yang miskin dan religius.  Ia selalu tidur di lantai, dan menghabiskan berjam-jam setiap hari dalam doa di rumah dan di gereja.

Pada tahun 1888  sampai  pertengahan tahun 1889, Charles berziarah ke tanah suci Yerusalem.  Kembali dari Israel, Charles menghabiskan sebagian besar waktunya  dengan mengikuti berbagai retret dan pembinaan rohani. Tanggal 16 Januari 1890  menjadi hari bersejarah dalam kehidupan spiritual Charles. Ia bergabung dengan Ordo Cistercian Trappist di biara Notre Dames-des-Neiges dan mengucapkan kaul sebagai seorang Bruder. Charles tinggal beberapa lama di sana,  kemudian ditempatkan di biara Akbès di dekat perbatasan Turki dan Suriah.   Pada tahun 1897 Bruder Charles pergi ke tanah Israel dan hidup sebagai seorang pertapa di kota tempat Tuhan Yesus menghabiskan masa kecilnya; Nazareth. Namun Charles  tidak lama tinggal di Nazareth. Ia diminta kembali ke Paris untuk belajar Theologi agar bisa ditahbiskan menjadi imam.

Pada tahun 1901, dalam usia 43 tahun, Charles de Foulcald ditahbiskan menjadi seorang imam di Viviers Perancis. Tugas pertamanya sebagai seorang imam adalah kembali ke Afrika Utara  untuk mewartakan Injil dan membangun biara sebagai pusat kegiatan misionaris. Ia tiba di Afrika Utara pada tahun itu juga dan mulai berkarya  di Béni Abbès, sebuah kota kecil di provinsi Béchar sebelah barat Aljazair, dekat perbatasan Maroko. Disini Charles membangun sebuah tempat pertapaan kecil sebagai pusat sementara bagi karya misinya.

Charles memulai karyanya dengan membeli para budak dan membebaskan mereka. Ratusan budak berhasil ia bebaskan. Sebagian dari mereka kemudian tinggal di Biara, membantu karya misi dan upaya pembebasan para budak.   Pada tahun  1904  ia  merintis karya misi bagi suku nomaden Tauregs  yang  hidup berpindah-pindah di wilayah selatan dan tengah gurun Sahara.  Ia menerjemahkan Injil ke dalam bahasa Tauregs  dan menghabiskan setahun lebih untuk menulis kamus bahasa Taureg.  Karyanya berkembang  dengan pesat dan pada bulan Maret 1909 Charles mendirikan sebuah institusi religius yang disebut: The Union of Brothers and Sisters of the Sacred Heart untuk mendukung karyanya di Afrika Utara.  

Pada tanggal 1 Desember 1916, pater Charles de Foucauld diculik oleh sekelompok bandit bersenjata yang dipimpin oleh El Madani ag Soba, seorang anggota sekte Senussi yang sebelumnya telah menyatakan Jihad terhadap pemerintah Perancis. Pater Charles lalu dieksekusi oleh seorang bandit bernama Sermi ag Thora dengan ditembak di bagian kepala, yang membuatnya tewas seketika.  Pembunuhan itu disaksikan oleh koster Paul Embarek, seorang mantan budak yang  telah dibebaskan oleh pater Charles de Foucauld.

Pemerintah Perancis selama bertahun-tahun terus memburu para bandit yang terlibat dalam pembunuhan pater Charles de Foucauld.  Pada tahun 1943 pemimpin para bandit, El Madani ag Soba disergap pasukan Perancis di Libya namun ia berhasil meloloskan diri dan menghilang di padang gurun di wilayah Fezzan Selatan.  Sang eksekutor, Sermi ag Thora, ditangkap dan dihukum mati di Djanet sebelah Tenggara Aljazair pada tahun 1944.

Pater Charles de Foucauld dihormati Gereja sebagai seorang martir. Decree of Martyrdom (Venerasi) diumumkan oleh Paus Yohannes Paulus II pada tanggal 24 April 2001. Pada tanggal 13 November 2005  Charles dibeatifikasi oleh Paus Benediktus XVI.(qq)

Dana untuk Karyawan November 2021


Ini tentang sumbangan uang untuk menambah kebutuhan honorarium karyawan Domus Pacis St. Petrus. Pimpinan meminta Rm. Bambang untuk menghimpunnya. Rm. Bambang menayangkan informasi ke pembaca statusnya dalam WA, e-mail, FB, dan Blog Domus https://domuspacispertrus.blogspot.com. Pengumpulan dana sudah dimulai pada Juli 2021. Pada umumnya para penyumbang dana mengirimkan lewat rekening bank : TAHAPAN BCA, KCP Gejayan, no. 4565146662, a.n. PETRUS NPEGROHO AGOENG SW. Setiap pengirim diharapkan mengirimkan gambar bukti transfer ke WA Rm. Bambang no. 087834991969. Adapun selama bulan November 2021 Rm. Bambang mencatat ada 55 kali pengiriman bukti transfer. Tetapi 2 kali pengiriman berasal dari 2 kelompok yang melibatkan 91 orang anggota. DEngan demikian kalau dikaitkan dengan perorangan pemberi sumbang, ada 144 orang penyumbang. Secara keseluruhan jumah uang sumbangan ada Rp. 19.495.000,00. Adapun daftar penyumbang adalah sebagai berikut :

