Sunday, May 9, 2021

Senyum Dibalik Mata Mendelik

Jumlah para rama Domus Pacis di Puren ada 10 orang: Rm. Hartanta, Rm.Yadi, Rm. Rm. Tri Wahyono, Rm. Ria, Rm. Harta, Rm. Supriyanta, Rm. Jaya, Rm. Suntara, Rm. Tri Hartono, dan Rm. Bambang. Dari kesepuluh rama sebenarnya ada 5 orang yang volume suaranya masih terdengar jelas oleh yang lain. Dari 5 orang rama ada empat yang masih mendapatkan giliran memimpin misa, yaitu Rm. Hartanta, Rm. Yadi, Rm. Bambang, dan Rm. Ria. Tetapi untuk Rm. Ria selalu didampingi oleh Rm. Hartanta karena sudah mudah bingung. Rm. Ria juga tidak mudah untuk terlibat dalam omong-omong antara para rama. Sementara itu Rm. Yadi banyak diam ketika berkumpul dengan para rama. Sedang Rm. Suntara, yang suaranya masih keras, tidak pernah ikut mendapatkan giliran memimpin misa karena penglihatan yang sudah tidak tajam untuk membaca buku.


Dengan latarbelakang itu ketika terjadi omong-omong, yang biasanya terjadi dalam kesempatan makan bersama, yang biasa terlibat omongan hanya 3 orang: Rm. Hartanta, Rm. Suntara, dan Rm. Bambang. Kecuali dalam hal-hal serius, kesegaran omongan biasa terjadi bersumber dari kata-kata Rm. Suntara dan Rm. Bambang. Kedua orang ini dapat mengungkapkan banyolannya lewat kata-kata berbau debat yang biasa mendapatkan bumbu omongan dari Rm. Hartanta. Karena tahu itu hanya banyolan rama-rama yang masih dapat menangkap akan ikut tertawa walau kerasnya suara tawa hanya dari ketiga rama ini. Sebagai contoh adalah omongan yang terjadi ketika makan pagi hari Kamis 6 Mei 2021. Pada waktu itu Rm. Bambang melantur berbicara ini itu yang tak jelas apa temanya tetapi membuat geli baik Rm. Hartanta maupun Rm. Suntara. Tiba-tiba terjadi omongan berselubung kecaman dari Rm. Suntara yang dengan tenang ditanggapi oleh Rm. Bambang.

Rm. Suntara: Bambang ki pancen ora mutu! (Bambang memang tidak mutu!)

Rm. Bambang: Aku memang tidak mutu. Kalau mutu dulu aku paling tidak sudah menjadi vikep. (Lalu muncul tawa dari dua rama itu dan juga Rm. Hartanta. Sementara itu Rm. Tri Hartono dan Rm. Harta tertawa tanpa suara).

Rm. Hartanta: Kamangka dados rama paroki kemawon mboten pajeng, nggih (Padahal menjadi rama paroki saja tidak laku, ya?) (Tawa muncul lagi).

Rm. Suntara: Naaaah, krungu ora? (Kamu dengar, kan?)

Rm. Bambang: Aku kan sudah sadar ketidakmutuanku. Bukankah aku masuk rumah tua Domus ketika aku masih banyak dimaui untuk tampil di muka umat baik kasih ceramah atau memimpin misa? Tetapi besok di rumah tua Domus Pacis Petrus Kentungan aku akan menjadi mutu. (Kata-kata Rm. Bambang serius)

Rm. Suntara: Kok ngono (Mengapa begitu) (Sementara itu dahi Rm. Hartanta berkerut-kerut).

Rm. Bambang: Besuk di Ketungan kamar-kamar kelompokku akan menjadi keuskupan. (Karena dalam pembagian kamar terjadi semacam tiga kelompok) Uskupnya adalah Mgr. Blasius Pujaraharja. Aku dan Harta adalah anggota kuria. Harta menjadi ekonom. Sedang AKU ADALAH VIK-JEN. (Ternyata kata-kata ini membuat ledakan tawa).

2 comments:

  1. Thanks for sharing the atmosphere @
    Domus Pacis Petrus, Romo Bambang.The Father is present when 5 of His beloved, special sons are discussing serious or jovial matters. Will my vote count if i send in my choice?
    Fr Bambang as Vik-Jen.
    Which diocese, ya? 😅✌😋🤗

    ReplyDelete

Santo Bruno, Pengaku Iman

diambil dari https://www.imankatolik.or.id/kalender/6Okt.html Bruno lahir di kota Koln, Jerman pada tahun 1030. Semenjak kecil ia bercita-ci...