Sunday, June 26, 2022

Misa 100 Hari Wafat Cik Ay Ing


Sabtu itu adalah tanggal 25 Juni 2022. Sejak pagi sekitar jam 10.00 sudah ada tanda-tanda akan adanya peristiwa khusus. Kursi-kursi, yang biasa dikeluarkan untuk menerima hadirnya banyak orang, mulai dikeluarkan. Ada yang ditata di kapel dan ada yang ditata di ruang televisi serta bagian barat ruang besar Domus Pacis St. Petrus. Bahkan meja-meja yang biasa dipakai untuk menata hidangan konsumsi khusus juga sudah tertata di ruang televisi. Sehabis makan siang Mas Hari dan Mas Agus mengambil keyboard yang ada di dalam kamar Rm. Bambang untuk disiapkan di kapel. Itu terjadi karena Rm. Bambang menerima pesan WA di HP-nya dari Mas Benny, warga Paroki Kidul Loji, yang berkata "Shallom Rm Bambang. Slamat Pagi. Slamat beraktivitas dihari ini. Semoga smuanya baik yaaa Romo. Slalu sehat sukacita sukses dan penuh semangat.... Oia Romo, nanti sore khan ada Misa 100 hari Bu Joko di Wisma Romo Sepuh Seminari Kentungan. Nanti saya ngiringi, apakah bisa pinjam keyboard seperti biasanya punya Rm Bambang.... Maturnuwun sebelumnya ya Romo. Sampai nanti sore. Happy weekend dan BDGY....."

Semua itu terjadi karena pada jam 19.00 atau 07.00 malam akan ada keluarga yang meminta misa ujub. Keluarga Pak Joko dari kampung Pajeksan, Paroki Kumetiran, meminta Rm. Bambang untuk memimpin Misa Peringatan 100 hari istrinya, yaitu Ibu Maria Rosalina Tiong Ay Ing. Pak Joko meminta pelaksanaan di Domus. Beliau dan keluarga bersama umat Lingkungan Pajeksan datang di Domus. Keluarga Pak Joko dan umat Pajeksan memang sudah akrab dengan Domus Pacis sejak berada di Puren, Pringwulung, sebelum pandemi Covid-19. Itu semua karena peran almarhum Cik Ay Ing, demikian orang biasa menyebut, yang memiliki perhatian besar pada para romo sepuh yang tinggal di Domus. Dulu peristiwa-peristiwa khusus keluarga biasa dijadikan pesta yang diselenggarakan di Domus bersama para rama sepuh. Tentu saja semua selalu dengan misa yang menghadirkan umat Pajeksan sehingga selalu ada kor umat. Pada waktu para romo harus merayakan sendiri hari-hari besar Gereja, karena ada pandemi sehingga tak bisa ikut di gereja Paroki, Cik Ay Ing bersama umat Pajeksan selalu mendukung dengan kor yang menyemarakkan kehidupan para romo Domus. 

Hubungan dengan keluarga almarhum Cik Ay Ing tidak terputus walau para romo sepuh Domus Pacis Puren sudah pindah di Domus Pacis St. Petrus, Kentungan. Bahkan wafatnya membuat hubungan Domus, yang tadinya hanya sebatas dengan yang di Jogja terutama umat Pajeksan, meluas ke sanak keluarganya bahkan yang jauh di luar Jogja. Ternyata Pak Joko, suami almarhum Cik Ay Ing, dan anaknya selalu menyelenggarakan peringatan-peringatan wafat almarhum di Domus. Yang paling menonjol adalah suasana gembira dengan lagu-lagu ceria yang amat mewarnai misa kudus. Umat Pajeksan dan keluarga memang selalu terkenang akan sosok Cik Ay Ing yang selalu gembira penuh tawa sekalipun sedang jengkel. Beliau memang amat merakyat sehingga bersedia untuk menjadi Ketua Umat Lingkungan lebih dari satu periode. Kepedulian sosial juga amat terasa. Ketika dilaksanakan misa peringatan untuk arwahnya, selalu ada yang teringat kata-katanya "Suk nek aku mati, lagu-lagune sing gembira lho" (Kalau aku dipanggil Tuhan, lagu-lagunya harus yang menggembirakan lho). Inilah yang selalu membuat makan bersama seusai misa-misa peringatan wafat Cik Ay Ing menjadi seperti ramah tamah reunian.

No comments:

Post a Comment

Santo Bruno, Pengaku Iman

diambil dari https://www.imankatolik.or.id/kalender/6Okt.html Bruno lahir di kota Koln, Jerman pada tahun 1030. Semenjak kecil ia bercita-ci...