Sebagai rumah tua para rama praja Keuskupan Agung Semarang, Domus Pacis St. Petrus memang memiliki suasana yang bebas dari kesibukan melayani umat. Memang ada juga tamu datang. Tetapi kehadiran para tamu tidak pernah dapat mematikan suasana yang menghadirkan aura keheningan. Dulu ketika masih ada di Domus Pacis Puren, ketika ada rombongan banyak tamu, tak jarang muncul suara "suasanya sejuk dan kening ya". Gedung Domus Pacis St. Petrus jauh lebih besar dibandingkan dengan Puren. Kebun dan taman yang mengelilingi juga cukup luas. Pohon-pohon tinggi banyak berjajar baik di depan bangunan maupun di belakangnya. Angin biasa masuk sepoi-sepoi. Suasana hening jauh amat terasa di bagian kebun di belakang kamar-kamar Rm. Yadi, Rm. Ria, Rm. Tri Hartono, Rm. Harto, Rm. Bambang, dan Mgr. Blasius Puja Raharja. Ada kesan bahwa Domus St. Petrus seperti rumah retret.
Kalau dikatakan bahwa Domus Pacis St. Petrus seperti rumah retret, ternyata rumah tua ini memang dapat menjadi tempat retret. Apakah sudah ada yang memakainya? Barangkali ada yang membayangkan bahwa ada warga luar Domus pinjam tempat untuk retret. Memang, biasanya untuk menjalani retret orang Katolik termasuk rama dan biarawan-biarawati akan meninggalkan tempat tinggalnya dan memakai tempat lain yang biasanya adalah rumah retret. Tetapi yang terjadi di Domus Pacis adalah warga sendiri. Beliau adalah Mgr. Blasius pensiunan Uskup Keuskupan Ketapang. Mulai dengan Sabtu sesudah makan malam 28 Agustus 2021 Mgr. Blasius menjalani retret. Beliau tetap berada di kamarnya. Untuk makan dan snak dilayani di kamarnya. Beliau hanya minta disiapkan meja dan kursi di ruang seperti selasar pada bangunan yang sebenarnya tempat penampungan air. Tempat itu berada di kebun bagian belakang kamar beliau dan kamar Rm. Bambang. Di sinilah Mgr. Blasius melakukan renungan. Beliau akan melakukan retret selama 7 hari.
No comments:
Post a Comment