Wednesday, November 30, 2022

Sumbangan Tambahan Dana Karyawan November 2022

Kalau berpikir tentang karyawan Rm. Bambang teringat oleh kata-kata Almarhum Rm. Suryo Nugroho. Almarhum pernah berkata "Jan-jane Domus Pacis ki dudu rumah romo sepuh, ning rumah sakit" (Sebenarnya Domus Pacis bukanlah rumah para romo sepuh, tetapi Domus adalah rumah sakit). Maklumlah, kondisi para romo di Domus Pacis banyak yang sudah harus dilayani dalam banyak hal. Bahkan obat-obatan sudah menjadi sahabat harian. Kata-kata Rm. Suryo terjadi ketika yang harus terus ada di pembaringan baru Rm. Tri Wahyono. Kini Rm. Tri Hartono, Rm. Priyanto, Rm. Jaya, dan Rm. Joko Sistiyanto juga sudah hanya berada di kamar dan pembaringan. Sementara itu Rm. Harto dan Rm. Ria termasuk yang membutuhkan penjagaan dan pelayanan dalam segalanya. Bahkan Rm. Yadi juga membutuhkan karyawan khusus.


Kalau berpikir tentang karyawan Rm. Bambang tersentuh oleh Rm. Hartanta yang sebagai Direktur Domus berkali-kali dicekam oleh kondisi romo-romo sepuh. Mgr. Blasius tiba-tiba harus dirawat di RS Panti Rapih sekitar 3 Minggu. Baru-baru saja Rm. Yadi juga lebih seminggu harus opname. Bahkan Rm. Joko, yang sebelumnya masih makan sendiri dan bisa sedikit berjalan, berada di ICU cukup lama. Dalam perkembangan Rm. Joko harus dengan ketat menyantap menu menggunakan sonde dan bernapas dengan alat ventilator yang dipasang di leher untuk mengalirkan oxigen dari tabung besar. Ketika di rumah sakit ada karyawan yang harus menunggu, yang karena protokol kesehatan tak bisa keluar masuk. Mereka ikut makan dengan sajian rumah sakit. Di Domus Rm. Joko amat membutuhkan penjagaan dan pelayanan melebihi Rm. Tri Wahyono dan Rm. Tri Hartono. 

Kondisi para romo membuat terjadinya lemburan bagi paling tidak 6 karyawan setiap hari. Tentu saja kebutuhan anggaran, yang setiap bulan melebihi anggaran yang diterima dari Keuskupan, bertambah dengan makin merosotnya kondisi romo-romo Domus yang sakit. Tetapi semua ini sungguh dibuat tenang karena adanya banyak warga yang menyumbang uang untuk tambahan honorarium karyawan. Pada bulan November 2022 Rm. Bambang mendapatkan kiriman dari 32 penyumbang. Empat dari pengirim adalah kelompok umat dan yang lain adalah perorangan. Dari para penyumbang ini Domus Pacis St. Petrus mendapatkan dana tambahan untuk urusan karyawan sebesar Rp. 22.340.000,00. Para penyumbang itu adalah :

1. Ibu Wartini, 2. Ibu Dicky, 3. Ibu Haryono, 4. Ibu Ida, 5. Bapak Siswoto, 6. Bapak Jono, 7. PUPIP Ungaran (80 org), 8. Ibu Dewi Amggraeni, 9. Ibu Christine, 10. Maria Kristina Dannie, 11. Ibu Tri Nor Prasetyawan, 12. Ibu Lucy, 13. Ibu ML Setiyani Indrawati, 14. Ibu Anna Maria (Ibu-ibu Bernardus Babadan), 15. Lanni Riyanto (d.a. MG Dwi Astuti / Bu Marcus Smg), 16. Ibu Malya, 17. Ibu Mamik, 18. Bapak Blasius Chasto, 19. Ibu Harno, 20. Ibu Sugono, 21. Ibu Mrihadi, 22. Ibu Bernadet Suwarni, 23. Bapak Eric, 24. Ibu Lily Januar, 25. Kerahiman Ilahi Mungkid, 26. Ibu Chatarina Gunarti, 26. Ibu Istiyono, 26. Ibu Yuliana Sutarni, 27. Ibu Endang W, 28. Bp. Bambang Triono Cahyadi, 29. Ibu Wellanda, 30. Ibu Eny Bernadet, Mandiraja, 31. Ibu Tini, 32. Kelompok Yosefin Medari. 


Santo & Santa Adrianus dan Natalia, Martir

diambil dari  https://www.imankatolik.or.id/kalender/1Des.html

Suami-istri ini mati sebagai martir pada abad ke-4 di Nikomedia pada masa pemerintahan Kaisar Diokletianus – Licinius. Adrianus adalah seorang perwira Romawi yang bertugas di Nikomedia. Ia belum dipermandikan, namun sudah beriman kepada Yesus, sedangkan isterinya, Natalia, seorang Kristen yang saleh.

