Thursday, October 2, 2025

Syukur itu Buah Salib

Pada Rabu 1 Oktober 2025 Rm. Bambang mendapatkan tamu, yaitu Rm. Agustinus I Nyoman Murtika SVD dan Bapak Antonius Purbiatmadi. Keduanya mengantatr buku berjudul Kala Senja Yang Mempesona. Itu berisi tulisan-tulisan 6 orang tentang katekese dan pastoralia spiritualitas pengalaman hidup di masa lanjut usia. Dalam buku itu Rm. Bambang menulis bagian epilog. Ternyata kedua sosok itu akan menghimpun tulisan-tulisan baru dengan tema "Bersyukur".

Kedua tamu berkata bahwa dalam hidup ini orang harus berjuang untuk bersyukur. Atas kata-kata itu Rm. Bambang secara spontan berkata "Bersyukur itu adalah buah atau anugrah Tuhan". Tiba-tiba Rm. Agus langsung merekam ocehan Rm. Bambang dengan HP-nya. Dalam hal ini Rm. Bambang berkata bahwa "Orang yang mengejar hidup bersyukur sehenarnya adalah sosok hedonis atau pengejar keenakan diri". Rm. Bambang kemudian omong bahwa Tuhan berkata "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku." (Luk 9:23). Dia kemudian mengatakan bahwa yang paling pokok adalah "penyangkalan diri" dan itu berarti bisa berada dalam realita hidup. Dengan penyangkalan diri orang bisa lepas bebas terhadap realita hidup. Dia bisa membiarkan apapun ada sesuai adanya, enak dan tidak enak serta cocok dan tidak cocok. Tentu saja semua dilandasi dengan doa batin, apapun diomongkan dengan Tuhan dalam hati. Sekalipun merasa diharuskan, dengan kekuatan doa orang bisa menerima. Kalau tadinya merasa "diharuskan dari luar", dia bisa mengalami "harus menerima dari dalam". Barangkali kalau ambil kosa kata bahasa Inggris dari "have to" berkembang menjadi "must". Perkembangan itu bisa lewat proses lama hingga mingguan atau bulanan. Itulah proses penyangkalan diri yang puncaknya adalah bisa toleran atau mampu bersama dengan yang beda bahkan berseberangan secara enak. Proses penyangkalan diri inilah yang membuat orang mampu memikul salib sehari-hari. "Bagi saya salib sehari-hari adalah ketidakenakan yang mengenakkan. Sebagai contoh kecil adalah menu makan harian saya sehari-hari. Saya tak pernah makan enak karena setiap hari hanya sayur dan menyingkiri karbon hidrat. Padahal dulu saya tak suka sayur. Tetapi ketaatan saya pada tubuh karena idapan diabetes, ketidakenakan pucuk lidah menjadi keenakan dan kenyamanan badan. Maka layaklah kalau Santo Paulus bilang bahwa kita harus bangga akan salib. Tuhan Yesuspun, dalam bacaan Ibrani di Jumat Agung, belajar taat dalam penderitaannya. Buahnya adalah kebangkitan dari wafat. Buahnya adalah hidup yang selalu baru dan diperbarui. Dengan demikian kita bisa menghayati yang dikatakan dalam 2Tes 5:18, yaitu mengalami syukur dalam segala hal".

No comments:

Post a Comment

Santo Paulinus dari York

diambil dari katakombe.org/para-kudus  Diterbitkan:  23 Maret 2016  Diperbaharui:  08 April 2017  Hits:  8366 Perayaan 10 Oktober   Lahir Ta...