Saya itu rama lhooooo. Ada orang menyebut "rama pastor". Saya masuk golongan rohaniwan agama Katolik. Saya termasuk rama praja Keuskupan Agung Semarang. Saya masuk Seminari pada tahun 1970 selepas dari SMA. Saya ditahbiskan menjadi imam pada 22 Januari 1981. Sebagai imam saya termasuk piawai omong tentang hal-hal keagamaan. Saya bisa bicara tentang mukjizat sebagai karya besar agama. Saya bisa mengambil ayat-ayat untuk melandasi omongan tentang mukjizat. Apalagi saya punya buku Konkordansi yang isinya seperti kamus kata-kata dengan ayat-ayat yang mencantumkannya.
Tetapi baru beberapa hari sesudah masuk bulan Oktober 2025 saya tersentak tentang peristiwa yang disebut mukjizat. Itu justru karena saya membuka google yang mengatakan bahwa mukjizat sebagai "Sesuatu pekerjaan atau perbuatan yang ajaib dan mengandung kuasa yang tidak dapat dikerjakan menurut hukum alam, dan dalam hal ini sebagai memperlihatkan Daya Perantara daripada Allah!" Kalau disebut ajaib saya memang setuju, karena itu saya pahami berasal dari yang tak kasat mata atau di luar jangkauan panca indera. Kalau itu tidak mengalir menurut hukum alam, saya juga setuju karena itu adalah daya adikodrati karena bersifat supranatural melampaui hukum alam dan daya nalar manusia. Mukjizat memang memperlihatkan daya Allah yang Mahabesar dan Mahakuasa. Tetapi dari kata-kata dalam google kata "Daya Perantara" yang dikaitkan dengan Allah ditampilkan dengan huruf tebal. Hal itu membat saya tertuju pada Kristus yang dalam doa-doa yang menempatkan Tuhan Yesus sebagai perantara utama. Sementara itu Daya Ilahi adalah Roh Kudus. Dengan demikian sebagai orang Katolik itu berkaitan dengan Allah Tritunggal Mahakudus.Dengan merenungkan Daya Allah secara pribadi pada setiap orang, saya diingatkan oleh kata-kata Santo Paulus "Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu." (1Kor 3:16-17) Di dalam setiap orang sebetulnya Allah bertahta, dan itu saya yakin di dalam relung hati. Dari sini saya seperti disadarkan bahwa apapun yang sungguh dilandasi per-HATI-an, pastilah menjadi ungkapan dan wujud karya Allah. Sekalipun itu sepertinya hanya kecil-kecilan dalam hidup harian tetapi menghadirkan dampak amat bermakna dalam hidup, itu adalah mukjizat. Hal pertama di bulan Oktober 2025 membuat saya merasakan perhatian sebagai mukjizat karena adanya pertanyaan Rm. Andika sebagai direktur kepada saya "Sing tesih saget didhahar rama niku napa mawon?" (Apa yang masih dapat Anda makan?). Itu berkaitan dengan lauk saat makan tiga kali sehari yang sering tidak saya ambil. Setiap hari saya mengganti nasi dengan sayuran sebagai makanan pokok. Saya kerap tak ambil daging atau beberapa lauk lain. Atas pertanyaan Rm. Andika saya menjawab "Sing kula saget biasanipun tigan, tahu, tempe" (Lauk yang bisa saya rasa enak adalah telur, tahu, tempe). Sejak itu paling tidak setiap hari ada salah satu yang saya sebut. Seandainya ada lauk-lauk lain yang untuk rama lain dapat disantap dengan lahap, karyawan selalu menyediakan telur untuk saya. Sikap dan tindakan PERHATIAN sehari-hari makin saya sadari. Setiap hari ada karyawan yang menyediakan buah pepaya, karena setiap bangun pagi saya harus makan pepaya agar bisa buang air besar. Setiap hari saya mendapatkan secangkir teh tawar di kamar karena yang saya minum selalu air putih. Setiap hari ada yang menjemput saya dan mendorong ke Kapel untuk Misa Komunitas dan ke ruang makan untuk makan bersama. Kembali ke kamar pun ada yang mendorong. Ternyata setiap hari saya mendapatkan MUKJIZAT PERHATIAN KECIL-KECIL YANG BERBUAH KESEGARAN DAN KECERIAAN HARIAN SAYA. Saya pun merasa selalu ceria bersemangat hidup di Domus Pacis dan sedikit-sedikit kecil-kecilan ikut terlibat demi kehidupan bersama di Domus.

No comments:
Post a Comment