      1. Ibu Surati; 2. Ibu Nanik Batam; 3. Ibu Umi KLaten; 4. PUPIP Ungaran (76 org); 5. Ibu Melly; 6. Ibu Johan Jogja; 7. Ibu Yen Yen; 8. Bp Puguh; 9. Ibu Ratmi; 10. Ibu Mardanu; 11. Eny Bernadet Mandiraja; 12. Ibu Christine Semarang; 13. Ibu Wartini Badran; 14. Ibu Emiliana Kasmudjiastuti; 15. Ibu Maria Kristina Dannie; 16. Bapak Jono; 17. Ibu Maryati; 18. Ibu Indarto; 19. Ibu Lani Harsono; 20. Ibu Susan Australia; 21. Ibu Agnes Kadyartini; 22. Dr. Theresia Noor Widiastuti; 23. Ibu Lili Herawati; 24. Bp Jaya; 25. Bp Sugiarto; 26. Bp Sinaradi; 26. Ibu Lucy; 27. Tri Nor Prasetyawan; 28. Kelg. A. Edie Susanto; 29. Bp. Jaya Semarang; 30. Ibu Yunda; 31. Ibu Evy, RSUD Dr. Muwardi; 32. Ibu Malya; 33. Bu Mamik; 34. Ibu Mrihadi; 34. Ibu ML Setiyani Indrawati; 35. Ibu Dwi Indah; 36. Ibu Bernadet Suwarni; 37. Ibu Suharno Nanggulan; 38. Ibu Sugono; 39. Ibu Retno, Bandung; 40. Ibu Sunarto; 41. Bp Suwarno, Taman Siswa; 42. Bu Naryo; 43. Ibu Rachel; 44. Ibu Chatarina Gunarti; 45. Ibu Maria Magdalena Adiyani; 46. Ibu Ida, Bogor; 47. Ibu Dicky; 48. Ibu Tantiana Windy, Bandung; 49. Ibu Endang W; 50. Ibu Laura, Semarang; 51. Ibu Istiyono; 52. Ibu Nanik Batam; 53. Ibu Astrid; 54. Bp Himawan; 55. Kelompok Yosefin Medari (15 org).

Lamunan Peringatan Wajib

Beato Dionisius dan Beato Redemptus, Biarawan dan Martir Indonesia

Rabu, 1 Desember 2021

Matius 15:29-37

29 Setelah meninggalkan daerah itu, Yesus menyusur pantai danau Galilea dan naik ke atas bukit lalu duduk di situ. 30 Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. 31 Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel. 32 Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan." 33 Kata murid-murid-Nya kepada-Nya: "Bagaimana di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?" 34 Kata Yesus kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?" "Tujuh," jawab mereka, "dan ada lagi beberapa ikan kecil." 35 Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. 36 Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak. 37 Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, tujuh bakul penuh.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, ada gambaran bahwa orang saleh dicinta Tuhan. Tentu saja ini adalah orang yang taat agama.
  • Tampaknya, ada gambaran bahwa Tuhan amat memperhatikan orang-orang baik yang taat agama dan memberinya pahala. Tetapi kaum pendosa akan mendapatkan siksaan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul dekat dengan kedalaman batin, sekalipun Tuhan memang menghendaksi kebaikan, kesejatian perhatian kasih ilahi justru terarah terutama kepada kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sadar bahwa, sekalipun penuh dosa dan keburukan perilaku, mereka yang papa dan menderita adalah kesayangan Tuhan.

Ah, bagaimanapun juga Tuhan benci pada kaum pendosa.

Monday, November 29, 2021

Santo Andreas Rasul

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 10 Agustus 2013 Diperbaharui: 09 Oktober 2019 Hits: 21644

  • Perayaan
    30 November
  •  
  • Lahir
    Hidup abad pertama
  •  
  • Kota asal
    Bethsaida, Galilea
  •  
  • Wilayah karya
    Yerusalem, Yunani
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir; disalibkan pada Saltire (salib berbentuk X) di Patras Yunani
  •  
  • Beatifikasi
    -
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Santo Andreas berasal dari Betsaida di Galilea, tanah Israel. Ia bersama saudaranya Simon Petrus adalah teman sekota kelahiran dengan seorang murid Yesus yang lain yaitu Filipus. Andreas dan Petrus hidup dengan bekerja sebagai nelayan penjala ikan di danau Galilea. Mereka tinggal serumah, bersama-sama dengan ibu mertua Petrus, di kota Kapernaum.

