Wednesday, October 15, 2025

Rahmat Diingat

Dalam peristiwa kunjungan rombongan tamu di Domus, beberapa kalai muncul pertanyaan kepada para rama "Apakah keluarga mengunjungi para rama?" Rm. Andika, Direktur Domus Pacis Santo Petrus yang tinggal di Domus sejak 10 Agustus 2025, memang belum pernah mendapatkan kunjungan sanak keluarga. Tetapi beliau sudah beberapa kali mengunjungi rumah asalnya di Ungaran. Ternyata, kecuali saya, para rama lain yang ikut menemui para tamu bisa bercerita tentang keluarga yang mengunjunginya. Bahkan Rm. Suhartana masih beberapa kali mengunjungi keluarga dan pakai menginap segala. Saya memang dapat dikatakan absen dalam hal kunjungan keluarga. Namun saya hepi hepi saja. Ketika merenungkan hal ini muncullah kesadaran sebagaimana saya paparkan di bawah ini.

Ada yang Ingat

Pada Sabtu malam 11 Oktober 2025 saya mendahului meninggalkan ruang makan. Seorang karyawan berkata bahwa saya mendapatkan tamu dari Bali. Ternyata yang datang adalah Bapak Djaja dan istrinya. Ibu Djaja berasal dari Magelang sepupu almarhum Susana yang dulu terkenal sebagai bintang film horor dan kemudian terkenal dengan perannya sepakai Nyai Lara Kidul. Maka tidak mengherankan kalau Bapak-Ibu Djaja disertai juga oleh Kiki Maria, anak Susana, yang juga seorang artis film dan nyanyi. Maka, kedatangan Bapak Djaja dan istri adalah mampir. Kepada Bu Rini dan Mbak Sari, relawan dan karyawan Domus, Bapak Djaja bercerita tentang pengalaman umat Paroki Nusa Dua, Bali, ketika Rm. Bambang sebulan berada di sana pada tahun 2006. Bapak Djaja hingga kini memang masih kerap berhubungan maya lewat grup WA. Kunjungan singkat keluarga ini membawa berbagai oleh-oleh yang membuat para rama mendapatkan berbagai menu, buah., dan roti.

Ketika baru berbaring di tempat tidur pada Minggu 12 Oktober 2025 karyawan masuk kamarnya dan bilang ada tamu untuk saya. Ternyata yang datang adalah Bu Yadi umat Paroki Klaten. Sebenarnya beliau hanya mampir untuk jumpa dengan saya. Sebenarnya beliau ikut rombongan ziarah makam dalam rangka 7 hari wafat Rm. Istata. Maka kedatangan Bu Yadi hanya sekitar 15 menit. Tetapi Bu Yadi sempat bercerita tentang anak cucunya. Dulu Bu Yadi termasuk aktif ikut Novena setiap Minggu I di Domus Pacis Puren. Sebenarnya dulu, ketika saya berkarya di Paroki Maria Assumpta Klaten tahun 1981-1982, saya termasuk dekat dengan almarhum Bapak Yadi. Ternyata Bu Yadi, ketika ikut ke makam Rm. Istata, ingat akan saya yang tinggal di Domus depan Makam Para Rama Praja Keuskupan Agung Semarang. Kunjungan singkat itu membuat saya mendapatkan oleh-oleh telur omega 3.

Dua kunjungan itu untuk saya menghadirkan kesan mendalam di hati. Pak Djaja dan Bu Yadi punya ingatan akan saya. Keduanya masih punya kenangan akan saya. Dari sini saya disadarkan akan ada orang-orang lain yang juga punya ingatan akan saya. Bu Titik Ananto, adik sepupu ibu saya, Bu Kartono dari Paroki Banteng dan keluarga Lilik Trisnani dari Bolawen sebulan sekali mengirim telur untuk Domus Pacis. Kemasan kiriman selalu tertulis ditujukan untuk Rm. Bambang. Itu berarti mereka punya ingatan berkaitan dengan saya. Beberapa orang yang setiap hari masih kontakan dengan saya lewat WA berkaitan dengan konten yang saya tayangkan, termasuk orang-orang yang ingat saya lewat medsos. Yang ingat saya setiap hari pasti lebih 300 orang mengingat jumlah orang yang membuka Blog dan Tik Tok saya. Dari jumlah itu ada yang punya ingatan khusus dengan mengirimkan sumbangan untuk Domus Pacis Santo Petrus. Ada yang menyumbang snak, ada yang menyumbang untuk tambahan honorarium tenaga Domus, dan ada yang menyumbang untuk hajatan Domus termasuk dalam pembelian batik sajian saya yang dibantu oleh Bu Rini. Tentu saja kadang-kadang sekali saya juga mengalami menerima sumbangan yang hanya diberikan untuk diri saya. 

