Sebetulnya tidak hanya sekali atau dua kali ada rombongan yang sudah mempersiapkan urutan acara ketika berkunjung di Domus Pacis Santo Petrus. Karena kebanyakan pengunjung adalah golongan kaum tua dan lansia, tampaknya mereka suka urutan acara seperti upacara dan bahkan ibadat. Sebenarnya warna seremonial dalam sebuah pertemuan adalah hal biasa di kalangan orang Jawa. Ada rasa kultural yang meminta agar jalannya pertemuan tidak ngawur dan sembarangan. Maka tatanan menjadi amat penting untuk menjaga keharmonisan. Karena banyak rombongan yang datang ke Domus adalah untuk para romo yang sudah sepuh, upacara pembukaan dengan doa dan bahkan ibadat singkat juga kerap terjadi. Suasana seperti ini juga nampak ketika ada kunjungan di Domus pada pagi hari Minggu 17 Juli 2022. Dari 23 orang, para pengunjung terdiri dari 4 bapak dan 18 ibu. Mayoritas ibu berbaju seragam. Mereka adalah rombongan Wanita Katolik RI Ranting Minggir, Paroki Klepu.
Sebenarnya Rm. Hartanta sudah tampil dalam suasana segar. Ketika para tamu sudah duduk di kursi-kursi yang sudah tertata, Rm. Hartanta membuka dengan kata-kata selamat datang. Beliau juga memperkenalkan romo-romo dan juga memberi informasi tentang karyawan yang ada di Domus Pacis. Setelah itu Rm. Hartanta berkata "Kalau dalam hal pengampunan Tuhan Yesus berkata harus 70 kali 7 kali, saya hanya akan satu kali saja mengatakan 'Mari silahkan minum dan menikmati snak sederhana yang disajikan lebih dahulu'". Para tamu tertawa dan kemudian menikmati teh dan sajian yang tersedia. Ternyata mereka juga membawa dos-dos yang berisi beberapa macam snak yang kemudian dibagikan kepada semua termasuk para romo yang ikut menyambut. Tetapi seusai jeda menikmati teh dan snak, suasana seremonial kembali datang. Ibu koordinator berdiri dan memberikan kata-kata pengantar maksud dan tujuan kunjungan. Beliau juga menceriterakan acara rutin bulanan ibu-bu. Dalam acara selalu ada kolekte yang setelah terkumpul disumbangkan ke Seminari. Tetapi untuk tahun ini mereka menyerahkan untuk Domus. Ibu itu juga membagikan kertas-kertas yang berisi teks lagu, karena akan menjadi nyanyian pembuka. Petugas untuk membuka doa juga diinformasikan.Di tengah ibu koordinator berbicara, Rm. Hartanta menghampiri Rm. Bambang dari belakang dan memberikan bisikan "Njenengan damel kisruh nggih" (Usahakan buat kacau) sambil tertawa kecil. Tentu saja yang dimaksudkan oleh Rm. Hartanta adalah membuat cair suasana sehingga terjadi pertemuan yang menggembirakan. Inilah yang membuat Rm. Bambang sering berkomentar aneh-aneh menyela omongan pembicara. Tetapi itu adalah keanehan yang menciptakan tawa. Hal ini ternyata juga membuat ada anggota rombongan yang ikut menyela secara spontan. Akhirnya muncul tanya jawab antara para tamu dengan para romo. Selain Rm. Hartanta, pada waktu itu para romo yang ikut menyambut adalah Rm. Yadi, Rm. Harto, Rm. Ria, Mgr. Blasius, dan Rm. Bambang. Dan entah bagaimana, Rm. Bambang malah jadi pemandu yang sering membuat terpingkal-pingkal para tamu karena dia sering kali mencecar romo-romo dengan pertanyaan lucu-lucu. Maka kunjungan itu jadi peristiwa yang amat akrab membuat ceria suasana.
No comments:
Post a Comment