Awalnya Andreas adalah murid Yohanes Pembaptis. Tetapi, ketika Yohanes menunjuk kepada Yesus dan berkata, “Lihatlah Anak Domba Allah,” Andreas mengerti bahwa Yesus lebih besar daripada Yohanes. Pada saat itu juga ia meninggalkan Yohanes untuk mengikuti Yesus.
Yesus tahu bahwa Andreas mengikuti-Nya dari belakang. Yesus berbalik dan bertanya, “Apakah yang kamu cari?”. Andreas menjawab bahwa ia ingin tahu di manakah Yesus tinggal. Yesus menjawab, “Marilah dan kamu akan melihatnya.” Belum lama Andreas tinggal bersama Yesus, ketika ia menyadari bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh Mesias. Sejak saat itu, ia memutuskan untuk mengikuti Yesus.
Andreas jugalah yang memperkenalkan Petrus kepada Yesus. Setelah bertemu dengan Yesus ia memberitahukan kepada Simon, saudaranya : "Kami telah menemukan Mesias". Andreas membawa Simon kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)."  

Andreas dipilih Yesus menjadi salah seorang dari 12 rasul-Nya yang utama, seperti yang dicatat di semua Injil dan Kisah Para Rasul.  Andreas selalu berada disisi Yesus dalam semua perjalananNya.
Dalam peristiwa mujizat pemberian makan lebih dari 5000 orang, Andreas mempunyai peranan dalam memperkenalkan anak yang membawa 5 roti jelai dan 2 ikan kepada Yesus dengan kata-kata:
"Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini...?"

Setelah Yesus naik ke surga, Andreas ada di antara rasul-rasul lainnya di ruang atas untuk menantikan turunnya Roh Kudus yang dijanjikan Yesus. Konon, ia kemudian mewartakan Injil di Scytia dan Yunani, dan kemudian menurut tradisi (yang agak diragukan), ia pergi ke Byzantium, di mana ia mengangkat Stachys menjadi Uskup setempat.

Menurut tradisi Andreas wafat sebagai martir di Patras, Acaia, (Yunani). Ia digantung pada sebuah saltire (salib yang berbentuk huruf "X" ) selama 2 hari, dan selama itu ia terus berkotbah kepada khalayak yang datang menyaksikannya. Ia tidak dipakukan melainkan diikat saja pada salib itu, sehingga lebih lama ia menderita sebelum menghembuskan nafas terakhirnya. Salib berbentuk X ini kemudian dinamakan orang "Salib Santo Andreas".

St. Hieronimus menulis bahwa Relikwi Santo Andreas diambil dari Patras dan dibawa ke Konstantinopel atas perintah kaisar Konstantius II sekitar Tahun 357.  Relikwi ini kemudian disimpan di Gereja Para Rasul Kudus di Konstantinopel. Pada tahun 1461 sebagian relikwi santo Andreas diberikan kepada Paus Pius II.  Relikwi ini kemudian ditempatkan dalam salah satu dari empat pilar tengah Basilika Santo Petrus di Vatikan.

Pada saat kejatuhan kota Konstantinopel, relikwi Santo Andreas dan Santo Petrus yang disimpan di kota itu diselamatkan ke kota Amalfi Italia, oleh Kardinal Petrus dari Capua. Disana sebuah Khatedral yang indah kemudian dibangun untuk menyimpan relik tersebut. Khatedral ini diberi nama Duomo (khatedral) di Sant'Andrea, Amalfi, Italia.

Pada September 1964, Paus Paulus VI, sebagai itikad baik terhadap Gereja Ortodoks Yunani, memerintahkan agar semua relikwi dan peninggalan St. Andreas yang berada di Vatican dikirim kembali ke Patras. Pada tanggal 24 September 1964 Kardinal Augustin Bea bersama dengan banyak kardinal lainnya menghantarkan relikwi St. Andreas kepada Patriark (Uskup) Konstantinus di Patras. 

Pada tanggal 19 Januari 1980 Salib St. Andreas yang diambil dari Patras Yunani pada masa Perang Salib oleh Duke of Burgundy juga dikembalikan ke Patras setelah selama beberapa abad Relikwi tersebut disimpan di gereja St. Victor di Marseilles Perancis. Relikwi tersebut diserahkan kepada Patriark Patras Nikodemus oleh delegasi Gereja Katolik yang dipimpin oleh Kardinal Roger Etchegaray.  Semua Relikwi yang dikembalikan tersebut termasuk juga sisa-sisa salib X tempat rasul ini menjadi martir, kini disimpan di Gereja St. Andreas Patras; di sebuah Altar khusus dan dihormati dalam sebuah upacara khusus setiap 30 November hari pestanya.