Bentuk Rahmat

Entah bagaimana, ketika merenungkan pengalaman masuk dalam INGATAN orang, saya teringat beberapa kalimat dari Doa Syukur Agung II Misa. Ada 3 kata-kata yang menyentuh lubuk hati saya :

  1. TERIMALAH DAN MINUMLAH KAMU SEMUA. INILAH PIALA DARAH-KU, DARAH PERJANJIAN BARU DAN KEKAL, YANG DITUMPAHKAN BAGIMU DAN BAGI SEMUA ORANG DEMI PENGAMPUNAN DOSA. LAKUKANLAH INI SEBAGAI KENANGAN AKAN DAKU.
  2. Ingatlah, Tuhan, akan GerejaMu yang tersebar di seluruh bumi, agar Engkau menyempurnakannya dalam cinta kasih, dalam persatuan dengan Paus kami, FRANSISKUS, dan Uskup kami, IGNATIUS, serta semua rohaniwan.
  3. Ingatlah juga akan saudara-saudari kami, yang telah meninggal dengan harapan akan bangkit dan akan semua orang yang telah berpulang dalam kerahimanMu, dan terimalah mereka dalam cahaya wajahMu.

Tiga macam ungkapan kata-kata itu termasuk rentetan doa yang diucapkan oleh imam. Tetapi di tengah-tengah keseluruhan Doa Syukur agung ada seruan dari umat berkaitan dengan karya penyelamatan Kristus, yaitu sengsara hingga wafat, kebangkitan, dan harapan akan kedatangan kembali. Seruan umat itu diberi judul anamnese. Istilah anamnese berasal dari bahasa Yunani yang berarti "mengingat kembali" atau "kenangan". Di dalam google saya menemukan bahwa sebenarnya anamnese merupakan bagian liturgi Misa :

Anamnese dalam konteks Misa Kudus adalah bagian dari Liturgi Ekaristi di mana umat diajak untuk "mengingat" dan "mengenang" peristiwa-peristiwa penyelamatan Kristus, yaitu sengsara, kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya ke surga, yang dipimpin oleh imam. Ini bukan sekedar mengingat secara intektual, tetapi tindakan yang menghadirkan kembali peristiwa tersebut sehingga umat mengalaminya di masa kini melalui perantaraan Roh Kudus.

Mengingat atau mengenang dalam istilah anamnese ternyata bukan banya merupakan bayangan dalam benak akan peristiwa dalam masa lalu. Itu selalu ada bentuk nyata untuk masa kini yang dapat membuat hati cerah menyongsang hidup ke depan. Dalam kaitan dengan orang-orang yang ingat akan saya, seperti Pak Djaja hingga para penyumbang rutin untuk Domus Pacis, dalam permenungan saya mereka adalah sosok-sosok yang menghayati iman anamnese. Dalam ingatan akan Domus lewat saya, mereka menghadirkan bentuk-bentuk yang menceriakan penghuni Domus dengan pemberian dan sumbangannya. Bagi saya mereka menjadi rahmat untuk kami yang berada di Domus Pacis. Kata rahmat dalam bahasa Latin adalah gratia yang secara harfiah berarti pemberian cuma-cuma sehingga secara popler disebut gratis. Dengan mengingat saya mereka sungguh menghadirkan poemberian cuma-cuma entah berupa oleh-oleh entah berupa sumbangan. Untuk diri saya sendiri, yang praktis tak begitu ada kunjungan keluarga seperti teman-teman rama serumah di Domus, saya sungguh bersyukur boleh ikut jadi saluran hadirnya rahmat Allah yang mendorong ingatan dan kenangan orang-orang berkaitan dengan hubungan dengan saya. Sayapun secara pribadi juga amat bersyukur karena boleh mendapatkan banyak sanak keluarga. Bukankah siapapun yang melakukan kehendak Allah sadalah sanak keluarga sejati (bandingkan Mat 12:50)?

No comments:

Post a Comment

Rama Domus Mengajar?

Kehadiran rombongan tamu di Domus Pacis Santo Petrus memang selalu terisi tanya jawab antara tamu dan para rama. Biasanya pertanyaan-pertany...