diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 15 Agustus 2013 Diperbaharui: 11 Februari 2019 Hits: 7967
- Perayaan31 Oktober
- Lahir25 Juli 1532
- Kota asalSegovia, Spanyol
- Wafat
- 31 Oktober 1617 di Palma, Mallorca, Spanyol | Oleh sebab alamiah
- BeatifikasiTahun 1825 oleh Paus Leo XII
- Kanonisasi
- 6 September 1887 oleh Paus Leo XIII
Dari dulu Alfonsus adalah seorang Kristen yang saleh. Tetapi sekarang, ia menjadi lebih saleh lagi. Ia berdoa, bermatiraga, dan menerima sakramen-sakramen lebih banyak dari sebelumnya. Ketika usianya menjelang empatpuluh tahun, putera Alfonsus; satu-satunya orang yang tersisa dari keluarga kecilnya juga meninggal dunia. Sungguh Alfonsus menjalani hidup dalam penderitaan yang sangat hebat. Namun ketegaran iman Alfonsus sungguh luar biasa. Tidak pernah sekali pun ia mengumpat dan menyalahkan Tuhan akan hidup yang harus dijalaninya. Ia bukannya membenamkan diri dalam kesedihan, tetapi justru semakin khusuk berdoa serta berpasrah sepenuhnya kepada kehendak Tuhan.
Setelah semua keluarganya meninggal; Alfonsus kemudian menjual segala miliknya dan membagi-bagikannya kepada kaum miskin-papa. Ia lalu menuju sebuah biara Jesuit dan mohon diijinkan untuk bergabung. Namun untuk dapat masuk biara; Alphonsus diberitahu bahwa ia harus belajar dari awal terlebih dahulu. Jadilah Alphonsus kemudian pulang dan kembali bersekolah.
Alphonsus kembali mengalami hidup yang sangat sulit. Di sekolah anak-anak kecil menertawakan Alfonsus karena Ia harus meminta-minta untuk bisa bertahan hidup; sebab ia sudah tidak punya apa-apa lagi dan ia tetap harus bersekolah. Demikianlah, setelah lulus pendidikan Alfonsus akhirnya diterima sebagai frater dan diberi tugas sebagai seorang penjaga pintu di sebuah seminari Yesuit. Sebuah tugas sederhana yang dijalaninya dengan penuh sukacita selama lebih dari empat puluh tahun.
Walau hanya bertugas sebagai seorang penjaga pintu namun kerendahan hati dan kesucian batinnya menyentuh hampir setiap orang yang berkunjung di seminari tersebut. Senyum hangatnya yang khas selalu menyapa siapa saja yang melewati pintu yang ditungguinya.
“Frater yang itu bukanlah seorang manusia...; ia seorang malaikat!” demikian kata superior biara mengenai Fr. Alfonsus bertahun-tahun kemudian. Para imam yang mengenalnya selama empat puluh tahun tidak pernah mendapatinya mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak baik. Kebaikan hatinya, ketaatan dan kesederhanaannya telah diketahui semua orang. Suatu kali, semua kursi dalam biara, bahkan juga kursi-kursi dari kamar tidur, dipergunakan untuk suatu Devosi Empat Puluh Jam. Karena suatu kesalahan, kursi Frater Alfonsus tidak dikembalikan kepadanya hingga tahun berikutnya. Namun demikian, ia tidak pernah mengeluh atau pun membicarakan masalah tersebut kepada siapa pun.
Selama masa hidupnya yang panjang, St. Alfonsus harus menaklukkan pencobaan-pencobaan yang berat. Selain itu, ia juga mengalami penderitaan jasmani yang menyakitkan. Bahkan pada saat ia terbaring mendekati ajalnya, ia harus melewatkan setengah jam lamanya bergumul dengan penderitaan yang luar biasa. Kemudian, sesaat sebelum wafat, ia dipenuhi dengan damai dan sukacita. Ia mencium salibnya dan memandang teman-teman sebiaranya dengan penuh kasih. St. Alfonsus wafat pada tahun 1617 dengan nama Yesus di bibirnya.
No comments:
Post a Comment