Tuesday, May 31, 2022

Atas Bantuan Pembeli Buku

Program ini sudah dibicarakan cukup lama oleh Rm. Hartanta, Direktur Domus Pacis St. Petrus. Sedianya akan dijadikan momen untuk mewarnai Lebaran 2022. Tetapi beliau juga menghendaki adanya ulang tahun pemberkatan gedung Domus pada 19 Mei 2022. Program itu kemudian akan diselenggarakan sesudahnya. Apalagi Rm. Bambang juga mengadakan Syawalan Para Difabel Bersama Para Romo Domus pada 15 Mei 2022. Memang, acara Rm. Bambang berawal dari maksud pribadi untuk reuni dengan mantan teman-teman gerakan kaum muda cacat tubuh tahun 1970an dalam naungan Yayasan Bhakti Nurani. Semua acara ini bagi Rm. Bambang menjadi kebutuhan untuk membuat rumah romo sepuh Domus Pacis tidak hanya seperti panti wreda yang kadang kala mendapatkan kunjungan kasih. Rm. Bambang merasa dengan ada pesta, dalam arti memakai konsumsi khusus, Domus Pacis menjadi seperti rumah tangga yang bisa mengadakan hajatan.


Program yang sudah cukup lama digagas oleh Rm. Hartanta diberi nama Family Gathering. Beliau mengingkan agar keluarga para karyawan dan para romo mengalami perjumpaan. Dengan peristiwa seperti ini diharapkan keluarga akan merasakan adanya ikatan komuniter dengan Domus Pacis St. Petrus. Program ini akan dilaksanakan pada Sabtu-Minggu 4-5 Juni 2022. Keluarga para karyawan dan relawati harian diharapkan datang pada Sabtu sore dan akan didampingi dalam perjumpaan hingga Minggu pagi. Mereka akan menginap semalam di Domus. Sementara itu keluarga para romo diundang datang pada Minggu jam 09.00. Mereka akan mengikuti acara perjumpaan bersama keluarga para karyawan. Pada sekitar jam 11.00 Rm. Hartanta akan memimpin Misa. Kini Rm. Hartanta sudah mengumpulkan jumlah anggota keluarga karyawan dan romo yang akan ikut. Seperti biasa Bu Rini mengurus konsumsi. Tentu saja acara seperti ini membutuhkan beaya. Karena harus ada makan 3 kali dan snak 2 kali, pembeayaan tentu lebih besar dibandingkan dengan ulang tahun imamat dan acara lain yang tidak pakai menginap. Puji Tuhan, tidak sedikit umat membantu dana dengan membeli buku Belajar Jadi Lansia Saksi Berhadapan Hari Akhir. Dari sumbangan ini Rm. Bambang bisa mendapatkan sekitar 60,00% pembeayaan yang dibutuhkan.


Lamunan Peringatan Wajib

Santo Yustinus, Martir

Rabu, 1 Juni 2022

Yohanes 17:11b-19

11b Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. 12 Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci. 13 Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka. 14 Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. 15 Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. 16 Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. 17 Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran. 18 Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; 19 dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, tidak sedikit orang tahu yang disebut suara hati. Suara hati selalu menuntun orang pada kebaikan.
  • Tampaknya, dengan suara hati orang dapat mencermati mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan mengikuti suara hati orang akan mengalami kedamaian.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun suara hati dipandang sebagai pegangan yang menghadirkan kedamaian, orang dengan ikut suara hati terangkat jadi duta ilahi sehingga sadar harus selalu siaga berhadapan dengan tantangan dan ancaman orang-orang yang dikuasai oleh nafsu duniawi. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan menjadi utusan surgawi untuk menegakkan kehendak-Nya di tengah-tengah dunia.

Ah, asal rajin agama tentu akan baik hidupnya.

Santo Felix dari Nicosia

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 11 Jun 2014 Diperbaharui: 14 Maret 2017 Hits: 6395

  • Perayaan
    31 Mei
  •  
  • Lahir
    5 November 1715
  •  
  • Kota asal
    Nicosia, Sisilia Italia
  •  
  • Wafat
  •  
  • 31 Mei 1787 di Nikosia, Italia - Oleh sebab alamiah
    Makamnya dipindahkan ke Kathedral Nikosia pada tahun 1891
  •  
  • Venerasi
    4 Maret 1862 oleh Paus Pius IX
  •  
  • Beatifikasi
    12 Februari 1888 oleh Paus Leo XIII
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 23 Oktober 2005 oleh Paus Benediktus XVI

Santo Felix dari Nicosia, O.F.M. Cap, (Italia: Felice di Nicosia) adalah seorang biarawan Fransiskan Kapusin yang kudus dan penuh dengan karunia ajaib.  Ia dilahirkan di Nicosia, Pulau Sisilia Italia pada tanggal 5 November 1715, dan dibabtis dengan nama Fillipo Giacomo Amoroso. Filippo kecil selalu bekerja membantu ayahnya yang adalah seorang pembuat sepatu. Toko sepatu ayahnya terletak di dekat sebuah biara kapusin;  karena itu sejak kecil, ia sudah mengenal para biarawan dan mengagumi cara hidup mereka.

