Saturday, November 5, 2022

Reuni dengan Yang Tercinta Tempo Dulu


Ketika masih berkarya, selama 27 tahun dari 1983-2010, salah satu yang digeluti oleh Rm. Bambang adalah Pastoral Lingkungan. Itu adalah pengembangan umat berbasis sistem Lingkungan. SEbenarnya itu sudah penjadi pasion sejak masih menjadi calon imam selama kuliah teologi. Pada tahun 1991 dia begitu mengumpulkan masalah-masalah Umat Lingkungan dari paroki-paroki se Keuskupan Agung Semarang. Konferensi Pastoral dari tingkat Kevikepan hingga Keuskupan pada tahun 1992 melahirkan Kebijakan-kebijakan Dasar Keuskupan Keuskupan Agung Semarang tentang Pastoral Lingkungan, yang kemudian terkenal dengan singkatan KDPL (Kebijakan-kebijakan Dasar Pastoral Lingkungan). Bersama tim kerja Rm. Bambang berkelana ke sebagian besar paroki untuk kepentingan Pengembangan Pastoral Lingkungan. Karya dalam Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner memperkuat pemahamannya tentang Pastoral Lingkungan dalam proses sejarahnya. Rm. Bambang berhenti berkarya dengan gelora hati berkaitan dengan pengembangan Umat Lingkungan sejak 1 Juli 2010 ketika mulai masuk rumah tua para romo praja sepuh di Domus Pacis.

Sejak di Domus Pacis Puren di Pringwulung hingga Domus Pacis St. Petrus di Kentungan, Rm. Bambang sudah berpisah dengan dunia pengembangan Umat Lingkungan. Bila berjumpa dengan umat Katolik, biasanya dia hanya untuk memimpin Misa Ujub keluarga. Kalau datang untuk pendampingan umat, Rm. Bambang biasa berada dalam dunia pendampingan iman kaum lansia. Tetapi pada Minggu 30 Oktober 2022, dia mengalami permintaan khusus. Dia diminta hadir dalam Ulang Tahun Lingkungan Rafael, Paroki Pringgolayan. Lingkungan ini merayakan ulang tahun ke 5. Para penggeraknya memutuskan meminta Rm. Bambang untuk mengisi acara sarasehan yang diharapkan menjadi dorongan peningkatan kebersamaan. Mereka merasa berprihatin dari jumlah 30 KK yang hadir dalam pertemuan rutin hanya sekitar 15 orang. Katanya, kaum muda juga sulit sekali untuk diajak berkumpul. Sebenarnya acara ulang tahun itu sungguh meriah. Ada organ tunggal dengan penyanyinya. Ada juga banyak door prize diloterakan dan juga dijadikan hadiah untuk penjawab benar soal-soal yang disajikan. Dalam ulang tahun itu banyak kaum muda hadir. 

Ketika sampai acara sarasehan, Rm. Bambang memulai dengan pertanyaan kepada Ketua Lingkungan. Bagaimana keadaan Lingkungan-lingkungan lain dari 29 Lingkungan di Paroki Pringgolayan. Ketika Ketua Lingkungan menjawab "Dalam pertemuan saya juga dapat informasi yang sekitar 50% mengalami keprihatinan seperti Lingkungan Rafael", Rm. Bambang menanggapi "Naaah, makan jangan takut. Gembira aja banyak temannya". Tanggapan itu membuat yang hadir tertawa tergelak-gelak. Kemudian Rm. Bambang bertanya "Apakah kaum muda, remaja, termasuk anak juga perlu ikut kumpulan Lingkungan? Bukankah yang diwajibkan adalah ikut Misa Minggu dan beberapa lain dari Lima Perintah Gereja. Bahkan dalam Kitab Suci tak ada bahasan tentang Liungkungan". Ternyata dari yang hadir muncul omongan-omongan spontan. Selain beberapa bapak dan ibu, banyak yang muda-muda mengutarakan pendapatnya. Dari sini Rm. Bambang menceriterakan asal mula terjadinya sistem Lingkungan yang berakar dari karya misi Rm. van Lith. Secara formal ini dibahas pada tahun 1934 ketika diusulkan oleh Rm. Soegijopranata SJ dalam Konferensi Pastoral. Kemudian pada tahun 1992 muncul KDPL. Lingkangan menjadi bagian kongkret Gereja yang penuh-penuh terlibat dalam masyarakat. Ini menjadi lahan pengembangan peran kaum awam. Lingkungan menjadi laboratorium tampilnya umat dari aneka generasi dan talenta untuk belajar pengembangan dan tampil diri. Tampilan Rm. Bambang dalam sarasehan sekitar 90 menit itu tampak dipenuhi kegairahan hati. Tampaknya para peserta juga banyak yang terpesona dengan pokok-pokok kesejatian Lingkungan sehingga kerap muncul tepuk tangan.

No comments:

Post a Comment

Santo Bruno, Pengaku Iman

diambil dari https://www.imankatolik.or.id/kalender/6Okt.html Bruno lahir di kota Koln, Jerman pada tahun 1030. Semenjak kecil ia bercita-ci...