Santo Andreas juga dihormati sebagai Santo Pelindung untuk Negara Scotlandia. Bendera Negara Scotlandia adalah gambar dari salib Santo Andreas. Kisahnya : Suatu ketika Raja Scotlandia Angus MacFergus menghadapi serbuan dari bala tentara musuh yang sangat besar. Ia kemudian berdoa memohon bimbingan Tuhan. Secara ajaib ia melihat sebuah awan putih berbentuk Saltire (salib berbentuk X lambang Santo Andreas) melayang di langit biru di atas kepalanya. Raja Angus kemudian berdevosi pada Santo Andreas dan memenangkan perang yang sangat menentukan masa depan kerajaannya. Sejak saat itu ia memutuskan bahwa Santo Andreas akan menjadi santo pelindung bagi Scotlandia. Menyusul kemenangan Robert Bruce pada Pertempuran Bannockburn pada tahun 1314, Deklarasi Arbroath dengan resmi menyatakan bahwa Santo Andreas adalah Santo pelindung Skotlandia. Dikemudian hari gambar Saltire diresmikan menjadi bendera nasional Negara Skotlandia pada tahun 1385.

Rm. Tri Wahyono 64 Tahun


Pada jam 06.31 Senin 29 November 2021 ada info dari WAG UNIO KAS NEWS yang berasal dari Rm. Herman. Info itu tertulis sebagai berikut :

Hari ini, 29 Nopember 2021:

* Rm. Antonius Tri Wahyono (W. Petrus) berulang tahun yg ke 64

* Rm. Andreas Novian Ardi Prihatmoko (Tanjungkarang) berulang tahun yg ke 37 

Selamat dan Proficiat Romo. Berkah Dalem

Membaca informasi itu Rm. Bambang agak tertawa karena ada kata-kata "Selamat dan Proficiat Romo. Berkah Dalem". Semoga kata-kata itu tidak dimaksudkan untuk dibaca oleh yang berulang tahun. Kalau yang membaca Rm. Novian tidak begitu aneh. Tetapi bagaimana kalau yang diharapkan membaca adalah Rm. Tri Wahyono? Untunglah di dalam WAG GUYUB UNIO KAS ucapan-ucapan sedang didominasi oleh kata-kata belasungkawa atas wafat Bapak Petrus Raharto, ayah dari Rm. Luhur yang kini bertugas di Paroki Wedi. Sedang Rm. Tri Wahyono sekarang tinggal di Domus Pacis St. Petrus. Beliau juga sudah berada di rumah tua cukup lama di Domus Pacis Puren. Kondisinya sudah harus dilayani dalam segala hal. Rm. Tri sudah banyak berbaring dan praktis sudah tak mapu berkomunikasi. Nonton TV dan mendengarkan radio juga sudah di luar acaranya. HP sudah bukan perlengkapan. Eeeee, ternyata di hari ulang tahunnya yang ke 64 ada juga ucapan dari Rm. Amisani pada jam 16.13 "Romo @triwahyono dan Romo @Aan SELAMAT ULTAH nggih semakin semangat, sehat kuat." Kemudian menyusul pula ucapan Rm. Supranowo pada jam 16.24 dan Rm. Jati pada jam 19.50. Bagi Rm. Bambang ucapan-ucapan itu menjadi aura tersentuhnya perhatian pada kehidupan Komunitas Domus. Bahkan kiriman tumpeng dari Bapak Agustinus Sugeng Rahmadi juga jadi rahmat penghuni Domus. Memang, ada bagian tumpeng yang diblender untuk disantapkan ke Rm. Tri Wahyono lewat sonde.

Lamunan Pesta

Santo Andreas, Rasul

Selasa, 30 November 2021

Matius 4:18-22

18 Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. 19 Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." 20 Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. 21 Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka 22 dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, dulu di dalam agama Katolik kalau berbicara tentang panggilan hanya dikaitkan dengan kehidupan membiara dan imamat. Kini hidup berkeluarga dan bahkan tetap awam tetapi selibat juga diyakini sebagai panggilan.
  • Tampaknya, untuk menemukan bentuk panggilannya ada gambaran bahwa orang harus rajin doa dan ibadat. Dengan rajin dalam kegiatan-kegiatan keagamaan orang juga bisa menyadari dan kemudian memilih bentuk panggilan yang dihayati.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul dekat dengan kedalaman batin, sekalipun penghayatan panggilan biasa dikaitkan dengan penghayatan keagamaan, orang akan sungguh peka akan panggilan ilahi kalau biasa ada dalam terang nuraninya sehingga dalam kesibukan kerja harianpun dapat mendengar ajakan-Nya yang selalu mendorong ke semangat perjuangan kemanusiaan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang dapat menghayati panggilan lewat kesibukan bidang kerja apapun sebagai tanda dan sarana ikut ambil bagian perjuangan demi kepentingan umum.

Ah, asal mau jadi suster atau bruder atau imam, orang akan sungguh menghayati panggilan hidup untuk Tuhan.