Pada usia 20 tahun, ia meminta pada superior biara Kapusin di Nikosia untuk menyampaikan permohonannya kepada Provinsial biara di Messina agar bisa diterima sebagai seorang bruder. Permohonannya ditolak karena ia adalah seorang buta huruf yang tidak bisa membaca dan menulis. Namun Fillipo tidak patah arang. Setiap tahun Ia kembali lagi mengajukan permohonan. Setelah delapan tahun, melihat kesetiaannya mengajukan permohonan dan kesungguhannya untuk menjadi seorang biarawan, akhirnya ia diterima juga dan dikirim untuk menjalani novisiat di Mistretta.

Fillipo masuk novisiat Kapusin pada tanggal 19 Oktober 1743 dan diberi nama Bruder Felix. Ia mengucapkan kaulnya sebagai seorang biarawan Ordo Fransiskan Kapusin setahun kemudian.

Tidak seperti biasanya, Provinsial biara Kapusin menugaskan Bruder Felix di Kota kelahirannya. Ini sangat bertentangan dengan norma umum yang berlaku dalam biara Kapusin pada saat itu,  dimana seorang biarawan muda  biasanya akan ditempatkan jauh dari tempat asal mereka. Kehadiran keluarga dan teman-teman lama dianggap dapat menjadi godaan untuk kembali menjalani kehidupan duniawi dan mengganggu perkembangan rohani mereka. Namun karena kehidupan rohani  Bruder Felix yang begitu kudus, para atasannya membuat sebuah pengecualian baginya.

Di kota kelahirannya, Bruder Felix ditugaskan menjadi seorang quaestor, yaitu sebagai biarawan pengemis yang tugasnya berkeliling di wilayah sekitar biara untuk meminta-minta dan mengumpulkan sedekah bagi kelangsungan hidup biara.  Setiap hari ia akan berkeliling kampung halamannya dan mengetuk pintu rumah para kerabat dan sahabatnya untuk meminta-minta sedekah. Tugas ini sungguh sangat berat untuk dijalani. Hinaan dan ejekan dari orang-orang yang mengenalnya akan selalu diterimanya di sepanjang perjalanan. Namun apapun yang diterimanya; Bruder Felix akan tetap tersenyum.  Kelembutan hatinya sedemikian rupa sehingga ia akan selalu berkata “Terima kasih”.  Bahkan ketika ia diperlakukan dengan sangat kasar,  ia akan berseru : “Biarkanlah ini terjadi demi cinta kepada Tuhan.”

Ia memiliki devosi yang sangat mendalam kepada Yesus dan Bunda Maria. Setiap hari Jumat, ia akan berpuasa merenungkan sengsara dan wafat Kristus dan pada setiap hari Jumat dalam masa prapaskah,  ia akan berpuasa berat dengan hanya makan sekerat roti dan segelas air. Ia juga memiliki rasa hormat dan cinta yang mendalam kepada Sakramen Mahakudus.  Sering menghabiskan waktu selama berjam-jam untuk berdoa di depan tabernakel,  bahkan setelah mengalami cobaan yang keras setiap hari.

Kekudusannya membuat ia diberkahi Tuhan dengan karunia penyembuhan bagi berbagai macam penyakit,  fisik maupun rohani.  Dia juga dianugerahi kemampuan untuk bisa hadir di dua tempat berbeda pada saat yang bersamaan (bilokasi);  sama seperti penerusnya seorang biarawan Kapusin di zaman modern, Santo Padre Pio.

Pada saat wabah penyakit menyerang kota Cerami di bulan Maret 1777; Bruder Kudus ini dimintai pertolongan untuk dapat membantu menyembuhkan para korban. Dengan penuh semangat Bruder Felix datang dan membantu para pasien. Ia menghibur para korban dan melakukan banyak penyembuhan ajaib bagi mereka.

Selama 33 tahun Bruder Felix hidup di bawah seorang wali yang merasa bahwa adalah tugasnya untuk membuat Felix menjadi seorang Kudus. Wali ini membuat Felix harus menjalani kehidupan yang sangat keras dan penuh dengan penghinaan; namun semuanya itu dengan penuh kerendahan hati dapat dijalani dengan baik olehnya.

Pada bulan Mei tahun 1787 Bruder yang kudus ini terserang demam tinggi secara tiba-tiba saat sedang bekerja di kebun. Ia berkata kepada dokter yang memeriksanya bahwa obat-obatan tidak akan bisa menyembuhkannya, karena ini adalah penyakitnya yang terakhir. Dia begitu menghormati kaul ketaatan pada Ordonya, karena itu ia masih sempat meminta kepada walinya  izin untuk mati.

Bruder Felix tutup usia pada tanggal 31 Mei 1787 pada jam dua pagi.  Ia di beatifikasi pada tanggal 12 Februari 1888 oleh Paus Leo XIII dan dikanonisasi pada tanggal 23 Oktober tahun 2005 oleh Paus Benediktus XVI.

