diambil dari https://unio-indonesia.org/2021/08/03; ilustrasi dari koleksi Blog Domus
MAKANAN DARI SURGA
Injil Minggu Biasa XIX tahun B, Yoh 6:41-51, mengutarakan bagaimana orang-orang yang mendengar perkataan Yesus bahwa ia itu makanan (“roti”) yang turun dari surga bersungut-sungut tidak mempercayainya. Mereka kenal orang tuanya, kok sekarang mengklaim dirinya ia bilang barusan turun dari surga. Mustahil! Prank! Hoax! Gitu kan? Lebih runyam lagi Yesus malah menegur mereka agar tidak bersungut-sungut!
Setelah itu Yesus malah membela diri bahwa tak seorang pun dapat datang kepadanya bila tidak ditarik dan diajar oleh Bapa yang mengutusnya. Tapi juga disebutkannya bahwa tak seorang pun telah melihat sang Bapa kecuali dia yang datang dari pada-Nya. Jadi kini Yesus mengklaim diri sebagai yang datang dari Yang Mahakuasa sendiri. Lebih jauh ia menegaskan bahwa siapa yang mempercayainya akan mendapat hidup kekal. Komunikasi antara Yesus dan orang-orang itu semakin terbelah. Bagaimana kita sekarang?
Injil Yohanes kiranya dengan sengaja hendak menunjukkan perbedaan pandangan tentang siapa Yesus itu pada zaman awal komunitas pertama. Kejadiannya begini. Yesus sudah dikenal diikuti banyak orang. Mereka bahkan berniat menjadikannya pemimpin, tapi ia menjauh. Pandangan orang banyak mengenai dirinya boleh dikata meleset. Ia datang bukan untuk menjadi pemimpin seperti mereka inginkan. Ia menegaskan bahwa ia datang memberi makanan yang menghidupkan batin mereka seperti dalam Injil Minggu yang lalu. Maksudnya, ia datang kepada orang-orang yang kini merasa terombang-ambing. Mereka mendiagnosis diri sebagai yang butuh pemimpin. Memang biasanya benar. Pemimpin dibutuhkan untuk mengatasi suasana yang tak menentu. Tetapi menurut Injil, Yesus datang membawakan sesuatu yang lain daripada yang mereka angan-angankan. Ia datang untuk menghadirkan Yang Mahakuasa sebagai Bapa semua orang. Ia mendekatkan-Nya kepada mereka. Ini dikemukakannya dengan cara berpikir yang seharusnya dapat mereka mengerti. Ia datang sebagai makanan yang turun dari surga.
Orang Yahudi di zaman Yesus tentu mengerti ke mana Yesus hendak mengarahkan perhatian mereka. Mereka diajak membaca kisah leluhur mereka ketika mengembara di padang gurun menuju ke Tanah Terjanji. Mereka dihidupi dari hari ke hari oleh makanan yang jatuh dari langit, yakni manna. Inilah berkah dari surga yang menjamin mereka agar dapat terus berjalan. Tetapi ada yang lebih dalam. Manna ini tidak bisa ditimbun untuk persediaan hari-hari berikutnya. Akan membusuk. Apa artinya? Kiranya hendak diajarkan bahwa leluhur mereka dulu diharapkan sepenuhnya memasrahkan diri kepada Tuhan yang memberi mereka makan dari hari ke hari. Mereka diminta agar tiap hari menyerahkan diri dihidupi oleh-Nya. Inilah yang hendak disampaikan Yesus kepada orang-orang yang mengikutinya. Percayailah Yang Mahakuasa yang dari hari ke hari membimbing dan menghidupi. Dan tidak sukar. Mereka kan sudah mengikuti Yesus dari tempat ke tempat. Yang diminta ialah agar mereka menyadari bahwa Yesus ini membawa mereka setapak demi setapak ke jalan yang benar menuju Bapa karena dia sendiri tahu jalan itu. Ia sendiri mengenal-Nya. Jadi bukan hanya menuju ke Tanah Terjanji seperti dulu, melainkan ke pertemuan dengan Yang Mahakuasa sebagai Bapa. Inilah jalan kehidupan yang sesungguhnya. Bila diikuti orang mendapatkan kehidupan setelah kehidupan di muka bumi ini. Itulah hidup abadi.
Itu semua akan menjadi bahan pemikiran orang Yahudi pada masa itu. Lalu bagaimana dengan pengikut Yesus yang dari zaman lain dan masyarakat lain? Pertanyaan seperti ini penting karena gambaran yang berlaku bagi orang Yahudi belum tentu mengena pada orang lain. Tapi ada kuncinya. Dari Injil Matius dan Lukas diketahui bahwa Yesus mengajar murid-muridnya berdoa “Bapa Kami”. Di situ, ada dua permohonan utama: satu, agar diberi rezeki pada hari ini, dan dua, agar kesalahan diampuni seperti orang mengampuni sesama. Injil Markus dan Yohanes tidak memuat doa Bapa Kami seperti kedua Injil di atas. Tetapi gemanya permintaan itu ada. Dalam Injil Markus (Mrk 11:25) diajarkan agar bila berdoa (tentunya kepada Bapa) ampunilah dulu sesama yang bersalah, dan niscaya kesalahan sendiri akan diampuni Bapa. Injil Yohanes menggemakan permintaan yang pertama, yakni agar diberi makanan (“rezeki”) yang akan menghidupi mereka dari hari ke hari sehingga orang mendapat hidup abadi. Dan ini terlihat dalam petikan Injil Minggu kali ini. Yesus-lah makanan yang menghidupi dalam perjalanan dari hari ke hari menuju Bapa.
Bagi orang beriman sekarang, Injil hari ini tampil sebagai ajakan untuk mengenali siapa sesungguhnya Yesus. Dia itu didatangkan Bapa dari atas sana untuk membawa orang kepada-Nya. Yesus menjaga kehidupan batin dari hari ke hari menuju Bapa.
Salam hangat,
A. Gianto
No comments:
Post a Comment