Ibu-ibu Paroki Babarsari

"Lho, Rama Jarot nggih?" (Ini benar Rm. Jarot, ya?) seorang ibu mendekati Rm. Jarot dan menyapa sampil menyebut namanya. Rm. Jarot langsung ingat. Ternyata ibu itu dulu yang menikahkan adalah Rm. Jarot. Kepada Rm. Bambang ibu itu berkata "Duapuluh lima tahun lalu Rm. Jarot menikahkan saya". Rm. Yadi, Rm. Ria, Rm. Suhartana, Rm. Jarot, Mgr. Blasius, Rm. Yadi, dan Rm. Bambang duduk berjejer-jejer. Sementara itu Rm. Adika Bhayangkara, Direktur Domus duduk di kursi di pinggir selatan. Ketika Rm. Djoko Setyo masuk ada ibu lain yang langsung menyalami. Ibu itu kemudian berkata "Saya dulu biasa ke Rm. Djoko di Seminari Jangli. Saya memang tinggal di Puspanjolo, Paroki Bongsari. Tetapi dulu saya ikut Garam, kelompok gerakan kemasyarakatan yang berpusat di Seminari Tahun Orientasi Rohani". Rm. Djoko memang pernah menjadi Rektor Seminari Jangli. "Rama ingat saya tidak? Saya anaknya Pak Narman" ibu lain berkata kepada Rm. Bambang yang langsung menyahut "Ooooo anake Mas Narman, ta?". Banyak anggota rombongan tamu memang sudah tahu Rm. Bambang. Itu adalah rombongan tamu wakil Ibu-ibu Paroki Babarsari yang berkunjung di Domus pada Minggu 31 Agustus 2025. Dulu, hingga tahun 1979 Babarsari menjadi wilayah Blok Janti bagian Kring (kini Lingkungan) Ambarrukmo. Rm. Bambang berasal dari kampung Ambarrukmo dan termasuk aktivis Kring Amabarrukmo. Karena ada yang berusia 80 tahun, ada ibu yang dulu senior Rm. Bambang. Sementara beberapa yang lain ketika Rm. Bambang di Ambarrukmo masih remaja bahkan kanak-kanak. Rm. Bambang menjadi pemandu pertemuan sehingga suasana tanya jawab seperti omong-omong biasa pertemuan jaman Mudika (Muda-mudi Katolik).