Monday, May 30, 2022

Snak dan Makan Malam Mei 2022


Domus Pacis Santo Petrus bukan tempat pastor seperti pastoran di paroki. Domus Pacis Santo Petrus memang rumah tinggal para pastor. Bahkan romo yang tinggal di situ lebih banyak daripada yang pada umumnya tinggal di pastoran paroki. Para romo Domus adalah romo yang sudah bebas tugas. Mereka sudah masuk golongan sepuh bahkan sudah difabel. Tentu saja Rm. Hartanta, Direktur Domus, masih 41 tahun dan masih bugar penuh kelincahan. Meskipun demikian Domus Pacis Santo Petrus tidak seperti panti wreda. Para romo Domus masih mengalami hidup seperti para romo paroki. Kalau di paroki ada caosan dhahar,  di Domus ada kepedulian kasihj berkaitan dengan konsumsi harian. Ada banyak warga Gereja lintas paroki yang menghadirkan snak dan sajian makan malam untuk Domus Pacis Santo Pertrus. Untuk bulan Mei 2022 yang menghadirkan kasih konsumsi adalah sebagai berikut :

  • Sajian snak : Ibu Titik, Ibu Rini, Ibu Jony, Ibu Emma, Ibu Pieter, Sdri. Lusi, Ibu Joko, Ibu Lely, Ibu Anna, Ibu Arum, Ibu Wayan, Kelompok Santa Chatarina, Ibu Dono, Ibu Aning, Ibu Yanti, Ibu Cita, Ibu Gita, Ibu Yeni, Ibu Prima, Ibu Kanti, Ibu Tutik, Ibu Daniek, Ibu Septi Unanto, Ibu Endang Prayitno, Ibu Agus Lilik.
  • Sajian Makan Malam : Ibu Eni, Ibu Yohanes Priyono, Eyang Wikuntoro, Bapak Sugeng, Ibu Ratih, Ibu Rini, Ibu Rachel, Ibu Ari, Ibu Wiwit, Ibu Rani Mastu, Ibu Regina Eli, Ibu Titik Waluyanti, Ibu Daruniah, Ibu Ninik Saut, Ibu Sumarah, Ibu Awiek, Ibu Melly, Ibu Ning Miduk, Ibu Yuli, Ibu Retni Willy, Ibu Emi, Ibu Stephani, Bapak Joko, alm Ibu Ay Ing, Ibu Meme, Ibu Ay Ning, Ibu Nadya, Ibu Primitiva, Sdr. Indra, Ibu Agnes Kadyartini, Ibu Panggung, Ibu Umi, Ibu Madi, Ibu Mardanu, Ibu Ambar, Ibu Yucha, Ibu Maryati, Ibu Indarto, Ibu Indrasmini, Ibu Nanik Sri Hastuti, Ibu Lucy.

Lamunan Pesta

Santa Perawan Maria Mengunjungi Elisabet

Selasa, 31 Mei 2022

Lukas 1:39-56

39 Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. 40 Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. 41 Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, 42 lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. 43 Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? 44 Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. 45 Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana."

46 Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, 47 dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, 48 sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, 49 karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. 50 Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. 51 Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; 52 Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; 53 Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; 54 Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, 55 seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya." 56 Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, orang hamil muda dapat membutuhkan kepedulian kasih. Dia dapat menjadi sosok manja.
  • Tampaknya, orang hamil muda dapat ngidam mengajukan permintaan khusus. Kondisi fisik bisa melemah.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun kodisi fisik dan jiwa membutuhkan perhatian khusus, karena semangat solidaritasnya demi kebaikan umum, orang dapat tidak terhalang untuk melakukan pelayanan yang membutuhkan pengorbanan fisik. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan tetap melayani orang lain sekalipun dia sendiri sedang membutuhkannya.

Ah, kalau kondisi sedang tidak oke ya tidak usah susah payah demi orang lain.

Sunday, May 29, 2022

Santa Joan of Arc

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 23 Agustus 2013 Diperbaharui: 27 September 2020 Hits: 13386

  • Lahir
    6 January 1412
  •  
  • Kota asal
    Greux-Domremy, Lorraine, Perancis
  •  
  • Wafat
  •  
  • 30 Mei 1431; Martir. Dibakar hidup-hidup di Rouen, Perancis
  •  
  • Beatifikasi
    11 April 1905 oleh Paus Santo Pius X
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 16 Mei 1920 oleh Paus Benediktus XV

Joan Of Arc (Jeanne d’Arc) lahir di Greux-Domremy, Lorraine, sebuah desa kecil di Perancis. Jacques d'Arc, ayahnya, adalah seorang petani yang memiliki tanah yang cukup luas dan ibunya bernama Isabelle Romee, seorang wanita yang lembut dan penuh kasih.  

Joan muda suka sekali berdoa, terutama pada tempat-tempat suci bagi Bunda Maria. Dalam doanya, gadis petani kecil yang jujur ini sering menerima penglihatan (vision) dari para kudus seperti Santa Margaret dari Antiokhia, Santa Catherine dari Alexandria, dan yang paling sering ia sebutkan adalah penampakan dari Malaikat Agung Michael.  Suatu hari ketika dia sedang menonton domba-dombanya, St. Michael Malaikat Agung menampakkan diri kepadanya dan berkata, "Putri Allah, pergilah selamatkanlah Perancis!"

Setelah selama tiga tahun Joan terus-menerus mendengar suara orang-orang kudus memanggilnya untuk bertindak; ketika ia berumur enam belas tahun, Joan memulai misinya. Ia menghadap raja dan meminta agar diberikan pasukan untuk membebaskan tanah Perancis yang sudah dikuasai Inggris.

Pada waktu itu, terjadi peperangan antara Perancis dan Inggris yang berlangsung selama seratus tahun. Karena itu, peperangan ini disebut dengan Perang Seratus Tahun. Inggris telah memenangkan banyak wilayah Perancis. Begitu banyaknya sampai-sampai raja Inggris juga menyebut dirinya sebagai raja Perancis.