Suatu ketika Adrianus diperintahkan untuk mengejar, menangkap, dan menganiaya umat Kristen. Maklumlah penguasa Romawi sangat benci kepada umat Kristen karena mereka tidak mau menyembah dewa-dewa Romawi. Adrianus bingung. Ia sendiri pernah menyaksikan penganiayaan terhadap 23 orang Kristen. Hatinya tidak tahan karena ia merasa seiman dengan mereka. Terdorong oleh cintanya kepada orang-orang seiman, dengan berani ia mengatakan kepada para serdadu Romawi lainnya: "Tangkaplah dan siksalah juga aku sebab aku sendiri pun orang Kristen." Ia rela menyerahkan diri untuk ditangkap dan digiring ke penjara. Mendengar peristiwa penangkapan Adrianus, Natalia datang ke penjara untuk menemuinya. Kepada Adrianus, ia berkata: "Adrian, engkau diberkati Allah karena berani mengakui imanmu di hadapan orang-orang kafir. Sesungguhnya engkau telah menemukan harta kekayaan yang tidak diwariskan orangtuamu . . . " Natalia meminta dengan sangat kepada Adrianus agar menguatkan juga hati teman-temannya di penjara. Selain itu ia berusaha agar Adrianus mendapat pelajaran agama dan dibaptis di dalam penjara. Hal itu diketahui penjaga penjara, sehingga mulai saat itu ia tidak diizinkan lagi menemui suaminya di penjara. Namun ia tidak kehabisan akal: ia menyamar sebagai pemuda dan berhasil menemui Adrianus di penjara. Kepadanya ia berpesan agar berdoa untuknya bila sudah berada di surga.

Adrianus bersama orang-orang Kristen lainnya dijatuhi hukuman mati. Pelaksanaan hukuman mati itu disaksikan Natalia. Ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana anggota tubuh suaminya dicincang. Keinginannya untuk ikut serta terjun ke dalam bara api sungguh tak terbendung, ketika tubuh suaminya dilemparkan ke tengah jilatan api bersama martir-martir lainnya. Api kemudian padam karena sekonyong-konyong turun hujan lebat. Orang-orang Kristen mengumpulkan sisa-sisa jenazahnya dan memakamkannya dekat Argyropolis, di pantai Bosporus, Turki.

Natalia sendiri menyimpan tangan suaminya sebagai relikui kudus. Ia tidak mau menetap di Nikomedia karena merasa terancam oleh penguasa Romawi yang kafir. Ia memutuskan untuk tinggal tidak jauh dari makam suaminya. Beberapa lama setelah berada di Argyropolis, ia pun wafat dengan damai dan dimakamkan dekat kubur Adrianus di antara para martir lainnya. Ia dimasukkan dalam bilangan para martir karena situasi kematiannya. Adrianus adalah martir populer waktu itu dan dijadikan pelindung para serdadu. Ia juga sering dimintai perlindungannya apabila ada wabah penyakit.

Lamunan Peringatan Wajib

Beato Dionisius dan Beato Redemptus, Biarawan dan Martir Indonesia

Kamis, 1 Desember 2022

Matius 7:21.24-27

21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. 

24 "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. 25 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. 26 Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. 27 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, setiap agama dan kepercayaan menghadirkan petunjuk untuk mendapatkan kebahagiaan di keabadian. Untuk itu orang harus berdekatan dengan Tuhan.
  • Tampaknya, ada gambaran yang mampu berdekatan dengan Tuhan adalah yang biasa berdoa. Makin rajin dan tekun berdoa makin mesralah hubungannya dengan Tuhan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun doa membuat orang ingat Tuhan, kebahagiaan ilahi hingga keabadian akan dialami oleh orang yang biasa mendengarkan suara kebaikan dari dalam relung hati dan berjuang menjalaninya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang yang biasa menjalani suara nurani akan mengalami ketenangan batin dan keceriaan sekalipun berhadapan dengan berbagai kesukaran dan derita hidup.

Ah, asal rajin doa pasti masuk surga.

Tuesday, November 29, 2022

Peduli Snak dan Makan Malam November 2022

Domus Pacis Santo Petrus memang bersyukur atas perhatian umat. Kebanyakan di antara mereka sebenarnya belum pernah mengalami pelayanan para romo yang tinggal di Domus Pacis. Beberapa bulan pertama di Domus Pacis St. Petrus, karena sebelumnya kebanyakan romo tinggal di Domus Pacis Puren, para romo sering merasa kurang nyaman dalam hal sajian makan dan snak. Ini melatarbelakangi munculnya kebijakan dalam sajian konsumsi sehari-hari. Rm. Hartanta pada September 2021 memutuskan untuk mengelola sendiri pengadaan snak. Anggaran, yang sebelumnya hanya cukup untuk romo, diupayakan bisa juga untuk pengadaan snak karyawan. Tetapi jenis yang disajikan disadari kurang memadahi. Maka sejak September 2021 Rm. Hartanta sebagai direktur meminta Rm. Bambang untuk mencari umat yang bisa memberi kepedulian dengan pengadaan snak. Dalam hal ini Bu Titik Waluyanti dari Ambarrukmo dan Bu Rini dari Sleman berperan dalam mencari warga Katolik yang bisa menghadirkan snak untuk kebutuhan 15 hari dalam sebulan. Hari-hari lain menggunakan anggaran yang ada di Domus.


