Thursday, March 11, 2021

Ketika Nila Menggantikan Koi

Bagaimanapun juga akan tiba saatnya besok para rama Domus Pacis akan pindah dari Puren ke Kentungan, dari Domus Pacis Puren ke Domus Pacis Petrus Kentungan. Tetapi, katanya, ada banyak kebutuhan isi rumah belum tersedia. Maka, menurut Rm. Hartanto direktur Domus Pacis, kebanyakan barang dari Puren akan dibawa ke Kentungan. Tempat tidur untuk para rama memang sudah tersedia di Domus Petrus. Tetapi tempat tidur kesehatan untuk rama-rama tertentu belum ada. Tempat tidur untuk para karyawan juga masih harus diadakan. Itulah sebabnya besok tempat tidur kesehatan dari Puren akan dibawa pindah ke Kentungan. Sedang tempat tidur untuk para rama di Puren akan dipakai oleh para karyawan kalau sudah pindah di Kentungan. Meja, kursi, yang ada di kamar tidur dan kamar makan, termasuk yang akan ikut hijrah. Sedang untuk kebanyakan peralatan dapur akan dibeli baru. TV dan rak buku tentu juga termasuk yang dikosongkan dari Domus Puren. Bahkan bangku kapel juga ikut pindah termasuk 225 buah kursi plastik dan alat-alat sound system.


Sekalipun ada kesan terjadi pengosongan barang-barang dari Domus Puren, bagaimanapun juga ada yang tak akan ikut pindah. Ayam dan kandangnya tak akan ikut pindah. Salah satu yang tak akan ikut pindah adalah kolam. Sesudah makan siang kamis 11 Maret 2021, Rm. Bambang terhenti beberapa saat dan melihat kolam ikan yang ada dalam bangunan induk Domus Pacis Puren. Kolam itu berisi banyak ikan nila. Entah bagaimana bayangan Rm. Bambang tertuju kepada sosok Rm. Agoeng, yang menjadi Pastor Paroki Wates dan Ketua Unio Para Rama Praja Keuskupan Agung Semarang tetapi pernah tinggal lama di Domus Puren hingga September 2017. Kolam Domus adalah inisiatif Rm. Agung pada tahun 2016. Ada 2 buah di kebun belakang dan 1 buah di kebun ayam belakang kamar makan. Sebenarnya dulu ikan nila ada dikolam-kolam luar bangunan induk. Sedang yang ada di bangunan induk khusus untuk ikan koi. Tetapi sepeninggal Rm. Agoeng, tak ada seorangpun di Domus Puren baik rama maupun karyawan yang mengerti bagaimana memelihara ikan koi. Rm. Sapta, yang tinggal di Pastoral Pringwulung dan ahli ikan koi, sibuk dengan tugasnya sehingga tak dapat sungguh membantu. Maka koi yang cukup banyak dan sudah besar mati satu per satu. Ketika tinggal sedikit Rm. Bambang meminta karyawan untuk menyerahkan sisa koi ke Rm. Sapta. Kolam di rumah indukpun diisi dengan ikan nila. Sebenarnya jumlah yang dimasukkan di kolam rumah induk tidak banyak. Tetapi dalam waktu setahun tahun lebih dengan sendirinya beranakpinak jadi banyak. Perawatannyapun amat sederhana dan mudah.

No comments:

Post a Comment

Santo Bruno, Pengaku Iman

diambil dari https://www.imankatolik.or.id/kalender/6Okt.html Bruno lahir di kota Koln, Jerman pada tahun 1030. Semenjak kecil ia bercita-ci...