Awalnya tidak mudah bagi Joan untuk menyakinkan Raja agar memberinya pasukan. Ia hanyalah seorang gadis petani, berasal desa terpencil dan buta huruf pula. Namun Joan tidak menyerah. Ia mengatakan pada raja bahwa Tuhan telah mengutusnya untuk memimpin pasukan Perancis di medan perang. Agar Raja percaya kepadanya, Joan meramalkan bahwa peperangan yang saat itu sedang terjadi di Herrings akan berakhir dengan kekalahan Perancis. Ramalan Joan kemudian terbukti benar. Dan Raja Charles VII pun mulai percaya pada kata-kata Joan.

Dengan izin Raja, Joan memimpin pasukan Perancis ke kota Orleans, dimana ia sendiri berdiri paling depan menghadapi musuh.  Dalam baju zirah yang putih berkilau, gadis remaja ini berkuda menerjang pasukan Inggris dengan panji kebesaran yang berkibar di atas dirinya. Pada panji kebesarannya tertera nama-nama YESUS dan MARIA.  Dia terkena anak panah dalam pertempuran itu, tapi dia terus maju bertempur dan menyemangati anak buahnya untuk tidak menyerah. Ia berkata kepada mereka bahwa Tuhan menghendaki agar Inggris keluar dari tanah Perancis. Prajurit Perancis mendengarkan kata-kata panglima wanita ini dan bertempur dengan penuh semangat. Akhirnya setelah bertempur mati-matian mereka berhasil menghancurkan sebagian besar pasukan Inggris. Pasukan yang tersisa mundur dari medan pertempuran lalu melarikan diri.  Kemenangan ini disambut dengan penuh sukacita karena selama ini mereka selalu saja kalah oleh bala tentara Inggris.

Kemenangan demi kemenangan kemudian diraih pasukan Perancis dibawah kepemimpinan St. Joan.  Ia  memimpin pasukannya menghancurkan pos-pos pertahan pasukan Inggris,  lalu merebut  sebuah benteng Inggris yang sangat kuat di les Tourelles. Pada pertempuran di les Tourelles Joan terkena anak panah dibahunya; namun seperti tidak merasakan apa-apa, Joan mencabut panah tersebut lalu diiringi pekikan yang menyemangati pasukannya, ia kembali maju bertempur.

Satu demi satu kota-kota Perancis yang dikuasai Inggris direbut kembali oleh Joan. Kota Jargeau direbut Joan pada tanggal 12 Juni 1429. Tiga hari kemudian, tanggal 15 Juni,  Joan menghancurkan pasukan Inggris di Meung-sur-Loire dan merebut kota itu. Dua hari selanjutnya Joan menuju Beaugency dan merebut kota tersebut tanpa perlawanan berarti dari pasukan Inggris.

Ketika pihak Inggris mengirimkan pasukan bantuan dalam jumlah besar; Joan segera menyongsong  pasukan tersebut. Pertempuran dahsyat terjadi. Di kemudian hari pertempuran ini dikenal dengan nama pertempuran Patay. Joan memerintahkan Pasukan perintis (vanguard) Perancis untuk secepatnya menyergap pasukan Inggris sebelum pasukan panah mereka dapat menyiapkan pertahanan. Serbuan mendadak ini membuat Pasukan Inggris yang dipimpin oleh Jendral Sir John Fastolf kocar-kacir. Sebagian besar pasukan dan para komandannya tewas. Pasukan yang tersisa lari pontang-panting menyelamatkan diri, termasuk juga Jendral Sir John Fastolf.

Nama Joan of Arc kemudian menjadi momok bagi pasukan Inggris. Kenyataan tentang seorang perawan suci yang memimpin pasukan Perancis dibawah panji bertuliskan YESUS dan MARIA, membuat nyali pasukan Inggris ciut. 

Setelah pertempuran Patay, St. Joan memimpin Pasukan Perancis berbaris menuju Reims dari Gien-sur-Loire pada tanggal 29 Juni. Semua kota yang dikuasai Inggris di sepanjang jalan menuju Reims menyerah tanpa syarat kepada pasukan Perancis. Di kota Troyes, pasukan Inggris takluk setelah dikepung selama empat hari, tanpa adanya pertumpahan darah.

Sebuah kisah mukjizat menyertai St. Joan saat ia merebut Troyes. Pasukan Perancis menderita krisis logistik pada saat mencapai Troyes. Tapi sungguh ajaib;  beberapa bulan sebelum kedatangan mereka, seorang biarawan pengelana bernama Richard telah berkhotbah akan datangnya akhir dunia di Troyes. Ia berhasil meyakinkan penduduk Troyes untuk menanam kacang-kacangan yang memiliki masa panen pendek. Pasukan St. Joan tiba tepat pada saat panen tiba dan ribuan anggota pasukannya tidak menderita kelaparan. Mujizat ini membuat pasukan Perancis dan masyarakat kota itu percaya bahwa Joan of Arch adalah seorang utusan Tuhan. Bahkan para sejarawan saat ini juga menyimpulkan bahwa Joan of Arc sepertinya bukanlah seorang pemimpin militer yang cakap. Ia lebih tepat disebut sebagai seorang yang “diberkati”.

