Friday, May 14, 2021

Buah 'Sembrana Parikena'


Pada Selasa 11 Mei 2021 Rm. Bambang berpikir dalam hati tentang kata-kata "sembrana parikena". Ini dua kata dalam bahasa Jawa. Kata "sembrana" adalah ungkapan dengan asal mengucap. Ini dapat dikatakan sebagai asal bicara yang diungkapkan seakan tak serius dan sambil lalu. Tetapi kata "parikena" barangkali menunjukkan isi maksud yang tersembunyi. Dengan demikian "sembrana parikena" menjadi kata-kata yang diucapkan secara tak serius dan barangkali setengah bercanda namun mengandung maksud yang diharapkan terpenuhi. Pikiran tentang hal itu muncul dalam diri Rm. Bambang sesudah selesai makan siang dan kemudian kembali ke kamarnya. Ketika makan siang hampir selesai, Mas Fallah muncul di kamar makan. Dia baru saja pulang mengantar Rm. Suntara untuk pulang beberapa di rumahnya.

"Apa kuwi? Nggo Rama Bambang?" (Apa itu? Untuk Rm. Bambang?) kata Rm. Hartanta kepada Mas Fallah yang barang kali memberi kode yang mengarah ke Rm. Bambang. "Ana apa? Nggo aku pa?" (Ada apa? Untuk sayakah?) tanya Rm. Bambang sambil membalikkan badan dengan kursi rodanya. Ternyata Mas Fallah membawa sebuah nampan yang tertutup kertas. Dia berkata "Niki saking Rama Suntara" (Ini dari Rm. Suntara). Rm. Bambang menerima nampan itu dan ketika kertasnya dibuka tampaklah tempe-tempe benguk yang digoreng bacem. "Wela akeh banget. Aku njaluk sakpiring wae. Liyane nggo lawuh engko sore" (Banyak sekali. Aku ambil satu piring saja. Lainnya untuk tambahan lauk nanti makan sore). Maka Rm. Bambang mengambil tujuh butir dalam piring, salah satu langsung dimakan, dan bibawa untuk disimpan di kamarnya. Barangkali ini buah ucapan sembrono beberapa hari sebelumnya kepada Rm. Suntara "Suk nek kowe mulih liburan, aku digawakke tempe benguk ya. Aja sing dibesengek. Sing dibacem) (Beok kalau pulang liburan, aku dibawakan tempe benguk ya. Jangan yang dimasak model besengek pakai santan. Aku suka yang dibacem). Ternyata kesembronoan ini menjadi "parakena". Sebetulnya Rm. Bambang memang suka makan tempe benguk.

No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...