Kebutuhan sajian makan 3 kali sehari juga mengalami keadaan kurang lebih mirip. Bu Titik dan Bu Rini mengupayakan sajian dari umat untuk makan malam. Hal ini mulai terjadi pada Desember 2021. Dalam hal penyediaan makan malam kepedulian terjadi dalam 3 macam tindakan : 1) Ada yang memasak sendiri dan diantar ke Domus Pacis; 2) Ada yang mengurimkan sumbangan berupa uang. Rm. Bambang bertugas untuk mencatat. Dia juga bertugas untuk mengingatkan para pemeduli snak dan makan malam yang bertugas hari serikut lewat WA. 

Warga umat yang menyumbang sanak dan makan malam bulan November 2022 dapat dilihat di bawah ini :

  • Penyumbang snak : Ibu Anna Jatmiko, Ibu Rini, Ibu Endang, Ibu Septi, Ibu Siwi, Sdri. Lusi, Ibu Vivin, Ibu Friska, Ibu Emma, Ibu Roni, Ibu Yos, Ibu Yuswadi, Ibu Yeni, Ibu Cita, Ibu Gita, Lingkungan Chatarina Klaten, Ibu Jondit, Ibu Wayan, Ibu Joni, Mbak Kanti, Bu Tutik, Bu Dety, Ibu Shinta.
  • Penyumbang makan malam : Pak Joko CS, Ibu Nadya, Sdr. Indra, Ibu Soewoeh, Ibu Ambar, Ibu Indrasmini, Ibu Umi, Ibu Ratmi, Ibu Mardanu, Ibu Lusi, Ibu Emiliana Sri Pujiati, Ibu Primitiva, Ibu Gema Ana, Ibu Agnes Kadyartini, Eyang Wikuntoro, Ibu Rachel, Ibu Ratih, Ibu Rini, Ibu Eni, Ibu Ari, Ibu Sumarah, Ibu Regina Eli, Ibu Titik Waluyanti, Ibu Daruniah, Ibu Wiwit, Ibu Yuli, Ibu Evy, Ibu Ning Miduk, Ibu Rani Mastu, Ibu Yoh Priyono, Ibu Emi, Ibu Melly, Ibu Stephani, Ibu Ninik Saut.

Santo Andreas Rasul

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 10 Agustus 2013 Diperbaharui: 09 Oktober 2019 Hits: 27105

  • Perayaan
    30 November
  •  
  • Lahir
    Hidup abad pertama
  •  
  • Kota asal
    Bethsaida, Galilea
  •  
  • Wilayah karya
    Yerusalem, Yunani
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir; disalibkan pada Saltire (salib berbentuk X) di Patras Yunani
  •  
  • Beatifikasi
    -
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Santo Andreas berasal dari Betsaida di Galilea, tanah Israel. Ia bersama saudaranya Simon Petrus adalah teman sekota kelahiran dengan seorang murid Yesus yang lain yaitu Filipus. Andreas dan Petrus hidup dengan bekerja sebagai nelayan penjala ikan di danau Galilea. Mereka tinggal serumah, bersama-sama dengan ibu mertua Petrus, di kota Kapernaum.

Awalnya Andreas adalah murid Yohanes Pembaptis. Tetapi, ketika Yohanes menunjuk kepada Yesus dan berkata, “Lihatlah Anak Domba Allah,” Andreas mengerti bahwa Yesus lebih besar daripada Yohanes. Pada saat itu juga ia meninggalkan Yohanes untuk mengikuti Yesus.
Yesus tahu bahwa Andreas mengikuti-Nya dari belakang. Yesus berbalik dan bertanya, “Apakah yang kamu cari?”. Andreas menjawab bahwa ia ingin tahu di manakah Yesus tinggal. Yesus menjawab, “Marilah dan kamu akan melihatnya.” Belum lama Andreas tinggal bersama Yesus, ia menyadari bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh Mesias. Sejak saat itu, ia memutuskan untuk mengikuti Yesus.
Andreas jugalah yang memperkenalkan Petrus kepada Yesus. Setelah bertemu dengan Yesus ia memberitahukan kepada Simon, saudaranya : "Kami telah menemukan Mesias". Andreas membawa Simon kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)."  

Andreas dipilih Yesus menjadi salah seorang dari 12 rasul-Nya yang utama, seperti yang dicatat di semua Injil dan Kisah Para Rasul.  Andreas selalu berada disisi Yesus dalam semua perjalananNya.
Dalam peristiwa mujizat pemberian makan lebih dari 5000 orang, Andreas mempunyai peranan dalam memperkenalkan anak yang membawa 5 roti jelai dan 2 ikan kepada Yesus dengan kata-kata:
"Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini...?"

Setelah Yesus naik ke surga, Andreas ada di antara rasul-rasul lainnya di ruang atas untuk menantikan turunnya Roh Kudus yang dijanjikan Yesus. Konon, ia kemudian mewartakan Injil di Scytia dan Yunani, dan kemudian menurut tradisi (yang agak diragukan), ia pergi ke Byzantium, di mana ia mengangkat Stachys menjadi Uskup setempat.