Setelah kemenangan demi kemenangan diraih, waktu penderitaan Joan dimulai. Dalam satu pertempuran dia ditangkap oleh Pasukan Burgundi. Kemudian ia dijual ke Inggris.  Charles VII  Raja Perancis yang tidak tahu berterima kasih itu bahkan tidak pernah berusaha untuk menyelamatkannya. Raja pengecut itu ternyata takut akan popularitas Joan yang bisa menjadi ancaman bagi tahtanya. Joan dimasukkan ke dalam penjara dan setelah melalui sebuah persidangan yang penuh intrik politik dan ketidak-adilan ia dijatuhi hukuman mati.

Catatan di pengadilan menunjukkan bukti kecerdasan Joan yang luar biasa. Ia mampu memberi jawaban yang briliant pada pertanyaan jebakan yang disusun dengan sangat teliti oleh para pendakwanya yang sangat terpelajar. Seperti sewaktu ditanya :  “Apakah anda tahu bahwa anda berada dalam berkat Tuhan (God's grace)..?”. Pertanyaan ini adalah jebakan. Jika Joan menjawab iya, maka ia akan dituduh bidaah karena mengganggap dirinya sebagai seorang nabi atau seorang utusan Tuhan. Tapi jika menjawab tidak, maka dengan sendirinya Joan telah mengakui kesalahannya. Jawaban Joan sungguh diluar dugaan.  Gadis desa yang buta huruf ini berkata : “Jika tidak, semoga Tuhan menempatkan saya di sana; dan jika iya, semoga Tuhan tetap memberkati saya." Mendengar jawaban ini mereka yang menginterogasinya menjadi takjub dan langsung menunda interogasi pada hari itu.  (jadi ingat kisah di Mat 22:15-22).

Saat dihukum mati Joan bahkan belum mencapai umur dua puluh tahun. Namun dia dengan gagah  berani menyambut kematiannya pada tanggal 29 Mei 1431. Ia diikat pada sebuah tiang yang tinggi dan dibakar sampai mati. Kata-kata terakhirnya adalah "Yesus."

Setelah perang berakhir Paus Kallixtus III mengesahkan proses pengadilan ulang atas Joan d’Arc. Proses ini melibatkan banyak pihak dari seluruh Eropa dan mengikuti prosedur standar pengadilan saat itu. Para ahli teologi menganalisis kesaksian dari 115 saksi mata. Kesimpulan akhir dimumkan pada bulan Juni 1456, yang menyatakan bahwa Joan adalah seorang martir yang tidak bersalah. Pengadilan ini juga menyimpulkan bahwa hakim yang memutuskan hukuman bagi Joan telah menjatuhkan hukuman mati kepada seorang wanita yang tak berdosa demi balas dendam politik. Pengadilan secara resmi memutuskan Joan of Arc tak bersalah pada tanggal 7 Juli 1456.

Empat ratus delapan puluh sembilan tahun kemudian, pada tanggal 16 Mei 1920, Paus Benediktus XV mengumumkan Joan sebagai seorang Kudus.

Berbagi untuk Teman Se-Komunitas

Pada Rabu 25 Mei 2022 Rm. Bambang melihat buku yang dipasarkan untuk mencari dana acara khusus Domus tinggal 123 eksemplar. Padahal 50 eks sudah dipesan oleh Paroki Krapyak, Semarang, dan paling tidak 30 eks akan diambil oleh Paroki Kebon Dalem juga dari Semarang. Sementara itu pada bulan Juni 2022 Rm. Hartanta akan membawa 50 eks untuk dibawa dalam pelayanan luar Domus Pacis St. Petrus. Ini adalah buku berjudul Belajar Jadi Lansia Saksi Berhadapan Hari Akhir. Maka Rm. Bambang mengirim WA ke Mas Yoyok dari Penerbit dan Percetakan Pohon Cahaya "Mas, yen nyuwun puncetakken malih 500 eks? Niku lho, Buku Ajar Jadi Lansia Saksi Berhadapan Hari Akhir" (Mas, bagaimana kalau saya minta dicetakkan lagi 500 eksemplar? (Itu lho, buku Ajar Jadi Lansia Saksi Berhadapan Hari Akhir). Mas Yoyok menyanggupi. Bahkan beliau berkomentar "👍👍laris manisss...dana mengalir ke Domus Pacis..Puji Tuhan🙏🙏" 


Terhadap komentar Mas Yoyok, Rm. Bambang menulis "Saget nambah uang saku para romo Domus lan dum-duman sekedhik kangge karyawan" (Bisa untuk menambah uang saku para romo Domus dan sedikit berbagi untuk para karyawan). Tujuan utama penjualan buku itu memang untuk mencari simpanan dana acara-acara khusus Komunitas Domus Pacis St. Petrus. Tetapi tidak sedikit para pembeli masih menambah dana ekstra. Inilah yang membuat Rm. Bambang juga menyisihkan bagian tertentu pendapatan uang dana untuk dibagikan kepada para romo Domus dan juga sedikit untuk masing-masing karyawan. Karena pada umumnya uang pendapatan diterima lewat rekening bank, pada Sabtu 28 Mei 2022 Rm. Bambang meminta bantuan dari Bu Rini untuk mengambilkan uang yang dibagi untuk para romo dan karyawan. Uang itu pada Minggu pagi 29 Mei 2022 diserahkan ke Rm. Hartanta, direktur rumah, untuk dibagikan. Beliau akan membagikan bersama pembagian uang saku para romo dan gaji karyawan. Memang untuk 4 orang romo, yang kondisinya sudah hanya berbaring dan segalanya dilayani, Rm. Bambang tidak memberikan jatah. 