Sunday, November 28, 2021

Beato Dionisius a Nativitate

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 21 Agustus 2014 Diperbaharui: 23 November 2019 Hits: 9166

  • Perayaan
    29 November
  •  
  • Lahir
    12 Desember 1600
  •  
  • Kota asal
    Honfleur, Perancis
  •  
  • Wilayah karya
    Goa - India, Sumatra - Indonesia
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir - Kepalanya di pukul dengan Gada hingga pecah lalu lehernya digorok; di Aceh Indonesia pada tanggal 27 November 1638
  •  
  • Beatifikasi
    tanggal 10 Juni 1900 oleh Paus Leo XIII
  •  
  • Kanonisasi

Nama babtis Beato Dionisius a Nativitate adalah Pierre Berthelot. Ia lahir di kota Honfleur, Perancis pada tanggal 12 Desember 1600. Ayahnya adalah seorang dokter dan nakoda kapal dan ibunya yang bernama Fleurie Morin adalah seorang aristokrat Prancis yang harum namanya. Semua adiknya : Franscois, Jean, Andre, Geoffin dan Louis menjadi pelaut seperti ayahnya. Pierre sendiri semenjak kecil (12 tahun) telah mengikuti ayahnya mengarungi lautan luas; dan ketika berusia 19 tahun ia sudah menjadi seorang pelaut ulung.

Selain darah pelaut, ia juga mewarisi hidup keagamaan yang kuat dari ayahnya. Ini tercermin di dalam kerendahan hatinya, kekuatan iman, kemurnian dan kesediaan berkorban. Pierre muda bekerja pada perusahaan dagang Prancis. Dalam rangka tugas dagang, ia berlayar sampai ke Banten, Indonesia. Tetapi kapalnya dibakar oleh saudagar-saudagar Belanda dari kongsi dagang VOC. Berkat pengalamannya mengarungi lautan, ia sangat pandai menggambar peta laut dan memberikan petunjuk jalan.

Pierre kemudian bekerja pada angkatan laut Portugis di Goa, India. Namun ia senantiasa tidak puas dengan pekerjaannya itu. Ada keresahan yang senantiasa mengusik hatinya. Ia selalu merenungkan dan mencari arti hidup yang lebih mendalam. Ketika itu ia sudah berusia 35 tahun. Akan tetapi usia tidak menghalangi dorongan hatinya untuk hidup membiara. Ia diterima di biara Karmel. Namanya diubah menjadi Dionisius a Nativitate. Sekalipun ia sudah menjalani hidup membiara, namun ia masih beberapa kali menyumbangkan keahliannya kepada pemerintah, baik dengan menggambar peta maupun dengan mengangkat senjata membuyarkan blokade di Goa yang dilancarkan oleh armada Belanda (1636).

Di biara Karmel itulah, Dionisius bertemu dengan Bruder Redemptus a Cruce, yang bertugas sebagai penjaga pintu biara, koster, penerima tamu dan pengajar anak-anak.

Pada tahun 1638, Wakil Raja Portugis di Goa, Pedro da Silva, bermaksud mengirim misi diplomatik ke Aceh yang baru saja berganti sultan; dari Sultan Iskandar Muda ke Sultan Iskandar Thani. Pedro da Silva ingin menjalin hubungan persahabatan karena hubungannya dengan sultan terdahulu tidak begitu baik. Sebagai seorang bekas pelaut yang sudah pernah datang ke Banten, Dionisius ditunjuk sebagai almosenir, juru bahasa dan pandu laut. Oleh karena itu tahbisan imamatnya dipercepat. Dionisius ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1637 oleh Mgr. Alfonso Mendez. Bruder Redemptus dengan izinan atasannya ikut serta dalam perjalanan dinas itu sebagai pembantu.
 
Misi ini dipimpin oleh Dom Francisco Sousa de Castro sebagai duta. Para anggota misi yang lainnya adalah : Pater tentara Dionisius, Bruder Redemptus, Don Ludovico da Soza, dua orang biarawan Fransiskan, seorang pribumi dan 60 orang awak kapal. Mereka berlabuh di Ole-Ole (kini: Kotaraja) dan disambut dengan ramah.
 
Tetapi keramahan orang Aceh ternyata hanyalah tipu muslihat belaka. Orang-orang Belanda telah menghasut Sultan Iskandar Thani dengan menyebarkan isu bahwa bangsa Portugis datang hanya untuk menyebarkan agama Katolik di wilayah Aceh. Karena itu semua anggota misi ini ditangkap, dipenjarakan, dan disiksa agar menyangkal imannya. Selama sebulan mereka meringkuk di dalam penjara dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Beberapa orang dari antara mereka meninggalkan imannya untuk membeli kebebasan mereka.
 
Dionisius dan Redemptus terus meneguhkan iman saudara-saudaranya dan memberi mereka hiburan. Akhirnya di pesisir pantai tentara sultan mengumumkan bahwa mereka dihukum mati bukan karena berkebangsaan Portugis melainkan karena mereka adalah pemeluk agama KatoIik. Maklumat sultan ini diterjemahkan oleh Pater Dionisius kepada teman-temannya.
 