Menurut tradisi Andreas wafat sebagai martir di Patras, Acaia, (Yunani). Ia digantung pada sebuah saltire (salib yang berbentuk huruf "X" ) selama 2 hari, dan selama itu ia terus berkotbah kepada khalayak yang datang menyaksikannya. Ia tidak dipakukan melainkan diikat saja pada salib itu, sehingga lebih lama ia menderita sebelum menghembuskan nafas terakhirnya. Salib berbentuk X ini kemudian dinamakan orang "Salib Santo Andreas".

St. Hieronimus menulis bahwa Relikwi Santo Andreas diambil dari Patras dan dibawa ke Konstantinopel atas perintah kaisar Konstantius II sekitar tahun 357.  Relikwi ini kemudian disimpan di Gereja Para Rasul Kudus di Konstantinopel. Pada tahun 1461 sebagian relikwi santo Andreas diberikan kepada Paus Pius II.  Relikwi ini kemudian ditempatkan dalam salah satu dari empat pilar tengah Basilika Santo Petrus di Vatikan.

Pada saat kejatuhan kota Konstantinopel, relikwi Santo Andreas dan Santo Petrus yang disimpan di kota itu diselamatkan ke kota Amalfi Italia, oleh Kardinal Petrus dari Capua. Di sana sebuah Khatedral yang indah kemudian dibangun untuk menyimpan relik tersebut. Khatedral ini diberi nama Duomo (khatedral) di Sant' Andrea, Amalfi, Italia.

Pada September 1964, Paus Paulus VI, sebagai itikad baik terhadap Gereja Ortodoks Yunani, memerintahkan agar semua relikwi dan peninggalan St. Andreas yang berada di Vatican dikirim kembali ke Patras. Pada tanggal 24 September 1964 Kardinal Augustin Bea bersama dengan banyak kardinal lainnya menghantarkan relikwi St. Andreas kepada Patriark (Uskup) Konstantinus di Patras. 

Pada tanggal 19 Januari 1980 Salib St. Andreas yang diambil dari Patras Yunani pada masa Perang Salib oleh Duke of Burgundy juga dikembalikan ke Patras setelah selama beberapa abad Relikwi tersebut disimpan di gereja St. Victor di Marseilles Perancis. Relikwi tersebut diserahkan kepada Patriark Patras Nikodemus oleh delegasi Gereja Katolik yang dipimpin oleh Kardinal Roger Etchegaray.  Semua Relikwi yang dikembalikan tersebut termasuk juga sisa-sisa salib X tempat rasul ini menjadi martir, kini disimpan di Gereja St. Andreas Patras; di sebuah Altar khusus dan dihormati dalam sebuah upacara khusus setiap 30 November hari pestanya.

Santo Andreas juga dihormati sebagai Santo Pelindung untuk Negara Scotlandia. Bendera Negara Scotlandia adalah gambar dari salib Santo Andreas. Kisahnya : Suatu ketika Raja Scotlandia Angus Mac Fergus menghadapi serbuan dari bala tentara musuh yang sangat besar. Ia kemudian berdoa memohon bimbingan Tuhan. Secara ajaib ia melihat sebuah awan putih berbentuk Saltire (salib berbentuk X lambang Santo Andreas) melayang di langit biru di atas kepalanya. Raja Angus kemudian berdevosi pada Santo Andreas dan memenangkan perang yang sangat menentukan masa depan kerajaannya. Sejak saat itu ia memutuskan bahwa Santo Andreas akan menjadi santo pelindung bagi Scotlandia. Menyusul kemenangan Robert Bruce pada Pertempuran Bannockburn pada tahun 1314, Deklarasi Arbroath dengan resmi menyatakan bahwa Santo Andreas adalah Santo pelindung Skotlandia. Dikemudian hari gambar Saltire diresmikan menjadi bendera nasional Negara Skotlandia pada tahun 1385.

Lamunan Pesta

Santo Andreas, Rasul

Rabu, 30 November 2022

Matius 4:18-22

18 Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. 19 Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." 20 Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. 21 Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes t  saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka 22 dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, orang akan dipandang hebat kalau bisa menjadi anggota staf khusus seorang pejabat. Itu tak hanya terjadi pada organisasi umum, tetapi juga dalam organisasi keagamaan.
  • Tampaknya, orang sadar bahwa di antara para anggota staf khusus ada yang lebih khusus lagi sebagai kelompok inti. Biasanya yang terpilih pada langkah pertama bisa masuk menjadi kelompok inti.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul dekat dengan kedalaman batin, sekalipun terpilih pada langkah pertama tetapi tetapi menjadi anggota kelompok inti, orang akan sungguh hebat kalau tetap menjalani tugas tanpa berpikir menjadi tokoh utama atau tidak. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan tetap menjalani tugas sekalipun sebagai sosok pilihan awal tidak masuk kelompok inti.  

Ah, kalau masuk pilihan pertama ya harus menjadi golongan inti dalam kelompok kerja dong.