Lamunan Pekan Paskah VII

Senin, 30 Mei 2022

Yohanes 16:29-33

29 Kata murid-murid-Nya: "Lihat, sekarang Engkau terus terang berkata-kata dan Engkau tidak memakai kiasan. 30 Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepada-Mu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah." 31 Jawab Yesus kepada mereka: "Percayakah kamu sekarang? 32 Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku. 33 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, pada umumnya orang tidak mau menderita. Dia bisa berjuang untuk berbuat baik sehingga diterima oleh siapapun.
  • Tampaknya, orang dapat heran kalau sudah berbuat baik masih ada yang membencinya. Bahkan bisa jadi si pembenci tetap benci walau terus dibaiki.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun sudah baik dan selalu saja ada yang membenci dan selalu merecoki dan membuatnya susah, orang tetap akan berbuat baik karena sadar itu adalah risiko tak mau sejalan dengan kaum berjiwa gelap yang hanya mengumbar nafsu untuk kemauannya sendiri tanpa peduli kebaikan orang lain. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan sadar bahwa perbuatan baik yang menghadirkan derita karena ulah kaum egoistik dan materialistik akan berbuahkan kesejatian kedamaian batin.

Ah, kalau sudah baik kok diterima buruk, putus saja hubungan.

Santo Sirilus dari Kaisarea

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 10 Mei 2014 Diperbaharui: 11 Mei 2017 Hits: 4978

  • Perayaan
    29 Mei
  •  
  • Lahir
    Hidup pada abad ke-3
  •  
  • Kota asal
    Cappadocia - Turki
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir - Dipancung pada tahun 251 di Caesarea Cappadocia Turki
  •  
  • Venerasi
    -
  •  
  • Beatifikasi
    -
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Sirilus lahir di Kapadokia, Asia Kecil (sekarang wilayah Turki) pada pertengahan abad ke-3. Ia masih berusia remaja saat dibabtis menjadi seorang Kristen. Karena imannya ini; ia harus meninggalkan segala miliknya, meninggalkan keluarganya, dan mengorbankan nyawanya sebagai seorang saksi Kristus.  

Ayah Sirilus adalah seorang penyembah berhala. Ia menjadi sangat marah ketika mendengar bahwa anaknya telah dibabtis menjadi seorang Kristen. Ia berusaha dengan berbagai cara agar Sirilus meninggalkan iman barunya. Ia menganiaya dan menyiksa putranya untuk memaksanya murtad. Karena Sirilus tetap teguh memeluk imannya; ia diusir dari rumah dan dijebloskannya kedalam penjara.  Sirilus sedih; namun bukan karena perlakuan kejam ayahnya; tapi karena ayah dan keluarganya tidak mau mengerti akan keputusannya. Satu-satunya yang menguatkan hatinya adalah kata-kata Kristus dalam kitab suci :

“Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; ....... ”  (Mat 10:37)

Ketika dihadapkan ke pengadilan, Sirilus sedikitpun tidak takut ketika diancam oleh hakim. Karena itu sang hakim mencoba untuk membujuknya. Ia mengatakan bahwa Sirlilus akan diberi pengampunan dan tidak akan dihukum jika ia membenci dan menghujat nama Yesus. Sirilus juga akan memperoleh bagian yang besar dari harta warisan ayahnya bila ia berbaikan dengan sang ayah.  

Tetapi dengan tegas remaja ini menjawab :  “Karena iman, aku telah diusir dari rumah. Namun aku pergi dengan dengan gembira, sebab aku mempunyai tempat tinggal lain yang lebih mulia yang sedang menantikanku.”  

Hakim lalu mencoba menakut-nakuti pikiran remaja ini. Ia memerintahkan agar Sirilus dibawa ke sebuah api unggun besar, seakan-akan hendak dibakar hidup-hidup. Ketika mereka kembali, sang hakim berkata membujuknya :  "Anakku, engkau telah melihat api yang akan membakarmu dan pedang yang akan memenggal kepalamu. Segera tinggalkan Yesus, dan kembalilah ke rumah ayahmu.  Engkau akan sangat beruntung dan akan memperoleh harta warisan dari ayahmu."

Namun dengan gagah martir belia ini menjawab, "Tuan hakim, anda telah berbuat kesalahan dengan membawa saya kembali kesini. Saya tidak takut pada api atau pedang sebab Yesus akan menerima saya.  Seharusnya anda tidak menunda waktu lagi. Segera jatuhkanlah hukumanmu, supaya saya cepat pergi kepada-NYA".

Mendengar kata-kata remaja ini, sang hakim menjadi sangat marah. Ia lalu menyuruh para serdadu untuk segera memenggal kepala Sirilus. 

Santo Sirilus dari Kaisarea menerima mahkota kemartirannya sekitar tahun 251.

Saturday, May 28, 2022

Jadual Juni 2022


Pada suatu ketika Bu Titik Waluyanti menulis pesan WA ke Rm. Bambang "Mo jadual caos snack Juni wis ana?" (Romo, apakah jadual untuk sumbangan snak bulan Juni 2022 sudah ada?). Bun Titik adalah salah satu relawan Domus dan sekaligus juga menjadi salah satu koordinator penyumbang sanak. Pertanyaan lewat WA itu terjadi pada hari Minggu 22 Mei 2022 jam 05.16. Terhadap pertanyaan itu Rm. Bambang menjawab "Durung ana" (Belum ada). Dalam pikiran Rm. Bambang untuk masuk bulan Juni 2022 masih ada 9 hari. Tetapi dia menyadari bahwa Bu Titik harus mengirimkan ke Bu Tutik dari Maguwa, salah satu koordinator penyumbang snak yang menjadi jaringan Bu Titik. Kelompok penyumbang dari Maguwa akan ditata dalam jadual untuk disampaikan ke Bu Titik yang kemudian akan menjadual kelompoknya sendiri. Maka Bu Titik memang memiliki kepentingan untuk mengetahui lebih dahulu jadual kelompok Maguwa.

