Sebetulnya banyak peristiwa yang bagi Rm. Hartanta dan Rm. Bambang lucu terjadi di dalam kehidupan para romo sepuh Domus Pacis. Rm. Bambang sering bilang kepada Rm. Hartanta "Jan-jane kaya ngaten niki gayeng lho nek dadi berita Blog Domus" (Sebetulnya yang seperti ini bisa membuat tertawa kalau ditulis dalam Blog Domus). Tetapi Rm. Bambang tak pernah menuliskan. Rm. Hartanta juga sepakat yang seperti itu tak akan di-publish. Yang menjadi soal adalah setiap kejadian yang tak tertulis biasa menyangkut romo tertentu. Setiap romo yang sedikit banyak sudah cukup berat kepikunannya kerap membuat tindakan-tindakan yang membuat baik romo lain maupun karyawan tertawa geli. Sebenarnya semua itu umum terjadi di kalangan sepuh pikun dalam pengalaman orang umum yang di rumah mempunyai salah satu warga yang sudah pikun. Dalam kunjungan tatap muka, hal-hal seperti ini kalau dikisah bisa membuat para tamu, sekalipun tertawa, tahu situasi kondisi kongkret kehidupan para romo sepuh Domus. Tetapi kalau ditayangkan secara tertulis dalam Blog Domus, Pimpinan Domus dan Rm. Bambang kuatir muncul anggapan pelecehan terhadap sosok romo.Meskipun demikian, memang ada beberapa peristiwa yang pernah ditayangkan oleh Rm. Bambang. Untuk hal ini Rm. Bambang harus sangat hati-hati sekalipun berjuang untuk menjadikan warta sukacita lewat peristiwa yang sebenarnya merupakan kelemahan karena kelansiaan. Satu hal amat dihindari adalah penyebutan identitas. Rm. Bambang ketika menuliskan tidak menyebut nama, usia, asal-usul, umur, bahkan penyakit yang diderita. Sebagai contoh adalah peristiwa ketika akan makan bersama. Setiap makan bersama selalu ada doa pembukaan dan doa penutup makan. Rm. Hartanta membuat jadual giliran satu romo untuk doa pembukaan dan satu romo untuk doa penutup. Pada suatu hari ketika di meja makan tinggal menunggu 1 orang romo yang belum hadir, tiba-tiba terjadi peristiwa berikut :
- Karyawan : Nanti dulu. Belum doa. Doa dulu.
- Rm. Bambang : Ana apa? (Ada apa?)
- Karyawan : Niki Romo .... pun ajeng mendhet (Romo .... sudah akan mengambil)
- Rm. Hartanta : Beliau kan memang begitu.
Selanjutnya diaalog justru terjadi di antara Rm. Hartanta dan Rm. Bambang. "Itu harus dimaklumi. Bukankah beliau sudah pikun?" kata Rm. Hartanta. Rm. Bambang pun segera menyahut "Sing aneh niku sing ngelingke kudu sembahyang dhisik" (Yang aneh itu adalah yang memperingatkan harus berdoa dulu). "Anehe teng pundi?" (Dimana keanehannya?) tanya Rm. Hartanta yang langsung disahut oleh Rm. Bambang "Sing dielingake niku romo sing agamane Katolik. Kena napa karyawan sing ngelingake malah sing agamane Islam?" (Yang diingatkan itu seorang romo yang agamanya Katolik. Mengapa yang mengimngatkan malah karyawan yang beragama Islam). Mendengar kata-kata Rm. Bambang muncul spontan tawa Rm. Hartanta dan beberapa karyawan lain.
No comments:
Post a Comment