Friday, December 24, 2021

Perayaan Malam Natal Domus Pacis


Suasana perayaan Natal di Domus Pacis St. Petrus makin terasa. Kamis 23 Desember 2021 altar dan mimbar untuk lektor sudah diwarnai hiasan rangkaian bunga yang dibuat oleh Ibu Stephani Harsono. Kursi-kursi untuk kor dan umat luar Domus juga mulai ditambahkan dan ditata pada malam hari. Pada Jumat hari berikutnya di ruang besar kelompok-kelompok meja makan para rama dan karyawan digeser ke bagian timur. Ada 3 meja disediakan di ruang TV untuk menata minuman dan masakan. Kursi-kursi juga disiapkan di ruang besar untuk santap malam bersama sesudah misa bagi semua yang hadir di samping para rama. Untuk makan malam Rm. Bambang meminta Bu Rini untuk menyediakan 60 porsi untuk jumlah perkiraan yang hadir : 20 orang para rama dan karyawan serta relawan Domus, 20 orang anggota kor dan keluarga, dan 20 orang tamu lain yang telah mendaftarkan diri untuk ikut Misa Malam Natal di Domus Pacis St. Petrus. 

Jumat 24 Desember 2021 ternyata sungguh menjadi hari yang sangat istimewa bagi rumah para rama sepuh di Domus Pacis. Rm. Bambang amat merasakan itu, karena sudah sejak 1 Juli 2010 tinggal di rumah tua Domus Pacis Puren hingga kini ada di Domus Pacis St. Petrus. Baru kali ini Domus sebagai Komunitas merayakan hari besar Gereja relatif lengkap secara meriah. Misa Malam Natal hari itu dimulai pada jam 17.30. Rm. Hartanta melantunkan nyanyian "Maklumat Natal" yang disaut nyanyian "Malam Kudus" oleh kor merdu Kelompok Yosefin dari Paroki Medari dengan iringan apik Mas Benny seorang organis dari Paroki Kidul Loji. Ketika bait 1 "Malam Kudus" dinyanyikan Rm. Yadi dengan kursi roda didorong oleh Bu Riwi dari bagian barat Kapel menuju Gua Natal. Di depan Gua Natal Rm. Yadi memimpin doa-doa diiringi latarbelakang suara nyanyian kor dengan volume amat rendah. Seusai doa-doa Kor melanjutkan nyanyian "Malam Kudus" sampai selesai. Rm. Yadi langsung berada di posisi kanan Rm. Bambang menghadap umat. Itulah rangkaian para liturgi yang diteruskan dengan mulainya Misa yang dipimpin oleh 3 orang imam, Rm. Bambang sebagai selebran utama didampingi oleh Mgr. Blasius di sebelah kiri dan Rm. Yadi di sebelah kanan. 

Lagu-lagu dalam Misa lengkap dengan pembuka, mazmur tanggapan, alleluya, Bapa Kami, komuni, dan penutup. Tuhan Kasihanilah kami, kemuliaan, kudus, dan Anak Domba Allah memakai lagu pustardos nyanyian khas liturgi Natal. Kata-kata liturgi juga banyak dinyanyikan. Yang tidak ada adalah nyanyian persiapan persembahan karena tak ada kolekte dan prosesi persembahan. Bu Rini dan Rm. Ria menjadi lektor. Rm. Hartanta menyanyikan mazmur dan alleluya serta membacakan doa umat. Doa Syukur Agung diucapkan bergantian antara Rm. Bambang, Rm. Hartanta, Rm. Yadi, dan Mgr. Blasius. Di dalam pengantar Rm. Bambang memperkenalkan semua yang ada dari para penghuni Domus Pacis St. Petrus, kor dan organisnya, dan semua lain yang hadir. Para tamu peserta misa yang hadir di luar petugas memang mendaftar kepada Rm. Hartanta, Direktur Domus. Dari yang mendaftar yang tak jadi hadir hanya dari Kentungan. Sedang lainnya yang hadir berasal dari Klepu, Nandan, Pakem, Banteng, Solo, Sleman, Seyegan, dan Tarakan Kalimantan. 

Bagi Domus Pacis itu sungguh istimewa. Dan yang amat istimewa adalah diikutkannya Rm. Triwahyono yang biasa hanya berada dalam kamar. Beliau dengan tetap menyandang sonde sebagai alat makan didudukan di kursi roda dan ikut misa sampai selesai. Beliau memang sudah tidak bisa bicara dan biasa tak bisa berkomunikasi lagi. Tetapi pada Misa malam itu membuat tertawa Rm. Hartanta dan beberapa karyawan yang duduk di dekatnya. Ternyata pada saat-saat tertentu ikut tertawa ketika para peserta misa tertawa pada waktu Rm. Bambang menyampaikan khotbah. Katanya Rm. Tri Wahyono juga tertawa menganga-ngangakan mulut ketika diperkenalkan oleh Rm. Bambang sebagai "bekas gali". Bahkan ketika Rm. Hartanta berkeliling membagikan komuni, Rm. Tri Wahyono juga bisa menyantap ketika mendapatkan santapan Tubuh dan Darah Kristus.

Di dalam khotbah Rm. Bambang memang amat menekankan dijumpainya kegembiraan besar justru karena mengalami keterbatasan dan menemukan Yesus dalam keterbatasan. Ini berkaitan dengan para gembala yang dalam Injil adalah sosok dari golongan marginal yang terpinggirkan karena kondisinya. Mereka justru menemukan yang menjadi warta sorgawi dalam diri Yesus yang lahir di tempat yang bukan diperuntukkan bagi manusia. Dan malam itu di Domus memang terjadi kesukaan besar karena para rama sepuh yang terpinggirkan dari dinas resmi sebagai pastor didatangi oleh sesama kaum terpinggirkan : petugas nyanyi dan organis yang berkemampuan tapi tak mendapat tugas di parokinya, dan para tamu peserta yang datang ikut Misa Domus karena tak dapat karcis ikut misa di gereja parokinya. Barangkali suasana itu membuat rasa hati terbuka untuk menghayati kebersamaan sesudah misa. Semua ikut santap malam bersama dengan menu-menu yang diurus oleh Bu Rini dan ditata oleh para karyawan. Beberapa tamu yang sudah memberi informasi kepada Rm. Hartanta akan langsung meninggalkan Domus sesudah misa karena ada acara, akhirnya ikut makan bersama lebih dahulu. Mereka juga tampak bergembira bersama para rama dan tamu-tamu lain. Mungkin pada mulanya mereka hanya terkena oleh seloroh Rm. Bambang sebelum berkat penutup "Sing ora gelem mbantu Domus ngentekke persediaan makan malam, takpujekke lara" (Yang tidak bersedia membantu Domus menghabiskan persediaan makan malam, takdoakan masuk rumah sakit) yang membuat semua tertawa terbahak-bahak.

No comments:

Post a Comment

Santo Bruno, Pengaku Iman

diambil dari https://www.imankatolik.or.id/kalender/6Okt.html Bruno lahir di kota Koln, Jerman pada tahun 1030. Semenjak kecil ia bercita-ci...