Rm. Bambang pun segera menyusun jadual dan dikirim ke Bu Titik. Tetapi dia juga mengirim ke koordinator lain: Bu Rini, salah satu relawan Domus, dan Bu Endang dari Jambusari. Rm. Bambang juga megirimkan ke perorangan yang menjadi jaringannya. Semua itu dikirim pada Senin 23 Mei 2022 untuk kemungkinan mendapatkan koreksi kalau ada kekeliruan. Sebenarnya dalam hal sumbangan konsumsi untuk Domus juga ada penyediaan masakan untuk makan malam. Rm. Bambang juga cepat membuat jadual untuk bulan Juni 2022. Ini dikirimkan ke Bu Rini dan Bu Ari yang menjadi koordinator. Tetapi untuk penyumbang masakan makan malam sudah ada nama-nama rutin per bulan, Rm. Bambang juga mengirimkan ke masing-masing nama terjadual. Khusus untuk para penyumbang masakan makan malam, ada juga yang menyumbang uang saja karena tidak menyelenggarakan sendiri dan mengirimkan ke Domus. Dalam hal ini ada yang rela untuk memasakkan.

Lamunan Pekan Paskah VII

Minggu, 29 Mei 2022

Yohanes 17:20-26

20 Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; 21 supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. 22 Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: 23 Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. 24 Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; 26 dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, dalam doa orang memang juga biasa memohon. Dalam doa permohonan orang menyampaikan kebutuhan dan atau apapun yang diinginkan.
  • Tampaknya, bagi yang tidak tertutup hanya dalam kepentingan sendiri orang juga akan memohonkan orang-orang lain. Dia memohonkan terkabul apa yang diprihatinkan oleh orang lain.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun memohonkan orang lain sudah menjadi sikap sosial kerohanian, doa permohonan seseorang sungguh agung kalau menyerahkan segala hasil kebaikan hidup orang lain menjadi keterbukaan merajut kesatuan dan persatuan yang dilandasi oleh kesamaan sikap menjadi pelaku amat Tuhan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati siapapun akan sungguh hidup sebagai duta Tuhan kalau segala yang dijalani dalam hidupnya membangun dan mengembangkan kesatuan kasih persahabatan.

Ah, doa permohonan itu ya minta yang diinginkan agar hidup jadi nikmat.

Beata Margareta Pole

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 23 Agustus 2013 Diperbaharui: 22 Januari 2019  Hits: 6276

  • Perayaan
    28 Mei
  •  
  • Lahir
    14 Agustus 1473
  •  
  • Kota asal
    Somerset, Wilshire, Inggris
  •  
  • Wafat
  •  
  • 28 Mei 1541 | Martir; dipenggal kepalanya di Tower Hill, London, England
    Dimakamkan di Saint Peter ad Vincula, Tower of London
  •  
  • Beatifikasi
    29 Desember 1886 oleh Paus Leo XIII
  •  
  • Kanonisasi

Raja Inggris Henry VIII  mengangkat dirinya sendiri sebagai kepala Gereja di Inggris dan melepaskan segala hubungan Gereja Inggris dengan Tahta Suci di Roma. Henry berbuat begitu hanya beberapa saat setelah Paus sebagai Kepala Gereja menolak keinginannya untuk menceraikan istri sahnya yaitu Ratu Katarina. Henry ingin menceraikan Katarina supaya ia dapat menikahi seorang gundiknya yang juga bekas pelayan isterinya yaitu Anne Boleyn; wanita yang telah membuatnya tergila-gila. 

Raja Henry kemudian menyatakan bahwa Gereja Khatolik adalah terlarang di seluruh Inggris. Ia kemudian menguasai Gereja, menghancurkan banyak biara dan mengeksekusi para biarawan serta semua orang yang menentang keinginannya. Beata Margaretha Pole adalah salah satu martir dalam Reformasi Anglikan ini.

Margareta Pole dilahirkan pada tahun 1471. Ia adalah kemenakan dua orang raja Inggris, Edward IV dan Richard III. Henry VII mengatur pernikahannya dengan Sir Reginald Pole. Sir Pole adalah seorang prajurit gagah, sahabat keluarga kerajaan.

Pada saat Raja Henry VIII naik tahta, Margareta telah menjadi janda dengan lima orang anak. Raja Henry VIII masih muda dan belum berpengalaman dalam hal mengendalikan kerajaan dan kekuasaan. Ia menyebut Margareta sebagai wanita paling kudus di seluruh Inggris. Ia begitu terkesan pada Margareta hingga ia mengembalikan sebagian harta keluarganya yang hilang di masa lampau. Raja juga memberinya gelar kerajaan.

Raja Henry VIII amat mempercayainya hingga Margareta diberi kepercayaan untuk mendidik Puteri Maria, putri raja dan Ratu Katarina. Tetapi kemudian, Henry VIII berusaha menikahi Anne Boleyn, meskipun ia sudah beristeri. Margareta tidak menyetujui perilaku raja. Karena itu, raja mengusirnya dari istana.

