Tuesday, April 16, 2024

Mengisi Kesendirian

Pada suatu saat aku mendengar omongan yang disampaikan oleh seorang imam :
  1. Beliau mengomentari kegiatan frater. Frater aktif dalam kegiatan pastoral di kalangan pelajar dan mahasiswa. Yang dilakukan berupa program kegiatan macam-macam. Kemudian beliau mengceriterakan bahwa dulu juga aktif seperti itu. Banyak remaja dan anak muda mengenal dan bergaul. Bahkan Sang imam pada waktu itu termasuk cukup masyhur.
  2. Aku terkejut ketika imam itu berkata "Untuk apa kegiatan-kegiatan itu?" Beliau kemudian menyebut para rama sepuh yang mungkin memperhatikan kesibukannya kini. Mungkin para rama sepuh juga berpikir "Untuk apa kegiatan-kegiatan itu?" Ternyata kini imam itu tidak lagi punya hubungan dengan para pelajar dan mahasiswa yang dulu didampingi. Beliau juga berpikir para rama sepuh kini juga banyak jauh bahkan berhenti kontak dengan umat yang dulu dilayani.
  3. Ternyata imam itu memuarakan pada kata-kata Tuhan Yesus "Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.” (Yoh 6:27). Dari sini sang imam menekankan pentingnya landasan iman dalam setiap kegiatan.
Ketika mendengarkan omongan itu, terus terang aku berpikir tentang realita rama yang sudah tua. Rama sepuh harus siaga banyak berada dalam kesendirian. Di Domus Pacis Santo Petrus aku mengalami sekitar 92% hidup berada di dalam kamarku. Ketemu teman-teman hanya pada waktu makan sehari 3 kali dan pada waktu Misa. Tampaknya realita kami para rama sepuh itu juga dialami oleh kebanyakan kaum lansia. Sekalipun hidup bersama anak-cucu, dia banyak sendirian di rumah karena anak-cucu memiliki banyak kesibukannya masing-masing. Dengan mempertimbangkan semua itu aku mengetengahkan 2 hal yang kuanggap penting agar hidup tetap ceria hingga lansia :
  1. Sejak muda bahkan remaja orang harus belajar untuk menemukan amat pentingnya
  1.  kesendirian. Barangkali dari remaja hingga usia produktif hidupnya amat banyak terisi oleh berbagai kesibukan. Tetapi pada saat-saat tertentu (bukan ketika retret) harus bisa diam dalam kesendirian, misalnya 1 kali dan sebulan atau 2 bulan. Bahkan dalam kesendirian baik kalau membiasakan diri berdiam diri barang 15-30 menit.
  2. Dalam kesendirian biasakan merasakan dan mengomongkan apa yang terpikir, terasakan, dan terkehendaki dalam hati dan dengan hati. Siapa tahu ini jadi makanan yang bertahan sampai kekal (Yoh 6:27).
Rm. Bambang

No comments:

Post a Comment

Santo Bruno, Pengaku Iman

diambil dari https://www.imankatolik.or.id/kalender/6Okt.html Bruno lahir di kota Koln, Jerman pada tahun 1030. Semenjak kecil ia bercita-ci...