Sebelum menyerahkan nyawa ke tangan para algojo, mereka semua berdoa dan Pater Dionisius mengambil salib dan memperlihatkan kepada mereka supaya jangan mundur, melainkan bersedia mengorbankan nyawa demi Kristus Yang Tersalib dan yang telah menebus dosa dunia, dosa mereka. Dionisius memohon ampun kepada Tuhan dan memberikan absolusi terakhir kepada mereka satu per satu. Segera tentara menyeret Dionisius dan dimulailah pembantaian massal.
 
Setelah teman-temannya dibunuh satu-demi satu, Pater Dionisius masih bersaksi tentang Kristus dengan penuh semangat. Kotbahnya itu justru semakin menambah kebencian rakyat Aceh terhadapnya. Algojo-algojo semakin beringas untuk segera menamatkan riwayat Dionisius. Namun langkah mereka terhenti di hadapan Dionisius. Dengan sekuat tenaga mereka menghunuskan kelewang dan tombak akan tetapi seolah-olah ada kekuatan yang menahan, sehingga tidak ada yang berani. Segera kepala algojo mengirim utusan kepada sultan agar menambah bala bantuan.
 
Dionisus lalu berdoa kepada Tuhan agar niatnya menjadi martir dikabulkan. Dan permintaannya dikabulkan. Seorang algojo - yang adalah seorang Kristen Malaka yang murtad - mengangkat gada dan mengayunkan dengan keras ke kepala Dionisius, disusul dengan kelewang yang memisahkan kepala Dionisius dari tubuhnya.
 
Kemartiran Dionisius dengan kawan-kawannya disahkan Tuhan: mayat mereka selama 7 bulan tidak hancur, tetap segar seperti sedang tidur. Menurut saksi mata, jenazah Dionisius sangat merepotkan orang sekitarnya, karena setiap kali dibuang - ke laut dan tengah hutan - senantiasa kembali lagi ke tempat ia dibunuh. Akhirnya jenazahnya dengan hormat dimakamkan di Pulau Dien ('pulau buangan'). Kemudian dipindahkan ke Goa, India.
 
Pater Dionisius a Nativity di beatifikasi bersama dengan Bruder Redemptus a Cruce pada tanggal 10 Juni 1900 oleh Paus Leo XIII.

Setiap Martir Adalah Persembahan Bagi Gereja

Tradisi Adven - Sejarah Lingkaran Adven

diambil dari http://katolisitas-indonesia.blogspot.com/2013/12

Lingkaran Adven merupakan bagian dari tradisi Katolik yang sudah sekian lama ada. Namun, asal-usul bagaimana hal tersebut terbentuk tidak pasti. Ada bukti dari bangsa Jerman pra-Kristen menggunakan  lingkaran Adven dengan menyalakan lilin selama hari-hari yang dingin dan gelap pada bulan Desember sebagai bentuk penantian pada tibanya hari yang terik dan sinar matahari yang cerah. Di negara Skandinavia, ada pula tradisi selama musim dingin untuk menyalakan lilin yang ditempatkan di sekitar roda, untuk mengangkat doa-doa kepada dewa cahaya untuk mengubah "roda bumi" kembali ke arah matahari untuk memperpanjang hari-hari pada musim panas.

Pada abad pertengahan, orang Kristen mengadaptasi tradisi ini dan menggunakan lingkaran Adven sebagai bagian dari persiapan rohani untuk menyambut hari Natal. Karena Kristus adalah "Terang yang datang ke dunia" untuk melenyapkan kegelapan dosa dan memancarkan kebenaran dan kasih Allah (lih. Yoh 3:19-21). Pada 1600, baik Katolik dan Lutheran memiliki praktek formal mengenai lingkaran Adven. Simbolisme lingkaran Adven adalah sesuatu yang amat indah. Lingkaran ini terbuat dari berbagai jenis pepohonan, yang melambangkan kehidupan. Bahkan pepohonan ini memiliki makna tradisional yang sekaligus menggambarkan iman kita: Laurel melambangkan kemenangan atas penganiayaan dan penderitaan. Pinus, Holly dan Yew melambangkan keabadian dan Cedar sebagai kekuatan dan kesembuhan. Holly juga memiliki simbolisme Kristen yaitu daun berduri yang mengingatkan kita pada mahkota duri. Konon menurut legenda dari Inggris dikisahkan bahwa kayu Salib terbuat dari pohon Holly. Lingkaran Adven , yang tidak memiliki awal atau akhir, melambangkan Allah yang abadi, keabadian jiwa, dan kehidupan kekal di dalam Kristus. 

Setiap pohon cemara, kacang-kacangan, polong biji yang digunakan untuk menghias lingkaran Adven juga melambangkan kehidupan dan kebangkitan. Secara utuh, lingkaran Adven yang hijau menggambarkan keabadian jiwa kita dan baru, kehidupan kekal yang dijanjikan kepada kita melalui Kristus, Firman yang kekal dari Bapa, yang datang ke dunia dan menjadi manusia seutuhnya yang menang atas dosa, dengan kematian-Nya melalui sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya.

