Thursday, October 9, 2025

Semua Orang adalah Aku

Dalam pepatah Jawa ada kalimat berbunyi aja rumangsa bisa nanging bisaa rumangsa. Di dalam google saya menemukan penjelasan bahwa "Kalimat "aja rumangsa bisa nanging bisaa rumangsa" berarti jangan merasa paling bisa atau sok tahu, tetapi harus bisa merasa atau sadar diri. Ini adalah nasihat Jawa untuk tetap rendah hati, tidak sombong, dan selalu introspeksi untuk menyadari kemampuan serta kelemahan diri sendiri".

Sadar Bisa Meng-"aku"

Dari pepatah itu saya amat tersentuh akan nasihat mengutamakan sadar diri. Ini adalah proses untuk mawas diri untuk memahami diri sendiri secara mendalam. Secara duniawi saya menyadari bahwa di dunia ini saya merupakan salah satu ciptaan Allah. Ciptaaan Tuhan di dunia terdiri dari barang benda, tumbuhan, hewan, dan manusia. Sejauh saya yakini, hanya manusialah yang punya cipta, rasa, dan karsa. Hanya manusialah yang punya kepribadian sehingga hanya manusialah yang mampu mawas diri agar sadar apa dan siapa dirinya. Kemampuan untuk sadar akan diri tercermin pada adanya kata "aku" dalam diri seseorang. Setiap orang memiliki "aku" sendiri. Sekalipun mendapatkan nama Bambang, itu adalah sebutan untuk "aku"-ku. Bersama para rama serumah "aku"-ku hidup bersama "aku-aku" lain : "aku" Rm. Andika, "aku" Rm. Djoko Setyo, "aku" Rm. Suntara, "aku" Rm. Priyanta, "aku" Rm. Yadi, "aku" Rm. Ria, "aku" Rm. Suhartana, "aku" Rm. Harto. "aku" Rm. Jarot, "aku" Rm. Tri Wahyono", "aku" Mgr. Blasius, dan "aku" Rm. Saptaka. Itu semua masih bisa ditambahkan 15 "aku" para karyawan, dan 2"aku" relawan. Dengan mawas diri saya menyadari "aku"-ku ada bersama dengan "aku" banyak orang lain. Semua adalah "aku" karena semua adalah sama-sama manusia dengan kepribadian masing-masing.

Bagian dari Sang "Aku"

Ketika merenungkan tentang ke-"aku"-an, saya teringat Kitab Suci yang menceritakan tentang Musa ketika menggembalakan kambing domba dan menyaksikan nyala api yang muncul dari semak duri. Ternyata di situ Musa mendapatkan perutusan dari Tuhan untuk membebaskan umat Israel dari penindasan di Mesir. Saya tertarik pada dialog Musa dengan Allah di bawah ini :

Lalu Musa berkata kepada Allah: “Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? –apakah yang harus kujawab kepada mereka?” Firman Allah kepada Musa: “AKU ADALAH AKU.” Lagi firman-Nya: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.” (Kel 3:13-14)

Dari kata-kata Kitab Suci itu saya mendapatkan kesadaran bahwa kesejatian ilahi adalah Sang "AKU". Entah bagaimana, saya kemudian ingat kisah penciptaan. Manusia diciptakan sebagai gambaran Allah. Tuhan Allah bersabda "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita" (Kej 1:26). Inilah yang membedakan manusia dengan ciptaan lain. Manusia adalah gambar Allah yang menyebut Diri sebagai "Akulah Aku". Maka, kalau manusia dapat menyebut dirinya "aku", hal itu terjadi karena setiap orang sejatinya adalah gambaran Allah "Sang Aku".

Duniawi yang Ilahi

Entah bagaimana aku ingat kata-kata Santo Paulus tentang manusia yang terdiri dari badan, jiwa, dan roh. Santo Paulus berkata "Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita" (1Tes 5:23).  

Di samping jiwa dan tubuh ternyata ada roh dalam diriku. Mungkinkah ini daya Roh yang ada dalam aku? Aku ingat ketika Allah menciptakan dunia seisinya. Ketika sampai pada peciptaan manusia, Kitab Suci mengatakan “TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” (Kej 2:7) Ketika masih SMP aku mengenal lewat pelajaran Ilmu Hayat bahwa tumbuh-tumbuhan dan hewan termasuk dalam makhluk hidup. Sementara itu tanah dan bebatuan termasuk barang benda. Manusia memang berasal dari debu tanah. Namun demikian debu tanah ini menjadi makhluk hidup karena Tuhan memasukkan nafas-Nya ke dalam manusia, sehingga dalam diri setiap orang terdapat hembusan nafas Tuhan. Tentang nafas Tuhan ada yang menjelaskan demikian :

“Nafas Allah adalah kehidupan dan kuasa Allah, yang diberikan kepada manusia untuk menghidupkannya. Kata Ibrani untuk “roh” adalah “ruach,” yang berarti "angin, nafas, udara, roh." Kehidupan Allah akan terus hidup; satu bagian abstrak dalam diri manusia yang dirancang untuk hidup selama-lamanya.” (https://www.gotquestions.org/Indonesia/nafas-hidup.html)

Jaga Mesra dengan Relung Hati

Berhadapan dengan Allah saya teringat kata-kata Tuhan Yesus kepada perempuan Samaria yang terdapat dalam Injil Yohanes 4. Perempuan Samaria mempersoalkan perbedaan keyakinan antara orang Samaria dan orang Yahudi berkaitan dengan perbedaan tempat menyembah Allah. Tuhan Yesus kemudian berbicara berkaitan dengan penyembahan kepada Allah. Tuhan berkata “ Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran” (Yoh 4:24). Sebagai manusia yang ber-badan, ber-jiwa, dan ber-roh, saya yakin bahwa hidup kongkret harus menjaga badan, jiwa, dan roh. Menjaga badan berarti memperhatikan kebugaran tubuh. Saya harus berjuang menjaga kesegaran tubuh dengan terutama memperhatian santapan makan minum sesuai dengan perkembangan situasi kongkret yang saya sandang. Menjaga jiwa berarti saya menjaga pikiran, perasaan, dan kehendak sesuai dengan perkembangan situasi kongkret hidup saya. Menjaga roh dalam diri saya berarti melandaskan segala hidup berlandaskan iman. Bukankah "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" (Ibr 11:1). Beriman berarti semakin mengikuti Tuhan Yesus Kristus dalam perkembangan situasi hidup dan budaya setempat. Dalam hal ini bagi saya dalam segala hal dan peristiwa saya harus berusaha untuk menjaga hubungan dekat bahkan mesra dengan relung hati. Santo Paulus berkata "Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?" (1Kor 3:16). Karena Allah adalah "Akulah Aku", maka sebagai ciptaan yang mendapat anugerah ke-"aku"-an, saya harus selalu memiliki kesadaran untuk berhubungan dengan relung hati dimana "Akulah Aku" bersemayam.

No comments:

Post a Comment

Semua Orang adalah Aku

Dalam pepatah Jawa ada kalimat berbunyi aja rumangsa bisa nanging bisaa rumangsa . Di dalam google saya menemukan penjelasan bahwa "Kal...