Thursday, June 30, 2022

Beato Antonio Rosmini

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 21 Januari 2019 Diperbaharui: 22 Januari 2019 Hits: 2289

  • Perayaan
    23 Desember
  •  
  • Lahir
    24 Maret 1797
  •  
  • Kota asal
    Rovereto, Trentino, Italia
  •  
  • Wafat
  •  
  • 1 Juli 1855 di Stresa, Viterbo, Italia | Sebab alamiah
  •  
  • Venerasi
    26 Juni 2006 oleh Paus Benediktus XVI (decree of heroic virtues)
  •  
  • Beatifikasi
    18 November 2007 oleh Paus Benediktus XVI
  •  
  • Kanonisasi

Antonio Rosmini lahir pada 24 Maret 1797 dari pasangan Pier Modesto dan Giovanna dei Conti Formenti di kota Rovereto, Trentino Italia. Ia menjalani pendidikan dasar di Trento lalu melanjutkan ke Universitas Padua di mana ia meraih gelar doktor di bidang Teologi dan Hukum Gereja.

Pada bulan Februari 1820 Antonio menemani saudara perempuannya, Margherita, pergi ke Verona dimana mereka bertemu dengan Beata Maddalena di Canossa pendiri Konggregassi Suster Puteri Kasih atau Konggregasi suster Canossian. Beata Maddalena mengajak Antonio bergabung untuk ikut mendirikan Konggregassi imam Canossian yang saat itu tengah dirintis, namun dengan sopan pemuda bergelar Doktor ini menolak.

Pada tanggal 21 April 1821 Antonio ditahbiskan menjadi imam di Chioggia, Italia. Pada tahun 1823 ia diketahui melakukan perjalanan ke Roma bersama Uskup Agung Venesia, untuk sebuah audiensi pribadi dengan Paus Pius VII. Dalam audiensi itu, Paus mendorong mereka untuk melakukan reformasi di bidang filsafat.

Di tahun 1826 Antonio pergi ke Milan untuk melanjutkan penelitian dan menerbitkan hasil studi filsafatnya. Dia adalah seorang penulis produktif yang menulis tentang banyak hal, termasuk tentang Sifat Jiwa Manusia, Etika, Hubungan Antara Gereja dan Negara, Filsafat Hukum, Metafisika, Rahmat, Dosa asal, Sakramen dan Pendidikan. Dua bukunya kelak diterbitkan pada tahun 1829 ("Maxims of Christian Perfection" dan "Origin of Ideas") dan mendapat banyak pujian dari para sarjana di masa itu.

Pada tahun 1827 Antonio Rosmini yang masih berada di Milan bertemu dengan Abbé Loewenbruck yang mengajaknya untuk mendirikan sebuah Institusi Religius yang akan mempromosikan Pendidikan dan Spiritualitas yang lebih baik bagi para imam. Pater Antonio dapat merasakan tuntunan Roh Kudus untuk melalui permintaan ini. Ia pun memutuskan untuk bergabung. Namun, karena percaya penuh bahwa Tuhan akan melakukan segala sesuatu yang diperlukan, Antonio tidak pernah mengajak siapa pun untuk bergabung dengan Komunitas Religius yang akan didirikan. Ada dua atau tiga orang yang telah mengenalnya dengan baik yang kemudian bergabung atas keinginan mereka sendiri. Tiga orang anggota perdana Institute of Charity (atau dalam bahasa Latin : Societas a charitate nuncupata, disingkat : I.C.) ini mulai menjalani hidup sesuai Aturan Dasar yang ditulis oleh Antonio Rosmini.

Paus Pius VIII, yang terpilih pada bulan Maret 1829, memanggilnya ke Roma untuk sebuah audiensi. "Anakku Antonio," kata Sri Paus, "Jika kamu berpikir untuk mulai dengan sesuatu yang kecil, dan menyerahkan sisanya kepada Tuhan, kami dengan senang hati menyetujuinya; namun tidak demikian jika kamu berpikir untuk memulai dalam skala besar." Dengan menundukkan muka Antonio menjawab bahwa ia berupaya untuk mengawali karyanya dengan kerendahan hati. Ketika kembali ke Milan, Antonio mulai bekerja keras mengembangkan Institusi yang didirikannya.

Pada tahun 1832, para Rosminian mulai menyebar ke Italia Utara dan pada tahun 1835 biara Rosminian pertama di Inggris didirikan. Masyarakat Inggris menyambut baik para Rosminian karena pola hidup mereka yang kudus. Mereka mempromosikan dan mempraktekkan “Quarantore” (Devosi 40 Jam tanpa jeda di hadapan Sakramen Maha Kudus) dengan penuh disiplin, mempromosikan penggunaan skapulir, novena, prosesi publik dan merayakan bulan Mei sabagai bulan Devosi pada Bunda Maria.