Empat lilin mewakili empat minggu Adven. Suatu tradisi menjelaskan bahwa setiap minggu melambangkan seribu tahun dan membutuhkan  4.000 tahun lamanya dari masa Adam dan Hawa sampai kelahiran Juruselamat. Tiga batang lilin berwarna ungu dan satu mawar (lilin berwarna merah muda). Lilin-lilin ungu khususnya melambangkan doa, tobat, pengorbanan dan karya amal selama masa Adven. Lilin berwarna merah muda, menyala pada minggu ketiga yaitu Minggu Gaudete, ketika imam juga memakai kasula merah muda dalam Misa kudus; Minggu Gaudete adalah Minggu sukacita, karena umat beriman telah tiba di titik tengah masa Adven, ketika penantian umat beriman sudah mencapai separuh lebih dan Natal hampir tiba. Cahaya lilin melambangkan harapan pada kedatangan Tuhan kita yang pertama ke dunia dan sekaligus sebagai antisipasi kedatanganNya yang kedua kali untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati .

Cahaya juga melambangkan Kristus, sebagai terang dunia. Beberapa adaptasi modern, menempatkan lilin putih tepat di tengah-tengah lingkaran Adven, yang menyimbolkan Kristus dan menyala pada malam Natal. Ada pula tradisi yang mengganti tiga lilin ungu dan satu lilin merah muda dengan empat lilin putih, yang akan menyala sepanjang masa Adven. Dalam keluarga, lingkaran Adven paling tepat menyala pada waktu makan malam setelah doa makan. Sebuah doa tradisional yang biasanya disertai dalam menyalanya lilin pada lingkaran Adven adalah:

Pada hari Minggu Pertama Adven, ayah dalam keluarga memberkati lingkaran Adven dengan berdoa: “Ya Allah yang menyucikan segala sesuatu, sudilah mencurahkan berkat-Mu atas karangan bunga ini, dan kami yang akan menggunakannya untuk mempersiapkan hati kami dalam kedatangan Kristus. Semoga kami dapat menerima rahmat-Mu yang berlimpah. Yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.” Lalu dilanjutkan dengan doa ini setiap hari selama minggu pertama Adven, “Ya Allah dengan kebangkitkan Mu, kami mohon selamatkanlah kami dari dosa-dosa dengan pembebasanmu. Yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.” Kemudian anak bungsu dari keluarga menyalakan satu lilin ungu .

Selama Minggu kedua Adven, ayah berdoa “Ya Allah, bangkitkanlah hati kami untuk mempersiapkan diri dalam menanti kedatangan-Mu agar kami dapat melayani Engkau dengan pikiran yang murni. Yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin." Kemudian anak yang sulung menyalakan lilin ungu minggu pertama dan satu lagi lilin ungu.

Selama Minggu ketiga Adven, ayah berdoa “Ya Allah, kami mohon kepada-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepada doa kami dan cahayailah pikiran gelap kami dengan rahmat-Mu.  Yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin." Sang ibu kemudian menyalakan dua lilin ungu sebelumnya lalu menyalakan lilin merah muda.

Akhirnya, pada Minggu keempat Advent, sang ayah kembali berdoa “Ya Allah yang kuasa, kami berdoa kepada-Mu yang akan datang curahilah kami dengan rahmat-Mu dan ampunilah dosa-dosa kami." Sang ayah kemudian menyalakan semua lilin dalam lingkaran Adven.

Masa Adven adalah masa yang tepat untuk memperteguh iman kita kepada Tuhan, lingkaran Adven dan doa-doa selama masa Adven juga mempersiapkan kita dalam menanti hari Natal. Selain itu, tradisi ini juga membuat kita menjadi antusias didalam rumah kita dan tidak melupakan arti sebenarnya dari Natal.

Dominus illuminatio mea!

Lamunan Pekan Adven I

Senin, 29 November 2021

Matius 8:5-11

5 Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: 6 "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." 7 Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya." 8 Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. 9 Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." 10 Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel. 11 Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga,

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, setiap agama dan kepercayaan memiliki tokoh-tokoh. Ada tokoh-tokoh yang dipandang sebagai orang-orang awal berdiri agamanya.
  • Tampaknya, kaum beragama dapat memandang bahwa tokoh-tokoh agamanya menjadi teladan dan panutan orang-orang seagama. Bahkan dalam keabadian para tokoh itu akan menjadi kebanggaan sesama umat dalam agamanya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun tokoh tertentu dalam agama tertentu biasa menjadi patron umat seagama, seorang tokoh sejati dalam hidup beragama justru menjadi bagian para penopang damai sejahtera umum tanpa pandang bulu. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati kesejatian tokoh agama terutama akan menjadi orang-Nya Tuhan yang memandang siapapun lintas batas-batas sosial sebagai sesama umat Tuhan.

