Sore itu Jumat 28 Oktober 2022 di bangku duduk tamu ruang besar Domus barat Mbak Tri duduk berhadapan dengan seorang perawat dari RS Panti Rapih. Di depan keduanya ada beberapa kantong plastik kecil berisi tablet-tablet obat. Perawat itu menerangkan satu per satu tentang obat-obat kepada Mbak Tri, salah satu karyawati Domus Pacis St. Petrus. Kadang-kadang Mbak Tri menuliskan sesuatu pada kertas dengan bolpoin. "Obate ana pira?" (Ada berapa macam obat?) tanya Rm. Bambang yang juga ada di situ melihat keduanya. Ketika mendapat jawaban "Wonten sanga" (Ada 9), entah bagaimana ada rasa menyeruak yang membunyikan kata-kata dalam hati "Naaaaah, saiki wis nganggo obat. Ora isa ngandika kula sampun wolungdasa pitu nanging bebas obat" (Naaaah, kini sudah pakai santapan obat. Beliau tak dapat berkata saya sudah berusia 87 tahun tapi bebas obat).
Hari itu persis jam 03.00 sore Rm. Bambang melihat ada kursi roda masuk diduduki sosok berbadan besar didorong seorang karyawan. "Wela, sampun kundur?" (Sudah pulang Domus?) tanya Rm. Bambang menyongsong beliau. Ada sopir RS Panti Rapih ikut mendamping dan menjawab "Menika wau mboten mawi ambulans nanging mawi avanza" (Ini tadi tidak pakai ambulans tetapi dengan mobil avanza). Di dalam kamar Mgr. Blasius, Rm. Bambang bertanya "Pinten nggih laminipun mondhok ing Panti Rapi?" (Berapa lama Mgr. Blasius opname di RS Panti Rapih?). Mgr. Blasius, yang hari itu lepas dari opname, menjawab "Kawan dinten napa seminggu nggih?" (Empat hari atau seminggu, ya?). Rm. Bambang hanya tertawa karena yakin bahwa beliau lebih dari 7 hari berada dalam rawatan di RS Panti Rapih. Ketika melihat kembali catatannya, Rm. Bambang menemukan bahwa Mgr. Blasius masuk Panti Rapih sejak Rabu malam tanggal 12 Oktober 2022.
No comments:
Post a Comment