Monday, November 28, 2022

Legio Maria Paroki Klaten

Tujuh belas ibu datang pada Sabtu 25 November 2022 sekitar jam 09.15. Sebagian besar mengenakam pakaian seragam. Ketika Mgr. Blasius muncul mereka langsung menyongsong untuk menyalami. Begitu juga ketika yang keluar dari kamar adalah Rm. Ria dan Rm. Harto. Sementara itu mereka langsung ada yang memegang tangan Rm. Bambang. "Aku dulu yang menikahkan Rm. Bambang" kata salah seorang ibu dan kemudian terdengar suara lain "Rm. Bambang yang membaptis aku". "Romo, Pak Sri sampun seda" suara lain seperti membuat laporan kepada Rm. Bambang. "Nah, sekarang kita ketemu langsung dengan yang membuat Lamunan setiap hari" ucapan ini membuat Rm. Bambang tahu bahwa rombongan tamu ini termasuk pembuka setia Blog Domus https://domuspacispetrus.blogspot.com.


Mereka adalah ibu-ibu yang mayoritas adalah golongan lanjut usia. Dari omong-omong para tamu ini ternyata adalah anggota Legio Maria Paroki Klaten. Selain itu, yang datang adalah para umat yang rajin ikut Misa Harian. Bahwa mereka tampak amat akrab dengan Rm. Bambang, itru karena ketika masih muda mereka pada umumnya sudah akrab. Rm. Bambang pernah menjadi Pastor Pembantu fi Paroki KLaten pada tahun 1981-1982. Ketika itu Rm. Bambang adalah imam baru. Sementara itu mayoritas peserta juga menjadi peserta Novena Domus program untuk lansia di Domus Pacis Puren dari tahun 2013-2019, yang berhenti karena pandemi Covid-19. Maka maklumlah kalau dari rombongan tamu ini bertanya "Kapan ada novena lansia lagi?"

Beato Dionisius a Nativitate

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 21 Agustus 2014 Diperbaharui: 23 November 2019 Hits: 11133

  • Perayaan
    29 November
  •  
  • Lahir
    12 Desember 1600
  •  
  • Kota asal
    Honfleur, Perancis
  •  
  • Wilayah karya
    Goa - India, Sumatra - Indonesia
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir - Kepalanya di pukul dengan Gada hingga pecah lalu lehernya digorok; di Aceh Indonesia pada tanggal 27 November 1638
  •  
  • Beatifikasi
    tanggal 10 Juni 1900 oleh Paus Leo XIII
  •  
  • Kanonisasi

Nama babtis Beato Dionisius a Nativitate adalah Pierre Berthelot. Ia lahir di kota Honfleur, Perancis pada tanggal 12 Desember 1600. Ayahnya adalah seorang dokter dan nakoda kapal dan ibunya yang bernama Fleurie Morin adalah seorang aristokrat Prancis yang harum namanya. Semua adiknya : Franscois, Jean, Andre, Geoffin dan Louis menjadi pelaut seperti ayahnya. Pierre sendiri semenjak kecil (12 tahun) telah mengikuti ayahnya mengarungi lautan luas; dan ketika berusia 19 tahun ia sudah menjadi seorang pelaut ulung.

Selain darah pelaut, ia juga mewarisi hidup keagamaan yang kuat dari ayahnya. Ini tercermin di dalam kerendahan hatinya, kekuatan iman, kemurnian dan kesediaan berkorban. Pierre muda bekerja pada perusahaan dagang Prancis. Dalam rangka tugas dagang, ia berlayar sampai ke Banten, Indonesia. Tetapi kapalnya dibakar oleh saudagar-saudagar Belanda dari kongsi dagang VOC. Berkat pengalamannya mengarungi lautan, ia sangat pandai menggambar peta laut dan memberikan petunjuk jalan.

Pierre kemudian bekerja pada angkatan laut Portugis di Goa, India. Namun ia senantiasa tidak puas dengan pekerjaannya itu. Ada keresahan yang senantiasa mengusik hatinya. Ia selalu merenungkan dan mencari arti hidup yang lebih mendalam. Ketika itu ia sudah berusia 35 tahun. Akan tetapi usia tidak menghalangi dorongan hatinya untuk hidup membiara. Ia diterima di biara Karmel. Namanya diubah menjadi Dionisius a Nativitate. Sekalipun ia sudah menjalani hidup membiara, namun ia masih beberapa kali menyumbangkan keahliannya kepada pemerintah, baik dengan menggambar peta maupun dengan mengangkat senjata membuyarkan blokade di Goa yang dilancarkan oleh armada Belanda (1636).

Di biara Karmel itulah, Dionisius bertemu dengan Bruder Redemptus a Cruce, yang bertugas sebagai penjaga pintu biara, koster, penerima tamu dan pengajar anak-anak.

Pada tahun 1638, Wakil Raja Portugis di Goa, Pedro da Silva, bermaksud mengirim misi diplomatik ke Aceh yang baru saja berganti sultan; dari Sultan Iskandar Muda ke Sultan Iskandar Thani. Pedro da Silva ingin menjalin hubungan persahabatan karena hubungannya dengan sultan terdahulu tidak begitu baik. Sebagai seorang bekas pelaut yang sudah pernah datang ke Banten, Dionisius ditunjuk sebagai almusenir, juru bahasa dan pandu laut. Oleh karena itu tahbisan imamatnya dipercepat. Dionisius ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1637 oleh Mgr. Alfonso Mendez. Bruder Redemptus dengan izinan atasannya ikut serta dalam perjalanan dinas itu sebagai pembantu.
 