Ah, tokoh agama ya akan hidup bagi sesama umat seagamanya.

Saturday, November 27, 2021

Santo Yosef Maria Pignatelli

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 06 Oktober 2014 Diperbaharui: 04 Oktober 2020 Hits: 5412

  • Perayaan
    28 November
  •  
  • Lahir
    27 Desember 1737
  •  
  • Kota asal
    Zaragoza - Spanyol
  •  
  • Wafat
  •  
  • 15 November 1811 di Roma, Italia - Oleh sebab alamiah
  •  
  • Venerasi
    25 Maret 1917 oleh Paus Benediktus XV (decree of heroic virtues)
  •  
  • Beatifikasi
    21 Maret 1933 oleh Paus Pius XI
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 12 Juni 1954 oleh Paus Pius XII

Santo Yosef Maria Pignatelli, adalah seorang Jesuit Spanyol yang memimpin Serikat Jesus saat mengalami pengucilan dan pengasingan. Setelah masa pengucilan berakhir, ia memimpin restorasi Serikat yang didirikan oleh Santo Ignasius de Loyola ini. Karena itulah ia dianggap sebagai pendiri kedua Serikat Jesus.

Yosef lahir pada tanggal 27 Desember 1737 di Zaragoza, Spanyol. Ibunya adalah seorang bangsawan Spanyol bernama Marquesa Fransisca Moncayo dan ayahnya juga seorang bangsawan yang berasal dari Italia bernama Don Antonio di Pignatelli. Sejak kecil Yosef terlihat mempunyai hati yang tabah dan tahan uji. Di kemudian hari hal ini terbukti dalam berbagai peristiwa pahit yang dihadapinya.

Pada usia 9 tahun ia menjadi yatim piatu karena kehilangan kedua orang tuanya. Di usia lima belas tahun Yosef masuk biara Serikat Yesus di Tarragona Spanyol. Sepuluh tahun kemudian ia ditahbiskan menjadi imam dan ditugaskan di Zaragoza kota kelahirannya.

Peristiwa pahit yang dihadapinya diawali dengan pengusiran imam-imam Yesuit dari Spanyol oleh Raja Charles III di tahun 1767. Bersama saudara-saudaranya, Yosef mengungsi ke Corsica. Tak lama kemudian mereka diusir dari Corsica oleh penguasa Perancis. Dari Corsica mereka pindah ke Ferrara, Italia. Cobaan terberat yang harus dijalani para Jesuit ini datang pada bulan Agustus 1773 ketika Paus Klemens XIV membubarkan Serikat Jesus dan mengawamkan semua anggotanya.

Dalam masa sulit ini, Yosef bertahan di Bologna Italia dan berupaya sekuat tenaga untuk meneguhkan saudara-saudaranya. Ia selalu mengingatkan mereka agar tetap hidup kudus dan mempertahankan kaul kesucian.  Sementara itu kabar baik datang dari Rusia. Ratu Katerina melarang penyebaran surat ancaman penindasan terhadap imam-imam Yesuit di negerinya. Serikat Yesus dapat bertahan hidup dan tetap melaksanakan tugas pelayanan dan misionernya dengan baik.

Pada tahun 1792 Pangeran dari Parma mengundang 3 orang imam Yesuit dari Italia untuk membangun biara Serikat Jesus di sana. Hal ini didukung pula oleh Paus Pius VI yang telah terpilih menggantikan Paus Klemens XIV. Yosef Pignatelli saat itu bertindak sebagai Superior General dari Serikat yang telah tercerai-berai ini. Serikat Yesus kini bisa kembali bekerja di Italia lagi. Sebagai langkah pertama pada tahun 1799, Yosef Pignatelli membuka biara novisiat di Colorno. Lalu pada tahun 1801, ia sendiri menyaksikan peristiwa pengesahan berdirinya kembali Serikat Yesus di Propinsi Rusia oleh Paus Pius VII (1800-1823).

Dengan usaha keras ia membangun kembali Serikat Yesus di Kerajaan Napoli pada tahun 1804. Ia sendiri saat itu bertindak sebagai Provinsial. Sayang sekali Provinsi yang baru ini kembali ditindas oleh penguasa Perancis hingga harus dibubarkan. Yosef kembali ke Roma dimana ia kemudian ditunjuk sebagai Provinsial Jesuit untuk seluruh Italia. 

Dari kota Roma Yosef membangun kembali Serikat Yesus. Ia berhasil merebut dan membuka kembali biara-biara Jesuit yang dulu ditutup. Perlahan-lahan dibawah kepemimpinannya, Serikat Yesus dapat tumbuh kembali meskipun belum ada pengakuan resmi dari Gereja. Yosef wafat di Roma pada tanggal 11 Nopember 1811. Empat tahun setelah kematiannya, tepatnya pada tahun 1815, Serikat Jesus secara resmi dipulihkan kembali oleh Gereja.

Ia dikanonisasi oleh Paus Pius XII pada tahun 1954.

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...