Tuesday, June 14, 2022

Dua Wawancara

Pada jam 10.00an, Selasa 8 Juni 2022, ada suara "Kula nuwuuuun" (Permisi) di pintu kamar Rm. Bambang. Rm. Bambang yang sedang berbaring tiduran di tempat tidur menjawab "Manggaaaa. Terus mlebet mawon" (Silahkan terus masuk saja). Seorang pemuda masuk kamarnya dan berkata "Romo, saya oleh Rm. Billy dari Nandan diminta ke Domus Pacis. Kemudian Rm. Hartanta meminta saya untuk bertemu Rm. Bambang). Rm. Bambang bertanya apakah Mas Valen, demikian nama yang diperkenalkan, berasal dari Paroki Nandan. "Bukan, romo. Saya dari Paroki Panca Arga. Di Nandan saya tugas live in 40 hari sesudah selesai di Seminari Mertoyudan" kata Mas Valen. Penjelasan Mas Valen tentang asalnya membuat Rm. Bambang menghapus pengertiannya. Mungkin dia keliru menangkap penjelasan Rm. Hartanta ketika sehabis makan pagi memberi info akan kedatangan Mas Valen. Tadinya Rm. Bambang menangkap Mas Valen adalah warga Nandan yang akan masuk Seminari. Ternyata dia sudah lulus dari Mertoyudan dan akan masuk ke Tahun Orientasi Rohani (TOR) di Jangli, Semarang, sebagai frater calon imam Keuskupan Agung Semarang. Dan di Domus Mas Valen melakukan wawancara dengan Rm. Bambang. Dia bertanya bagaimana Rm. Bambang bisa bertahan hingga lebih 40 tahun menjadi imam. Rm. Bambang kemudian berbicara tentang KETAATAN sebagai landasan utama untuk menghayati kebahagiaan hidup. Kemudian Rm. Bambang minta Mas Valen juga berbicara dengan Rm. Harto. Pada waktu makan siang Mas Valen juga diajak bersama para romo sepuh. Sesudah makan siang dia ikut Mas Haryono bekerja di kebun Domus.

Pada hari itu Rm. Bambang memang menerima beberapa tamu perorangan. Hal itu terjadi karena Rm. Hartanta, Direktur rumah, sedang ada acara keluar. Kalau beliau tidak ada di rumah, karyawan kerap mengarah tamu ke Rm. Bambang. Pada sekitar jam 15.00, ketika sedang asyik di laptop, ada yang mengetuk pintu dan ingin bertemu dengannya. Ternyata yang datang adalah Fr. Koko, salah satu calon imam di Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan. Fr. Koko juga calon imam Keuskupan Agung Semarang. "Romo, apakah saya dapat melakukan wawancara dengan romo? Saya mendapat tugas dari mata kuliah Kristologi. Saya mengambil pembicaraan tentang Kristus yang mungkin juga mengalami difabilitas" kata Fr. Koko yang membuat Rm. Bambang tertawa. "Maksud Frater tubuh yang difabel, ta?" komentarnya yang di-iya-kan oleh Frater. Kemudian Frater memasang HP untuk merekam pembicaraan. Pembicaraan ke sana-sini menyangkut pengalaman kecacatan Rm. Bambang dalam hubungannya dengan Kristus. Untuk Rm. Bambang hal seperti ini amat terasa karena dia baru baptis Katolik ketika sudah SMA. Sebelum jadi Katolik dia merasa malu karena kecacatannya. Tetapi dengan biasa baca Kitab Suci, setelah ikut pelajaran agama Katolik, dia selalu tersentuh oleh sikap Yesus bila bertemu yang timpang ataupun lumpuh. Apalagi kini sesudah ada di rumah tua, difabilitas tubuhnya membuatnya makin merasa dekat dengan-Nya. "Bagaimana romo merasakan cinta Kristus?" tanya Fr. Koko di bagian akhir. Rm. Bambang men-sharing-kan banyak pengalaman di Domus sebagai sosok yang sudah ada dalam keterbatasan tetapi banyak uluran dukungan kepedulian dalam ambil bagian tugas yang diberikan oleh Rm. Hartanta. Bahkan kalau harus keluar Domus karena diminta untuk melayani misa keluarga, selalu ada yang siaga mengantar.

No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...