Institute of Charity mendapat pengukuhan resmi dari Paus Gregorius XVI pada tanggal 20 Desember 1838. Pada tanggal 20 September 1839 Antonio Rosmini diangkat menjadi Superior Jenderal Rosminian seumur hidup.

Antonio Rosmini tutup usia pada tanggal 1 Juli 1855 dalam usia 85 tahun. Institusi yang didirikannya saat ini telah menyebar dan berkarya di berbagai negara seperti di New Zealand, Irlandia, Amerika Serikat, Africa Timur, Venezuela dan India.  (qq)

Dana untuk Karyawan Domus Juni 2022

Sebagaimana panti-panti sosial pada umumnya, Domus Pacis St. Petrus juga selalu membutuhkan dana. Memang, sebagai Komunitas Romo Sepuh, Domus menjadi tanggungjawab Keuskupan Agung Semarang. Tetapi anggaran yang diterima belum mencukupi untuk kebutuhan secara keseluruhan. Kondisi para romo sepuh, yang mayoritas lemah bahkan banyak yang membutuhkan bantuan pelayanan khusus, Domus Pacis menjadi semacam semi rumah penampungan para penderita sakit. Selain untuk pentingan perawatan gedung dan kebun, jumah karyawan harus memadahi untuk pelayanan bagi para romo sepuh. Selain 4 orang romo yang membutuhkan penjagaan 24 jam, 6 orang romo lain juga membutuhkan kesiagaan karyawan ketika mengebel minta pelayanan. Tentu saja hal ini tidak bisa menuntut 14 orang karyawan semua selalu harus selalu siaga. Ada yang bergiliran libur. Ada yang hanya bekerja untuk pagi hingga sore dan untuk sore hingga pagi. Dalam hal ini jatah honorarium untuk karyawan sungguh masih membutuhkan tambahan demi kesejahteraan karyawan yang berbuahkan kebaikan dan komitmen kerja.


Dengan keadaan seperti itu Domus Pacis sungguh bersyukur kepada Tuhan karena tergeraknya banyak warga umat Katolik yang peduli. Setiap bulan Domus menerima sumbangan uang dari para pemeduli untuk tambahan honorarium karyawan. Pada bulan Juni 2022 ada 40 kiriman dana, yang berasal dari 37 perorangan dan 3 kelompok. Dari 3 kelompok itu Rm. Bambang yakin berasal dari lebih dari 100 orang. Dari kiriman itu Rm. Bambang mencatat jumlah uang sumbangan masuk sebesar Rp. 25.760.000. Para penyumbang adalah sebagai berikut :

1. Ibu Ida, Bogor; 2. Ibu Haryono; 3. PUPIP Ungaran (86 orang); 4. Ibu Niken Siswoto; 5. Bapak Jono; 6. Ibu Yuliana Sutarni; 7. Ibu Wartini; 8. Ibu Tantiana Windy; 9. Ibu Maria Kristina Dannie; 10. Ibu Christine, Semarang; 11. Ibu Tri Nor Prasetyawan; 12. Ibu Lanni Riyanto (d.a. MG Dwi Astuti / Bu Marcus Smg); 13. Ibu Dicky; 14. Bapak Erick; 15. Ibu Mamik; 16. Ibu Veni Putri; 17. Ibu Dewi Anggraeni; 18. Ibu Sugono; 19. Ibu Harno; 20. Ibu Melly; 21. Ibu Yenyen; 22. Ibu Lani Harsono; 23. Ibu Mrihadi; 24. Bapak Edi Susanto; 25. Ibu Wellanda; 26. Ibu Anna Maria (Ibu2 Babadan);  27. Ibu Bernadet Suwarni; 28. Ibu Drg Yuristianti; 29. Bapak Suwarno, Taman Siswa; 30. Ibu Setyo Budi; 31. Bapak Bambang Triono Cahyadi; 32. Ibu ML Setiyani Indrawati; 33. Bu Chatarina Gunarti; 34. Bu Istiyono; 35. Bu Eny Bernadette; 36. Devosan Kerahiman Mungkid; 37. Keluarga Fransisca Nelwan Mok; 38. Ibu Lili Herawati; 39. Ibu Tini; 40. Ibu Emiliana Kasmudjiastuti.

Lamunan Pekan Biasa XIII

Jumat, 1 Juli 2022

Matius 9:9-13

9 Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku. t " Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. 10 Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. 11 Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" 12 Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. 13 Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, ada gambaran bahwa yang setia kepada Tuhan akan menjaga diri selalu hidup baik. Dia akan mempererat hubungan dengan orang-orang berperilaku baik.
  • Tampaknya, ada gambaran bahwa orang yang setia kepada Tuhan akan menjauhi lingkungan buruk. Dia akan mengambli jarak dari mereka yang berperilaku buruk.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun beriman berkaitan dengan pengembangan diri berperilaku baik, orang yang sungguh beriman justru akan terbuka berbaikan erat dengan mereka yang terjerat oleh kehidupan dengan pola buruk. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang yang sungguh beriman akan ikut ambil bagian jadi duta Tuhan menjadi cahaya kebaikan bagi kaum tidak baik.

