Saturday, October 22, 2022

Santo Yohanes dari Capestrano

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 15 Agustus 2013 Diperbaharui: 22 Oktober 2016 Hits: 7746

  • Perayaan
    23 Oktober
  •  
  • Lahir
    Tahun 1386
  •  
  • Kota asal
    Capistrano, Italy
  •  
  • Wilayah karya
    Hungaria, Polandia
  •  
  • Wafat
  •  
  • 23 Oktober 1456 di Villach - Hungary | karena sebab alamiah
  •  
  • Beatifikasi
    19 Desember 1650 oleh Paus Innosensius X
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 16 Oktober 1690 oleh Paus Alexander VIII

St. Yohanes dari Capestrano dilahirkan di Italia pada tahun 1386. Awalnya Ia seorang pengacara dan gubernur kota Perugia. Ketika para musuh yang menyerang kotanya menjebloskannya ke dalam penjara, Yohanes mulai berpikir tentang arti hidup yang sebenarnya. Para musuh politik Yohanes tidak ingin segera membebaskannya. Jadi, Yohanes punya banyak waktu untuk menyadari bahwa hal yang paling penting adalah keselamatan jiwa. Ketika pada akhirnya sekonyong-konyong ia dibebaskan, Yohanes tidak pulang ke rumahnya tapi ia masuk ke sebuah biara Fransiskan. Usianya tiga puluh tahun ketika itu. Bagi Yohanes yang sebelumnya adalah seorang pengacara dan gubernur, hidup sebagai seorang biarawan miskin sungguh merupakan suatu tantangan yang berat. Ia harus mengorbankan kekayaan dan kebebasannya demi cintanya kepada Yesus. Dan ia berusaha melakukannya dengan segenap hatinya.

Setelah ditahbiskan menjadi seorang imam, Yohanes diutus untuk menjadi seorang pengkotbah. Ia dan St. Bernardinus dari Siena, yang tadinya adalah pembimbing novisnya, menyebar-luaskan devosi kepada Nama Yesus yang Tersuci ke berbagai tempat. Yohanes berkhotbah menjelajahi Eropa selama empat puluh tahun. Semua orang yang mendengar khotbahnya tergerak hatinya untuk mengasihi serta melayani Kristus dengan lebih baik.

Suatu peristiwa terkenal dalam hidup orang kudus ini terjadi saat Pengepungan dan pertempuran di kota Nándorfehérvár (sekarang bernama Kota Beograd ibukota dari Negara Serbia Montenegro). Setelah kejatuhan kota Konstantinopel, Sultan Turki  bertekad untuk maju terus dan menguasai Eropa serta membinasakan Gereja Yesus. Sultan menyiapkan bala tentara yang sangat besar dan bersiap untuk bergerak menuju Eropa.  Melihat bahaya ini;  Paus Kalistus II lalu mengutus St. Yohanes dari Capestrano untuk pergi menghadap semua raja Kristen di Eropa, dan meminta mereka agar dapat bersatu-padu dalam menghadapi bahaya kehancuran yang akan datang dari pasukan Turki yang amat kuat.  Para raja taat kepada biarawan yang miskin serta bertelanjang kaki ini. Ia mengobarkan cinta mereka kepada Tuhan serta menyemangati mereka dengan kata-katanya yang berapi-api.

Pada musim panas tahun 1456  St. Yohanes Capestrano yang saat itu sudah berusia 70 tahun ikut berbaris bersama Raja Hungaria Hunyadi János  dan para Ksatria  Eropa,  memimpin sekitar 57.000 tentara Kristen menuju medan perang.
Saat peperangan berlangsung; kelihatan sekali bahwa tentara Kristen terdesak dan akan segera dihancurkan oleh bala tentara Turki yang berkekuatan lebih dari 100.000 orang dan dengan perlengkapan perang yang jauh lebih modern. Pasukan Turki saat itu langsung dipimpin oleh Sultan Mohammad II. Pada saat-saat kritis itulah santo Yohanes hanya dengan berjubah Fransiskan dan bertelanjang kaki lari ke garis depan untuk membakar semangat pasukannya agar terus bertempur.  Dengan mengangkat salibnya tinggi-tinggi, orang tua yang kurus kecil ini terus berteriak, “Menang, Yesus, menang!”  Dan para laskar Kristen itupun merasa jauh lebih bersemangat dari sebelumnya. Mereka terus maju bertempur hingga melukai Sultan Mohammad II. Dalam keadaan terluka Sang Sultan dan pasukannya kemudian lari tunggang-langgang kembali ke Konstantinopel.

St. Yohanes dari Capestrano meninggal beberapa bulan setelah kemenangan gemilang  di Perang Beograd. Pasukan yang dihimpunnya berhasil meyelamatkan Eropa  dari serbuan pasukan Turki.  Ia tutup usia pada tanggal 23 Oktober 1456 dan dinyatakan kudus pada tahun 1724.

No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...