Thursday, April 25, 2024

Benedicere

diambil dari https://wartaindo.news/March 17, 2020

Wartaindonews — BENEDICERE adalah kata dalam bahasa Latin. Kata BENEDICERE terdiri dari kata BENE yang berarti BAIK dan DICERE yang berarti BICARA atau OMONG. Jadi, secara harafiah kata BENEDICERE berarti Berbicara Dengan Baik. Nah, ini sebenarnya adalah himbauan bagi semua orang, ‘Berbicaralah dengan baik!’ bukan sebaliknya. Dengan berbicara dengan baik, sebenarnya orang sudah menjadi berkat bagi orang lain atau sesama. Kan ini sesuatu yang luar biasa. Kita bisa memberkati orang lain. Dengan organ tubuh yang disebut mulut, kita bisa menjadi ‘BERKAT’. Maka, semua orang dalam hidup ini hendaknya menjadi ‘BERKAT’. Kalau semua orang menjadi pembawa berkat bagi orang lain, hidup atau dunia ini menjadi indah, karena orang yang menerima berkat akan menapaki hidup dengan berkat yang mewujud dalam: semangat, rasa percaya diri, bergairah, bergembira, gigih, pantang menyerah, tidak putus asa, dll. Banyak bukti dalam kehidupan sehari-hari, orang menjadi berubah menjadi baik atau lebih baik karena ucapan yang memberkati.

Di Cina, ada seseorang pemain sepak bola bernama Lou Zhu. Suatu hari, mereka bertanding dalam pertandingan besar. Menyadari ini adalah ‘event’ besar, mamanya ingin mendampingi anaknya. Maka, mama Lou Zhu memutuskan untuk ikut ke pertandingan itu. Sebelum masuk ke stadion, mama Lou Zhu mengucapkan kalimat ini: ‘Lou Zhu, kamu pasti bisa mencetak gol ke gawang lawan’. Setelah itu, mama Lou Zhu masuk ke stadion dan mencari tempat di tribun bagian atas. Pertandingan dimulai, pandangan mama Lou Zhu selalu tertuju pada anaknya. Pasti mama Lou Zhu sambil terus mengikuti gerakan anaknya, mama Lou Zhu berdoa agar anaknya bisa mencetak gol. Dan apa yang terjadi, Lou Zhu bisa mencetak gol. Luar biasa!!! Dari mulut seorang ibu yang memberkati sebuah prestasi besar terwujud. Inilah kekuatan berkat atau ‘BENEDICERE’.

Nah, apa yang terjadi kemudian setelah Lou Zhu mencetak gol ke gawang lawan, Lou Zhu bukannya kembali ke tengah lapangan untuk memulai pertandingan lagi. Lou Zhu lari keluar lapangan, naik ke tribun bagian atas untuk menemui mamanya. Adegan yang sangat indah ini terjadi di sana, seorang anak berpelukan dengan mamanya dalam suasana penuh sukacita. Sukacita buah dari ucapan yang memberkati. Suasana stadion menjadi gempar karena aksi seorang pemain bola yang langka.

Terinspirasi peristiwa Lou Zhu yang terbakar semangatnya oleh kata berkat mamanya, saya pernah melakukannya. Ceritanya, saya mempunyai seorang siswi, sebut saja namanya Sakura (bukan nama sebenarnya). Dia berasal dari dari kota kecil di Jawa Timur. Sakura kalau sedang mengikuti pelajaran di kelas menunjukkan sikap yang tidak simpatik. Apa yang Sakura lakukan sangat kontras bila dibandingkan dengan siswa siswi yang lain. Siswa siswi yang lain sangat fokus pada pelajaran, sedangkan Sakura sangat tidak peduli pada pelajaran. Kalau tidak tidur, ya meletakkan kepala di meja. Pada kesempatan lain, matanya tertuju ke arah lain, tidak pada guru yang sedang menerangkan. Tatapan mata Sakura nanar atau kosong. Super cuek. Guru-guru sudah tidak mau mengurusi Sakura. Bahkan Sakura pernah dibahas dalam rapat dewan guru untuk diserahkan kembali ke orangtua, bila Sakura tidak berubah atau menjadi lebih baik. Menyadari keadaan yang bisa dikatakan gawat, saya mencoba berusaha mendekati Sakura untuk mendampinginya. Melalui pendekatan yang sangat hati-hati, Sakura mau membuka hati dan mau bercerita tentang apa yang terjadi pada dirinya. Apa yang melatarbelakangi sikap Sakura yang super cuek di dalam kelas. Akhirnya, akar penyebab Sakura menjadi siswi yang super cuek ditemukan dan masalahnya berasal dari keluarga. Ayah Sakura memiliki WIL (Wanita Idaman Lain). Sebagai seorang anak yang menginginkan agar keluar tetap utuh, Sakura sering mengingatkan ayahnya untuk tidak melanjutkan hubungan dengan WIL-nya. Tetapi apa yang terjadi apabila Sakura memperingatkan ayahnya, Sakura justru menerima bogem mentah alias dipukul. Menerima perlakuan kejam dari ayahnya dan menyaksikan keadaan keluarga semakin buruk, Sakura sangat sedih, prihatin dan akhirnya menjadi ‘nglokro’, putus asa. Sakura tidak punya semangat untuk hidup dan hidup semaunya sendiri. Sakura benar-benar lepas kendali. Sakura lakukan apa saja yang Sakura kehendaki, narkoba, hubungan seks bebas dan tidak serius sekolah.

