Tuesday, November 22, 2022

Kunjungan Klaten Utara

"Wonten sing WA romo saking Klaten Utara?" (Apakah dari KLaten Utara ada yang kirim WA ke romo?) tanya Rm. Hartanta kepada Rm. Bambang ketika akan makan pagi Sabtu 19 November 2022. Rm. Bambang menjawab "Mboten wonten" (Tidak ada). Kemudian di tengah makan Rm. Hartanta memberikan pengumuman "Para romo, mangke jam setengah sedasa wonten tamu saking Klaten Utara" (Para romo, nanti jam 09.30 akan ada rombongan tamu dari Klaten Utara). Karena pengumuman seperti ini, para romo yang biasa tiduran pagi hari bahkan tidur akan bertahan duduk di kursi rodanya. Tentu saja ini termasuk Rm. Bambang yang terbiasa bangun pagi pada sekitar jam 02.00.


Menjelang jam 10.00 Rm. Hartanta sudah berada di ruang besar. Salah satu karyawan berkata kepada Rm. Bambang "Tamune pun rawuh lan sakmenika sami wonten toilet" (Para tamu sudah datang dan kini sedang antri toilet). Ternyata para tamu yang datang mengenakan seragam Wanita Katolik RI. "Ingkang rawuh tigalikur nggih?" (Yang datang ada 23 orang ya?) tanya Rm. Hartanta yang disahut oleh salah satu ibu "Mboten, romo. Wolulas. Mretheli gangsal" (Tidak, romo, yang ikut 18 orang karena ada 5 orang yang membatalkan). Rm. Hartanta melanjutkan "Sakniki jumeneng malih kula aturi mundhut unjukan lan snak rumiyin" (Sekarang silahkan berdiri lagi untuk mengambil dan menikmati minuman dan snak yang tersedia). Ketika sedang duduk-duduk menikmat snak, ada salah satu ibu nyeletuk ke Rm. Bambang "Romo tasih sade bathik?" (Apakah romo masih jual batik?). Ternyata banyak di antara para tamu dulu adalah peserta Novena Domus Puren. Rm. Bambang menyahut "Isih. Engko tuku nggo nyumbang ulang taun imamat romo-romo Domus" (Masih. Nanti beli untuk menyumbang ulang tahun imamat para romo Domus).

Sambil menikmati minuman dan snak para tamu mendengarkan penjelasan Rm. Hartanta tentang Domus Pacis St. Petrus. Dalam omong-omong, seperti beberapa kunjungan lain, yang menjadi bahan pembicaraan adalah hubungan para romo sepuh dengan keluarga atau sanak famili. Tetapi yang banyak menjadi pertanyaan adalah perbandingan kondisi para romo ketika masih di Domus Pacis Puren, Pringwulung, dan kini di Domus Pacis St. Petrus, Kentungan. Di sini yang kemudian ingin banyak diketahui oleh para tamu adalah kondisi para romo sepuh yang praktis sudah harus dilayani dalam banyak hal bahkan beberapa sudah tak dapat melayani diri sendiri. Bahkan ketika beberapa pertanyaan berkaitan dengan kemungkinan mengundang romo untuk memimpin Misa, Rm. Hartanta memberikan penjelasan secara khusus. Secara praktis kini yang masih bisa memimpin Misa dengan segar tinggal Rm. Hartanta sendiri dan Rm. Bambang. Yang lain ada yang terhalang karena kepikunan, ada yang terhalang karena kemampuan bersuara, dan ada yang mulai terhalang karena kejelasan penglihatan.

No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...