Saturday, July 23, 2022

Sharing Bagian Anugrah Roh

Mulai Kamis 14 Juli 2022 hati saya diwarnai oleh keheranan batin yang bukan main. Pada waktu itu mata kanan saya ditutup dengan alat medis setelah oprasi katarak pada Selasa 12 Juli 2022. Ketika sedang makan siang Kamis itu, tiba-tiba saya melihat lilin di altar dalam kapel lewat lobang-lobang dari alat medis yang menutup mata kanan. Kebetulan posisi duduk saya di meja makan menghadap taman dan kapel yang berdinding kaca. Hal ini membuat saya terkejut karena pada Rabu siang 13 Juli 2022 Rm. Hartanta menceritakan kepada Rm. Suntara di meja makan bahwa ketika kontrol di Rumah Sakit Bethesda saya mengatakan “empat” ketika dokter Edy Wibowo bertanya dengan mengembangkan 2 jari. Pada Kamis itulah saya menyadari bahwa ketika ditanya dokter tatapan mata saya tertutup oleh plester yang membuat alat medis penutup mata menempel.

Pada Awalnya

Pada Rabu 6 Juli 2022 Bu Rini mengantar saya periksa mata ke dokter Evita di Rumah Sakit Panti Rapih. Saya bermaksud mendapatkan perkembangan terakhir untuk mendapatkan kacamata yang saya sandang. Ketajaman penglihatan saya memang sudah tidak baik sehingga sejak November 2020 saya berhenti menyopir mobil dan bermotor. Tetapi beberapa bulan terakhir untuk membaca juga sudah tidak sejelas sebelumnya. Kalau memimpin Misa saya melepas kacamata dan mendekatkan buku sampai sekitar 20 CM.

Dokter Evita memeriksa maka saya dengan amat cermat menggunakan berbagai macam peralatan. Tentu saja ketika melihat huruf-huruf yang dipasang di dinding saya hanya dapat menangkap dengan mata kiri dan itupun yang besar-besar. Mata kanan sudah amat lama tak dapat untuk melihat karena minus yang sudah amat banyak. Perawat atas perintah dokter malah memberikan cairan di mata kanan lalu dokter meminta saya menunggu di luar sekiar 15 menit. Ketika kembali ke dokter, beliau meminta saya untuk menjalani oprasi katarak di mata kanan. Dan untuk itu dokter Evita membuat surat rujukan ke dokter Edy Wibowo di Rumah Sakit Bethesda.

Dengan diantar oleh Mas Siswanto dan Mas Abas, dua orang karyawan Domus Pacis St. Petrus, pada Jumat 7 Juli 2022 saya pegi ke dokter Edy Wibowo. Karena ada beberapa obat yang saya santap sehari-hari, dokter meminta saya untuk periksa tensi, gula darah, dan jantung. Melihat kondisi dalam keadaan baik, dokter memutuskan oprasi katarak dilakukan pada Selasa 12 Juli 2022. Dan itu terlaksana dengan ditunggui oleh Rm. Hartanta. Pagi berikutnya ketika kontrol, dokter mengatakan kondisi bagus. Bahkan pada periksa Rabu 20 Juli 2022 tutup mata dilepas dan saya bisa mandi seperti biasa sebab mata kanan sudah boleh kena air. Memang, masih ada dua macam obat tetes untuk 3 minggu.

Ternyata Ada Pergantian Bermakna

Dari paparan di atas ternyata saya mengalami semacam perubahan. Itu berkaitan dengan niat awal saya untuk mendapatkan ukuran kacamata yang sesuai dengan kondisi mata saat ini.

Dari “untuk mata kiri” jadi “untuk mata kanan”

Ketika datang ke RS Panti Rapih yang menjadi pikiran saya adalah untuk tahu ukuran plus minus mata kiri. Bahkan ketika berangkat dari Domus saya minta untuk lewat jalan dimana ada toko kacamata. Saya bermasud langsung ke toko itu seusai periksa dokter di RS Panti Rapih. Tetapi entah bagaimana saya melupakan itu. Seusai dari Panti Rapih pikiran saya tertuju ke Rm. Hartanta, Direktur Domus Pacis St. Petrus, untuk melapor bahwa saya dirujuk ke RS Bethesda untuk oprasi katarak mata kanan.

Oprasi katarak mata kanan terlaksana dan kesibukan memberikan obat tetes terjadi untuk mata kanan. Omongan tentang mata kanan menjadi tema yang kerap muncul dalam diri saya. Dua hari sesudah oprasi saya merasakan bahwa mata kanan dapat menangkap hal-hal yang bisa terintip lewat lobang tutup mata. Apalagi sesudah tanpa tutup mata kanan, saya mengalami penglihatan jauh lebih jelas dibandingkan dengan sebelum oprasi. Kalau mata kanan saya tutup, untuk memandang kejauhan kaburnya penglihatan mata kiri masih sama. Tetapi kalau mata kiri yang saya tutup, mata kanan bisa melihat kejauhan dengan amat terang dan jelas.

Sadar besarnya anugrah ilahi

Ketika saya merenungkan peristiwa itu dalam keheningan hati, saya sungguh mengalami keheranan amat mendalam. Bukankah saya sudah menyerah dengan kondisi mata kanan? Bukankah saya sudah ikhlas dengan ketidakmampuan mata kanan untuk melihat? Bukankah saya sudah terbiasa melihat apapun hanya dengan mata kiri? Bukankah saya sudah menerima kondisi dengan mata kanan tak mampu melihat apapun jauh dan dekat selama sekitar 15 tahun?

Yang jelas kini mata kanan yang lama praktis sudah buta dapat dipakai lagi untuk melihat jauh lebih baih dinadingkan dengan mata kiri. Saya meneruskan renungan saya ke mengapa ketika mau periksa dokter yang saya harapkan adalah pertolongan untuk mata kiri, tetapi saya justru mendapatkan bantuan amat besar sekali untuk mata kanan. Terhadap pengalaman ini saya teringat firman Tuhan :

Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” (Luk 11:11-13)

Barangkali kehendakku untuk mendapatkan ukuran kacamata seseuai kondisi mata kiri telah menjadi doa permohonan. Ketika dinihari pada hari saya akan periksa dokter, saya membawa acara hari itu dalam doa rosario dinihari. Tetapi ternyata Tuhan memberikan kejernihan mata kanan dengan oprasi katarak. Apalagi menjelang oprasi hari itu dalam hati saya selalu mendaraskan berulang-ulang kata-kata “Kedalam tangan-Mu kuserahkan diriku, ya Tuhan Penyelamatku”. Dan karena dokter Edy Wibowo berbisik pada saat akan melaksanakan oprasi “Rama, doa dalam hati nggih” (Rama, silahkan berdoa dalam hati), bergemalah dalam relung hati saya “Kedalam tangan-Mu kuserahkan diriku, ya Tuhan Penyelamatku” selama oprasi berlangsung. Dan kini saya merasa mendapatkan bagian daya Roh Kudus berupa mata bisa melihat sesudah sekitar 15 tahun buta.

Kentungan, 23 Juli 2022

No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...