Mendengar kisah Sakura yang menyedihkan itu, saya ingin menjadi berkat melalui mulut saya dengan memberi penghiburan, dorongan, semangat, agar Sakura bangkit dari keterpurukannya, lebih-lebih sehubungan dengan prestasi belajarnya. Bayangkan hasil belajar Sakura, 2 kali rapotan menunjukkan hasil yang jeblok atau sangat buruk. Dari 13 mata pelajaran hanya 2 yang hitam (waktu itu, rapotan masih menggunakan sistim catur wulan). Sakura masih punya waktu 1 catur wulan. Waktu ini harus digunakan dengan optimal jika ingin bisa naik kelas. Untuk itu, saya tiap kali mengingatkan Sakura untuk belajar yang baik agar bisa naik kelas. Inilah kata berkat yang saya katakan pada Sakura. ‘Saya tahu ayahmu itu kejam, baik terhadap ibumu maupun kamu sendiri. Tapi kamu jangan ‘bunuh diri’ dengan menggagalkan studimu, yang berarti kamu merusak masa depanmu sendiri. Ayo bangkit. Masih ada kesempatan 1 catur wulan lagi. Kamu pasti bisa mengejar ketinggalan. Kamu pasti bisa naik. Saya yakin itu’.

Akhirnya, berkat dorongan saya, Sakura berhasil naik kelas. Maka, marilah kira selalu berbicara baik dan menjadi berkat. Dari mulut yang sama bisa keluar berkat atau kutuk, tergantung pada pribadi masing-masing. Di era komunikasi yang luar biasa ini, sayang banyak orang tidak menggunakan mulutnya untuk menyampaikan berkat bagi orang lain, tetapi justru untuk hal-hal yang tidak baik. Banyak muncul di WA ujaran kebencian, berita bohong, dll. Banyak orang suka ngrumpi tentang orang lain, terutama membicarakan kekurangannya.

Sehubungan dengan ‘BENEDICERE’, saya ingat iklan Coca Cola: ‘Siapa saja, kapan saja, dimana saja’. Orang bisa menyalurkan kata berkat kepada siapa saja. Kepada anak kita, pada pagi hari waktu mau berangkat sekolah: ‘Belajar yang baik, hati-hati di jalan’. Di WA, pada anggota saling mengirim ucapan sebelum tidur: ‘Good night, may sweet dreams carry you through the night’. Bahkan nenek-nenek menyalurkan berkat kepada cucunya dengan ‘MENGUDANG’. Saya mempunyai tetangga, seorang nenek yang hampir setiap hari mengudang cucunya: ‘Tong dudu blek… blek dudu tong… suk nek gedhe dadi apa? Doktel… dadi Doktel!! (Tong bukan blek… blek bukan tong… besuk kalau sudah besar jadi apa? Dokter… jadi Dokter!!. Setiap orang hendaknya menjaga ucapannya, sehingga dari mulutnya keluar ucapan-ucapan yang baik, yang memberkati. Dengan berbicara yang baik menjadi berkat. Dari ‘BENEDICERE’ menjadi ‘BENEDICTIO’.

Penulis: Ph. Ispriyanto

KONTRIBUTOR

No comments:

Post a Comment

Santo Bruno, Pengaku Iman

diambil dari https://www.imankatolik.or.id/kalender/6Okt.html Bruno lahir di kota Koln, Jerman pada tahun 1030. Semenjak kecil ia bercita-ci...