Misi ini dipimpin oleh Dom Francisco Sousa de Castro sebagai duta. Para anggota misi yang lainnya adalah : Pater tentara Dionisius, Bruder Redemptus, Don Ludovico da Soza, dua orang biarawan Fransiskan, seorang pribumi dan 60 orang awak kapal. Mereka berlabuh di Ole-Ole (kini: Kotaraja) dan disambut dengan ramah.
 
Tetapi keramahan orang Aceh ternyata hanyalah tipu muslihat belaka. Orang-orang Belanda telah menghasut Sultan Iskandar Thani dengan menyebarkan isu bahwa bangsa Portugis datang hanya untuk menyebarkan agama Katolik di wilayah Aceh. Karena itu semua anggota misi ini ditangkap, dipenjarakan, dan disiksa agar menyangkal imannya. Selama sebulan mereka meringkuk di dalam penjara dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Beberapa orang dari antara mereka meninggalkan imannya untuk membeli kebebasan mereka.
 
Dionisius dan Redemptus terus meneguhkan iman saudara-saudaranya dan memberi mereka hiburan. Akhirnya di pesisir pantai tentara sultan mengumumkan bahwa mereka dihukum mati bukan karena berkebangsaan Portugis melainkan karena mereka adalah pemeluk agama KatoIik. Maklumat sultan ini diterjemahkan oleh Pater Dionisius kepada teman-temannya.
 
Sebelum menyerahkan nyawa ke tangan para algojo, mereka semua berdoa dan Pater Dionisius mengambil salib dan memperlihatkan kepada mereka supaya jangan mundur, melainkan bersedia mengorbankan nyawa demi Kristus Yang Tersalib dan yang telah menebus dosa dunia, dosa mereka. Dionisius memohon ampun kepada Tuhan dan memberikan absolusi terakhir kepada mereka satu per satu. Segera tentara menyeret Dionisius dan dimulailah pembantaian massal.
 
Setelah teman-temannya dibunuh satu-demi satu, Pater Dionisius masih bersaksi tentang Kristus dengan penuh semangat. Kotbahnya itu justru semakin menambah kebencian rakyat Aceh terhadapnya. Algojo-algojo semakin beringas untuk segera menamatkan riwayat Dionisius. Namun langkah mereka terhenti di hadapan Dionisius. Dengan sekuat tenaga mereka menghunuskan kelewang dan tombak akan tetapi seolah-olah ada kekuatan yang menahan, sehingga tidak ada yang berani. Segera kepala algojo mengirim utusan kepada sultan agar menambah bala bantuan.
 
Dionisus lalu berdoa kepada Tuhan agar niatnya menjadi martir dikabulkan. Dan permintaannya dikabulkan. Seorang algojo - yang adalah seorang Kristen Malaka yang murtad - mengangkat gada dan mengayunkan dengan keras ke kepala Dionisius, disusul dengan kelewang yang memisahkan kepala Dionisius dari tubuhnya.
 
Kemartiran Dionisius dengan kawan-kawannya disahkan Tuhan: mayat mereka selama 7 bulan tidak hancur, tetap segar seperti sedang tidur. Menurut saksi mata, jenazah Dionisius sangat merepotkan orang sekitarnya, karena setiap kali dibuang - ke laut dan tengah hutan - senantiasa kembali lagi ke tempat ia dibunuh. Akhirnya jenazahnya dengan hormat dimakamkan di Pulau Dien ('pulau buangan'). Kemudian dipindahkan ke Goa, India.
 
Pater Dionisius a Nativity dibeatifikasi bersama dengan Bruder Redemptus a Cruce pada tanggal 10 Juni 1900 oleh Paus Leo XIII.

Setiap Martir Adalah Persembahan Bagi Gereja

Lamunan Pekan Adven I

Selasa, 29 November 2022

Lukas 10:21-24

21 Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. 22 Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu." 23 Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: "Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. 24 Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, golongan cendekia bisa bangga karena menjadi kaum berpengetahuan. Apalagi kalau dikenal bertitel tinggi dan terkenal bijak.
  • Tampaknya, mereka bisa masuk menjadi kaum pengajar masyarakat. Dengan paradigma atau kerangka teoritisnya kaum cendekia biasa menjadi nara sumber atau tempat bertanya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun bisa merasa tahu banyak hal sebagai golongan cendekia, yang mengandalkan pemahaman kognitis dengan paradigma teoritisnya justru kalah jauh pengertiannya terhadap hal-hal kongkret dibandingkan dengan kaum tak terpelajar tetapi dalam keseharian mengalaminya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sadar bahwa pengalaman adalah guru yang paling hebat karena itu bukan hasil pembelajaran klasikal tetapi sebagai konstruksi konseptual dari realita.

Ah, bagaimanapun juga seorang sarjana ya lebih berpengetahuan dibandingkan dengan yang tak bersekolah.

