Tuesday, August 17, 2021

Tujuhbelasan Agustus di Domus


Hari itu Selasa 17 Agustus 2021. Para rama sudah selesai makan pagi. Pada saat 3 menit sebelum jam 08.00 bel rumah berbunyi dengan gema yang memenuhi ruang dalam bangunan. Itu tanda akan ada pemberitahuan. Ternyata terdengar suara Rm. Hartanta, direktur rumah para rama praja tua Keuskupan Agung Semarang yang bernama Domus Pacis St. Petrus. "Monsinyur, para rama, dan saudara-saudari karyawan diminta segera berada di halaman depan kantor. Mendengar suara pengumuman itu para rama yang pada umumnya sudah berkursi roda didorong oleh para karyawan menuju halaman gedung Domus di depan kantor Domus. Di bagian utara ada meja kecil dan sebuah microphone terletak di atasnya. Dekat microphone pinggir timur tersedia kursi. Bagian pinggir timur dan pinggir barat ada microphone dengan tiyangnya. Sebelah utara dekat microphone pinggir barat telah disiapkan keyboard. 

Enam orang rama dengan kursi roda berjajar menghadap ke utara di piggir selatan. Rm. Priyanta dan Rm. Hartanta berdiri di pinggir timur dan barat dari dereten para rama yang berkursi roda. Mgr. Blasius duduk kursi yang disediakan di bagian pinggir timur. Sedang Rm. Bambang dengan kursi roda menghadapi keyboard untuk menjadi pengiring lagu-lagu. Mbak Tri yang menjadi MC tampil di depan mic barat menyatakan upacara Tujuhbelasan Agustus dimulai. Rm. Hartanta tampil pertama membuka dengan tanda salib dan memberikan pengantar. Sesudah itu Mas Haryono maju kedepan dengan membawa bendera merah putih yang berkibar dengan tiang. Bendera dipancangkan di tempat yang tersedia di atas trap kantor. Mas Haryono kemudian memberi aba-aba "Kepada Sang Merah Putih hormaaaat grak". Semua menghormat sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kemudian disusul pembacaan teks Pembukaan UUD 1945 oleh Mbak Pariyah dengan mic yang sudah disediakan diatas meja kecil. Rm. Ria menyusul membacakan teks Pancasila yang setiap kali diulang oleh semua yang ikut upacara. Urutan berikutnya Rm. Yadi membacakan teks Proklamasi dan Mgr. Blasius menyampaikan doa untuk pahlawan dan negara. MC menutup upacara dengan mengajak menyanyian lagu Tujuh Belas Agustus dan Bagimu Negri.


Ternyata acara Tujuhbelasan di Domus Pacis tidak selesai dengan upacara di halaman kantor. Acara selanjutnya adalah santap bareng jenang merah putih dan oleh-oleh jajan pasar 2 nampan dari Bu Rini, salah satu relawati Domus. Kemudian beberapa rama kembali ke kamar masing-masing. Ada juga rama yang masuk ke ruang TV untuk melihat upacara nasional HUT ke 76 RI. Sesudah itu rasanya acara Tujuhbelasan di Domus selesai. Tiba-tiba Rm. Hartanta masuk kamar Rm. Bambang menghampiri Bu Rini yang sedang omong-omong dengan Rm. Bambang. "Mangga ambil lotre" (Silahkan ambil lotre) kata Rm. Hartanta kepada Bu Rini sambil menyodorkan lintingan kertas kecil. Ada 2 lintingan kertas kecil yang harus diambil. Yang satu di dalamnya tertulis angka dan yang kedua tertulis huruf abjad. Ternyata Rm. Hartanta membuat ACARA LUCU-LUCUAN yang hanya diikuti oleh para karyawan yang masuk kerja. Dari lotre itu masing-masing mendapatkan baju kaos warna hitam dan satu amplop atau kantong plastik kecil. Di situ terisi uang dalam jumlah berlainan misalnya Rp. 8.000, Rp. 17.000, Rp. 20.000, Rp. 21.000. Suasana sungguh jadi meriah. 

No comments:

Post a Comment

Santo Bruno, Pengaku Iman

diambil dari https://www.imankatolik.or.id/kalender/6Okt.html Bruno lahir di kota Koln, Jerman pada tahun 1030. Semenjak kecil ia bercita-ci...