Raja menunjukkan bagaimana ia sangat tidak suka kepadanya. Raja bertambah murka ketika seorang putera Margareta, seorang imam, menulis sebuah artikel panjang menentang tuntutan Henry untuk menjadi kepala Gereja Inggris (Putera Margareta itu kelak menjadi Kardinal Reginald Pole yang terkenal). Henry VIII tidak dapat mengendalikan diri lagi. Ia menjadi seorang yang kejam serta penuh rasa dengki. Ia mengancam akan membinasakan seluruh keluarga Margareta.

Henry VIII mengutus orang-orangnya untuk menginterogasi Margareta. Mereka harus dapat membuktikan bahwa Margareta adalah seorang pengkhianat. Mereka menginterogasinya mulai pagi hingga petang. Tetapi, tidak pernah sekali pun Margareta berbuat kesalahan. Tidak ada yang disembunyikan olehnya.

Kemudian Margareta dikenai tahanan rumah di sebuah kastil seorang bangsawan. Lalu, ia dipindahkan ke sebuah menara besar di London. Ia bahkan tidak diadili sebelum dipenjarakan. Selama musim dingin yang panjang, Margareta menderita kedinginan yang hebat. Tidak ada api dan tidak cukup pakaian hangat baginya.

Akhirnya, pada tanggal 28 Mei 1541, Beata Margereta dihantar keluar dari menara menuju tempat pelaksanaan hukuman mati. Ia lelah dan sakit, tetapi ia berdiri tegak dan gagah untuk mati demi imannya. “Aku bukan seorang pengkhianat,” demikian katanya dengan berani. Margareta dipenggal kepalanya. Usianya saat itu enam puluh delapan tahun.

Gereja Inggris kemudian disebut Gereja Khatolik Anglikan dan sampai hari ini tidak lagi mengakui Paus sebagai Kepala Gereja.

Setiap Martir Adalah Persembahan Bagi Gereja

Friday, May 27, 2022

Ingatan Nostalgia Masa SMA

Makam para romo projo Keuskupan Agung Semarang di kompleks Seminari Kentungan memang biasa dikunjungi. Umat Katolik yang pernah mengalami karya rama yang dimakamkan di situ kerap ziarah kubur. Ada yang perorangan, ada yang berkelompok, dan ada yang terorganisasi datang berkendaraan. Bahkan untuk almarhum yang dulu dekat dengan karya lintas agama, warga beragama lain juga mengunjungi makamnya. Dari para peziarah ada juga yang melakukan ziarah makam dalam rangka kunjungan ke Domus Pacis Santo Petrus, rumah sepuh yang disediakan untuk para romo projo Keuskupan Agung Semarang. Kuburan dan Domus Pacis memang berada dalam satu kompleks Seminari Kentungan dan lokasinya berseberangan. Maka layak kalau ketika berziarah makam kemudian melihat gedung Domus lalu bertamu mengunjungi romo sepuh yang tinggal di dalamnya. Maka layak pula ketika mempunyai program kunjungan ke Domus kemudian melihat makam lalu berziarah kubur. 


Salah satu peristiwa ziarah kubur lalu kunjungan ke Domus juga terjadi pada Jumat 28 Mei 2022. Ada serombongan kecil keluarga yang berziarah kubur ke salah satu makam. Sesudah itu mereka teringat pada salah satu sahabat almarhum yang kini tinggal di Domus Pacis. Maka merekapun juga bertamu ke Domus. Mereka mengunjungi makan almarhum Romo Diakon Tarsisius Hartoko Padmowardoyo. Almarhum wafat pada Desember 1978 ketika hampir tahbisan imamat yang undangannya sudah tersebar. Dalam undangan itu ada nama-nama yang kini berada di Domus, yaitu Rm. Supriyanto, Rm. Tri Hartono, dan Rm. Yadi. Tetapi keluarga itu datang ke Domus khusus untuk Rm. Bambang. Rm. Bambang memang masuk Seminari Mertoyudan bersama Rm. Hartoko tetapi mengalami keluar 2 tahun ketika sudah berada di Seminari Kentungan. Rombongan kecil yang berkunjung ini adalah 2 kakak dan 1 adik almarhum Rm. Diakon Hartoko bersama 2 orang anak mereka. "Biyen Romo Bambang kerep ngepit neng Warak nganggo pit ijo kinclong" (Dulu Rm. Bambang kerap bersepeda ke Warak, rumah orang tua almarhum Hartoko, memakai sepeda berwarna hijau kinclong) kata Mbak Yanti yang diiyakan oleh kakak-kakaknya. Pembicaraanpun terfokus pada pengalaman tahun 1967-1969 ketika Rm. Bambang masih SMA dan berhubungan dekat dengan keluarga itu. Rm. Diakon Hartoko memang sahabat Rm. Bambang sejak di SMA yang dari kelas 1 hingga 3 selalu satu kelas. Almarhum juga tinggal di Ambarrukmo ikut kakaknya yang sekampung dengan Rm. Bambang. Tetapi orangtuanya berada di Dusun Warak yang kini menjadi pusat Paroki Warak. Maka Rm. Bambang kerap mengalami tidur di rumah almarhum Hartoko bahkan sesudah berkarya sebagai imam.

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...