Sunday, November 27, 2022

Sejarah Kerupuk di Indonesia, Makanan Pokok pada Masa Penjajahan

 diambil dari https://www.kompas.com/food/read/2020/08/09/190700775

Sejarah Makanan Makanan Wong Cilik
Kompas.com - 09/08/2020, 19:07 WIB
Penulis Yana Gabriella Wijaya | Editor Yuharrani Aisyah 


                                                   ilustrasi kerupuk (shutterstock/Ariyani Tedjo)

KOMPAS.com - Selain menjadi kudapan pendamping makan, kerupuk juga identik dengan perayaan Hari Kemerdekaan. Tidak lengkap jika pada saat lomba 17 Agustus tak dirayakan dengan lomba makan kerupuk. 

Namun terlepas dari serunya lomba makan kerupuk, ada sejarah kerupuk yang ternyata sudah menjadi makanan pendamping sejak dahulu kala. 

Sejarah kerupuk dijabarkan oleh sejarawan dan penulis buku Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia, Fadly Rahman. 

“Kerupuk sudah tercatat dalam naskah Jawa kuno sejak sebelum abad ke-10 Masehi,” ujar sejarawan sekaligus sekaligus dosen Departemen Sejarah Universitas Padjajaran itu kepada Kompas.com, Kamis (6/8/2020). 

Artinya kerupuk sudah menjadi makanan pendamping untuk masyarakat kuno pada saat itu. Salah satu kerupuk yang paling tua dan sudah lama dikonsumsi adalah rambak. 

Dulunya rambak dibuat sebagai makanan yang memanfaatkan kulit sapi atau kerbau. Namun berbeda dengan kerupuk aci, kerupuk ini dibuat karena banyaknya produksi singkong di tanah Jawa pada abad ke-19.


                                                   Ilustrasi kerupuk gendar (E Dewi Ambarwati / shutterstock)


Kerupuk aci 

Kerupuk bulat dan berwarna putih itu terbuat dari olahan singkong atau terkenal dengan sebutan “aci” dalam bahasa Sunda. 

Bahan utama kerupuk ini adalah singkong yang jumlahnya berlebih di Jawa khususnya pada abad ke-19. Pada masa ini singkong menjadi salah satu komoditas pangan yang paling diandalkan oleh masyarakat Jawa. 

“Singkong bisa direbus, digoreng atau dijadikan gaplek, kemudian diolah menjadi tepung dan jadi aci. Dan salah satu produk dari singkong ya kerupuk,” paparnya. 

Diduga kerupuk aci baru muncul pada abad ke-19, sehingga masyarakat Indonesia saat itu bertahan hidup dengan kerupuk. 

Masyarakat terpaksa memanfaatkan kerupuk sebagai bahan pangan pokok karena wilayah tersebut mengalami devisit pangan akibat perang dan bisa jadi tanam paksa. Tepung singkong dimanfaatkan sebagai kerupuk dan dijadikan lauk bagi rakyat biasa. 

Tepung singkong diolah lalu dicetak kemudian dijemur dan akhirnya digoreng. 

Rakyat Indonesia yang kurang berpunya hanya bisa menyantap kerupuk sebagai lauk. Sebab bahan makanan seperti daging sangat minim, dan jikalau ada di pasar harganya sangat mahal. 

Fadly juga memaparkan, tahun 1930-an hingga 1940-an masyarakat sangat kekurangan bahan pangan. Masyarakat hanya bisa makan dari kerupuk dan nasi, selain itu juga olahan bahan pangan yang murah seperti singkong. 

“Kalau sekarang makan kerupuk adalah hal yang biasa, tapi di balik itu kerupuk menjadi simbol keprihatinan,” ujar Fadly.


               Ilustrasi kerupuk rambak mentah yang jadi bahan sambal goreng krecek(Shutterstock/hilmawan nurhatmadi) 

Rambak dimakan kalangan atas 

Sama-sama kerupuk, rambak dan kerupuk aci dikonsumsi oleh masyarakat yang kasta sosialnya berbeda. Rambak yang terbuat dari kulit sapi juga sering dikonsumsi oleh masyarakat Hindia Belanda kalangan atas seperti priyayi. 

“Bagi masyarakat pribumi dari kalangan jelata maupun kalangan bangsawan, juga menikmati kerupuk rambak,” ujar Fadly. 

Pada masa kerajaan, rambak dijadikan sebagai hidangan pelengkap pada saat jam makan tiba. Fadly mengatakan hal ini sama seperti masa sekarang yang menjadikan kerupuk sebagai makanan pendamping kegemaran masyarakat Indonesia.

Santo Yosef Maria Pignatelli

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 06 Oktober 2014 Diperbaharui: 04 Oktober 2020 Hits: 6833

  • Perayaan
    28 November
  •  
  • Lahir
    27 Desember 1737
  •  
  • Kota asal
    Zaragoza - Spanyol
  •  
  • Wafat
  •  
  • 15 November 1811 di Roma, Italia - Oleh sebab alamiah
  •  
  • Venerasi
    25 Maret 1917 oleh Paus Benediktus XV (decree of heroic virtues)
  •  
  • Beatifikasi
    21 Maret 1933 oleh Paus Pius XI
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 12 Juni 1954 oleh Paus Pius XII

Santo Yosef Maria Pignatelli, adalah seorang Jesuit Spanyol yang memimpin Serikat Jesus saat mengalami pengucilan dan pengasingan. Setelah masa pengucilan berakhir, ia memimpin restorasi Serikat yang didirikan oleh Santo Ignasius de Loyola ini. Karena itulah ia dianggap sebagai pendiri kedua Serikat Jesus.

