Sunday, October 19, 2025

Yang Buruk Jadi Kebaikan?

Kecuali Rm. Andika sebagai Direktur yang masih sering diminta membantu Misa di Paroki-paroki, para rama yang tinggal di Domus Pacis Santo Petrus memang sudah jauh dari derap kegiatan-kegiatan umat. Hidupnya terutama berada dalam gedung Domus. Memang, beberapa kalau pagi ada di halaman untuk berjemur. Salah satu memang masih bisa jalan-jalan pelan-pelan. Kamar pribadi telah menjadi lingkungan utama yang menurut perhitungan Rm. Bambang 90an% endonan sehari-hari. Maka tidak mengherankan kalau ada yang menggambarkan kemungkinan kesepian mudah menjangkiti para rama sepuh. Apakah yang bisa menggembirakan dengan tinggal di Domus, hal ini tidak jarang menjadi pertanyaan ketika para rama menerima rombongan kunjungan.


Sebenarnya para rama sepuh memang sudah mengalami berbagai kemerosotan karena kelansiaannya. Penyakit-penyakit sudah menjadi idapan sehingga obat-obatan sudah menyertai hingga akhir hayat. Karena kondisi seperti itu makan enak seperti dahulu sudah jauh dari keseharian. Mobilitaspun sudah harus didampingi oleh tenaga karyawan dan bahkan mayoritas sudah berkursi roda. Meskipun demikian, tampaknya para rama jauh dari rasa stres. Wajah ceria mewarnai pada umumnya para rama sepuh. Yang tampaknya banyak diam, kalau ada tamu bisa sharing tidak ingin berada di keluarga atau pastoran lain seperti Paroki. Mereka merasa bahagia karena selalu terjaga hidupnya. Ketika merenungkan semua itu, Rm. Bambang merasa bahwa ada "hal inti" yang langsung atau tidak langsung meresapi rasa dan sanubari para rama sehingga bisa ikut memupuk stamina ceria hidup sebagai lansia di rumah tua. Rm. Bambang yakin bahwa saat makan bersama menghadirkan nuansa khusus. Makan bersama biasa terisi omongan dan atau peristiwa yang membuat tawa. Omongan dan peristiwa tidak selalu baik dan benar. Yang buruk dan salah pun bisa menghadirkan kegembiraan bersama. Salah satu rama sering "difitnah" dengan omongan Rm. Bambang. Rama itu malah akan tertawa. "Pemfitnahan" terjadi kalau bersinggungan dengan rama yang mudah marah. Sebagai contoh, rama yang sering kena fitnah mencoba ganti "memfitnah" Rm. Bambang dengan berkata "Kowe dirasani Rama Bambang" (Kamu diomongkan jelek oleh Rm. Bambang). Kebetulan rama yang sering marah sudah menurun daya dengarnya. Dia bertanya ke Rm. Bambang "Dheke omong apa?" (Dia omong apa?). Rm. Bambang menjawab dengan suara dikeraskan "Jarene kowe ketok alim" (Dia bilang kamu tampak alim). Ternyata rama itu langsung bilang "Ya methi. Aku rak alim ulama" (Jelaslah, aku kan alim ulama). Rama-rama yang lainpun tertawa ngakak. 

No comments:

Post a Comment

Rama Domus Mengajar?

Kehadiran rombongan tamu di Domus Pacis Santo Petrus memang selalu terisi tanya jawab antara tamu dan para rama. Biasanya pertanyaan-pertany...