Tuesday, October 11, 2022
Pengalaman Berat?
"Wau wonten ingkang omong kanthi terharu. Piyambakipun rumaos kagum nyipati para romo sepuh" (Tadi ada yang bicara dengan nada terharu. Dia merasa kagum menyaksikan para romo sepuh). Itulah kata-kata Rm. Hartanta ketika sedang makan siang Sabtu 8 Oktober 2022. Rm. Hartanta menceriterakan bahwa yang terharu itu adsalah seorang bapak. Bapak itu sebenarnya sudah berencana untuk ikut perjumpaan dengan para anggota sesama punya mobil dengan merk tertentu. Tetapi istrinya mendesak agar ikut mendaftar untuk kunjungan ke Domus Pacis St. Petrus yang terjadi pada Sabtu pagi sekitar jam 09.30 tanggal 8 Oktober 2022. Pada hari itu yang berkunjung ke Domus Pacis adalah umat Katolik Lingkungan Ngandong Paroki Dalem. Di dalam kunjungan itu para romo yang ikut menyambut, selain Rm. Hartanta, adalah Rm. Harto, Rm. Ria, Mgr. Blasius, Rm. Bambang, dan Rm. Yadi. Seperti biasa Rm. Hartanta mengucapkan selamat datang memberikan kata pengantar dengan memperkenalkan sekilas tentang Domus termasuk para romo beserta kondisinya dan juga para karyawan. Beliau kemudian meminta Rm. Bambang untuk memandu. Ternyata suasana tanya jawab tampaknya menyentuh lubuk hati. Beberapa orang tamu menyatakan terkesan dengan tampilan para romo sepuh yang menurut mereka memancarkan kegembiraan. Ketika menjawab apa yang menyenangkan tinggal di Domus, pada umumnya para romo menyebut kedatangan umat yang berkunjung. Yang paling agak mencekam adalah pertanyaan "Apakah romo-romo pernah mengalami perasaan yang dirasa amat berat?" Untuk menjawab pertanyaan ini ternyata para romo terdiam beberapa jenak. Ketika Rm. Bambang secara pelahan mengorek pengalaman kemudian ada yang mengatakan "Nek kumat lelarane" (Kalau kambuh penyakitnya). Kemudian Rm. Bambang men-sharing-kan pengalaman berkaitan dengan menjaga kesadaran untuk berhati-hati kalau masuk kamar mandi dan mau ke WC. Dia juga bercerita tentang kondisi sesudah makan pagi dalam tempo beberapa jam akan mudah buang air besar sekali atau dua kali. Maka baginya kalau harus pergi pagi akan menjadi hal yang amat berat sehingga dia akan makan pagi pada jam 03.00. Kemudian pengalaman toileting berkaitan dengan kondisi fisik menjadi kisah berhadapan dengan sikap harus ekstra hati-hati. Maka kalau harus pergi menginap selalu ada kekhawatiran akan berhadapan dengan WC yang mungkin tidak mudah memakainya. Sebenarnya Rm. Bambang secara tidak langsung menyisipkan pengalaman teman-temannya yang sudah memiliki kondisi fisik difabel yang membuatnya selalu harus ditopang oleh karyawan. Barangkali yang membuat heran para tamu adalah segala penceritaan menghadirkan tawa ceria. Bahkan setiap omongan dari romo sepuh lain juga kerap ditumpangi komentar Rm. Bambang yang menimbulkan tawa. Mungkin inilah yang membuat suasana para tamu menjadi terharu. Bahkan ada ibu yang ganti menceriterakan suaminya yang kini juga memiliki kerentanan kondisi fisik mirip yang ada di Domus. Maka kisah dari para romo tampaknya menghadirkan cakrawala bagi para bapak dan ibu dalam menghadapi masa depan kelansiaan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Peringatan Arwah Tiga Rama
Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...
-
Ini peristiwa Domus Pacis Santo Petrus Senin 4 Desember 2023. Ketika jam belum menunjuk angka 06.00, ada suara langkah-langkah kaki berlaria...
-
Pada Kamis sore 15 Agustus 2024 Rm. Bambang numpang mobil Bu Rini yang periksa dokter di RS Panti Rapih. Bu Katrin, adik bu Rini menjadi dri...
-
Orang biasa mendapatkan informasi bahwa di Domus Pacis Santo Petrus, Kentungan, ada 11 orang rama. Salah satu masih muda, berusia 43 tahun, ...
No comments:
Post a Comment