Yosef lahir pada tanggal 27 Desember 1737 di Zaragoza, Spanyol. Ibunya adalah seorang bangsawan Spanyol bernama Marquesa Fransisca Moncayo dan ayahnya juga seorang bangsawan yang berasal dari Italia bernama Don Antonio di Pignatelli. Sejak kecil Yosef terlihat mempunyai hati yang tabah dan tahan uji. Di kemudian hari hal ini terbukti dalam berbagai peristiwa pahit yang dihadapinya.

Pada usia 9 tahun ia menjadi yatim piatu karena kehilangan kedua orang tuanya. Di usia lima belas tahun Yosef masuk biara Serikat Yesus di Tarragona Spanyol. Sepuluh tahun kemudian ia ditahbiskan menjadi imam dan ditugaskan di Zaragoza kota kelahirannya.

Peristiwa pahit yang dihadapinya diawali dengan pengusiran imam-imam Yesuit dari Spanyol oleh Raja Charles III di tahun 1767. Bersama saudara-saudaranya, Yosef mengungsi ke Corsica. Tak lama kemudian mereka diusir dari Corsica oleh penguasa Perancis. Dari Corsica mereka pindah ke Ferrara, Italia. Cobaan terberat yang harus dijalani para Jesuit ini datang pada bulan Agustus 1773 ketika Paus Klemens XIV membubarkan Serikat Jesus dan mengawamkan semua anggotanya.

Dalam masa sulit ini, Yosef bertahan di Bologna Italia dan berupaya sekuat tenaga untuk meneguhkan saudara-saudaranya. Ia selalu mengingatkan mereka agar tetap hidup kudus dan mempertahankan kaul kesucian.  Sementara itu kabar baik datang dari Rusia. Ratu Katerina melarang penyebaran surat ancaman penindasan terhadap imam-imam Yesuit di negerinya. Serikat Yesus dapat bertahan hidup dan tetap melaksanakan tugas pelayanan dan missionernya dengan baik.

Pada tahun 1792 Pangeran dari Parma mengundang 3 orang imam Yesuit dari Italia untuk membangun biara Serikat Jesus di sana. Hal ini didukung pula oleh Paus Pius VI yang telah terpilih menggantikan Paus Klemens XIV. Yosef Pignatelli saat itu bertindak sebagai Superior General dari Serikat yang telah tercerai-berai ini. Serikat Yesus kini bisa kembali bekerja di Italia lagi. Sebagai langkah pertama pada tahun 1799, Yosef Pignatelli membuka biara novisiat di Colorno. Lalu pada tahun 1801, ia sendiri menyaksikan peristiwa pengesahan berdirinya kembali Serikat Yesus di Propinsi Rusia oleh Paus Pius VII (1800-1823).

Dengan usaha keras ia membangun kembali Serikat Yesus di Kerajaan Napoli pada tahun 1804. Ia sendiri saat itu bertindak sebagai Provinsial. Sayang sekali Provinsi yang baru ini kembali ditindas oleh penguasa Perancis hingga harus dibubarkan. Yosef kembali ke Roma di mana ia kemudian ditunjuk sebagai Provinsial Jesuit untuk seluruh Italia. 

Dari kota Roma Yosef membangun kembali Serikat Yesus. Ia berhasil merebut dan membuka kembali biara-biara Jesuit yang dulu ditutup. Perlahan-lahan di bawah kepemimpinannya, Serikat Yesus dapat tumbuh kembali meskipun belum ada pengakuan resmi dari Gereja. Yosef wafat di Roma pada tanggal 11 Nopember 1811. Empat tahun setelah kematiannya, tepatnya pada tahun 1815, Serikat Jesus secara resmi dipulihkan kembali oleh Gereja.

Ia dikanonisasi oleh Paus Pius XII pada tahun 1954.

Lamunan Pekan Adven I

Senin, 28 November 2022

Matius 8:5-11

5 Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: 6 "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." 7 Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya." 8 Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. 9 Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." 10 Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel. 11 Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, 

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, ada gambaran bahwa tokoh iman datang dari kaum beragama. Dia aktif dalam menjalani agama.
  • Tampaknya, ada gambaran bahwa teladan iman adalah yang rajin menjalani kegiatan keagamaan baik yang diwajibkan maupun yang kerelaan. Dia juga ikhlas mengurbankan waktu dan hartanya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun abai menjalani agama bahwa hidup di luar agama berkitabsuci, kalau berkepedulian tinggi pada derita siapapun dan memiliki sikap ikhlas berada dalam kerendahan diri, orang bisa menjadi tauladan iman yang amat mendalam. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan terbuka untuk berguru iman dari siapapun dari agama dan kepercayaan manapun.

Ah, tauladan iman itu ya santo-santa dalam Gereja Katolik.

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...