Ah, kalau sungguh beriman pasti anti keburukan.

Santo Theobaldus dari Provins

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 03 Jun 2014 Diperbaharui: 15 Februari 2017 Hits: 5811

  • Perayaan
    30 Juni
  •  
  • Lahir
    Tahun 1017
  •  
  • Kota asal
    Provins, Brie, Perancis
  •  
  • Wilayah karya
    Vicenza - Italia
  •  
  • Wafat
  •  
  • 30 Juni 1066 di Salanigo Vicenza Italia - Oleh sebab alamiah
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Tahun 1073 oleh Paus Alexander II

Santo Theobaldus dari Provins adalah seorang pertapa suci dari Perancis. Ia lahir di kota Provins Perancis dalam sebuah keluarga bangsawan tinggi kerajaan.  Ayahnya Arnoul, adalah seorang Pangeran Palatine dari Champagne.

Sebagai seorang pemuda, ia sangat senang membaca kisah kehidupan para pertapa suci seperti santo Yohanes Pembabtis, Santo Paulus pertapa, Santo Anthonius Agung, dan Santo Arsenius. Ia juga sering mengunjungi seorang rahib pertapa bernama Burchard, yang tinggal di sebuah pulau kecil di tengah-tengah Sungai Seine.

Bacaan-bacaan ini dan teladan dari Burchad menumbuhkan benih panggilan Allah dalam hatinya untuk menjalani hidup seperti para pertapa kudus tersebut. Ia sungguh mengagumi cara hidup asketis dan mati-raga dari para pertapa dalam perjuangan mereka untuk meraih kesempurnaan hidup Kristiani.

Hasratnya bernyala-nyala untuk menjadi seorang pertapa membuat pemuda bangsawan ini menolak untuk menikah atau berkarir di bidang Militer.  Ketika pecah perang antara sepupunya Pangeran Blois, Odo II dan Raja Conrad II (Conrad the Salic) karena memperebutkan  mahkota Kerajaan Burgundi, Theobaldus menolak untuk memimpin pasukan dalam pertempuran untuk membantu sepupunya itu. Ia malah berusaha meyakinkan ayah dan keluarganya untuk membiarkannya pergi dan menjadi seorang pertapa.

Karena keinginannya tidak kunjung direstui oleh ayahnya, pada tahun 1054 Theobaldus memutuskan untuk meninggalkan rumah dengan diam-diam.  Bersama seorang teman bernama Walter, mereka pergi untuk menjadi pertapa di daerah Suxy di Distrik Chiny. Kemudian mereka melakukan perjalanan ke Pettingen, di mana dua orang pemuda bangsawan ini mengasah kerendahan hati mereka dengan bekerja sebagai kuli kasar, sambil terus menjalani hidup bermati-raga dan doa secara diam-diam.

Theobaldus dan Walter kemudian menjadi peziarah melalui rute ziarah Santo Yakobus (The Way of St. James) dan setelah itu mereka kembali ke keuskupan Trier. Mereka lalu melanjutkan perziarahan mereka ke Roma dan berencana untuk pergi ke Tanah Suci Yerusalem melalui Venecia. Namun, Walter jatuh sakit dekat di kota Salanigo di Vicenza. Karena itu mereka memutuskan untuk menetap di sana. Tidak lama kemudian Walter wafat. Pertapa suci ini pergi ke surga dengan senyum kebahagiaan di wajahnya.

Theobaldus tetap tinggal di Salanigo dan melanjutkan hidupnya sebagai seorang pertapa. Ketika orang-orang mengetahui akan kesucian hidup Theobaldus, banyak orang datang untuk menjadi muridnya. Marasa terganggu dengan kedatangan banyak orang, Theobaldus lalu berusaha mencari tempat yang lebih sepi untuk dapat mengasingkan diri dan menjalani hidup bermati-raga dengan lebih keras. Namun tetap saja ia diikuti oleh orang-orang yang tertarik untuk mendapat bimbingannya.  

Keharuman namanya dan kesucian hidupnya membuat suatu hari Uskup Vicenza memutuskan untuk mengunjungi pertapaannya.  Sang uskup kemudian mentahbiskan Theobaldus sebagai seorang imam.  Kepada Uskup, Theobaldus kemudian menceriterakan tentang latar belakang keluarganya dan tak lama kemudian kedua orang tuanya datang berkunjung ke pertapaan. Ibunya, Gisela, lalu memutuskan untuk mengikuti jejak Theobaldus dan menjadi seorang pertapa wanita didekat pertapaan anaknya.  

Theobaldus tutup usia pada tanggal 30 Juni 1066. Sesaat sebelum kematiannya ia memutuskan menjadi seorang biarawan Benediktin Kamaldoli (OSB Cam). Karena itu setelah kematiannya, para pengikutnya pun bergabung dengan Konggregasi yang didirikan oleh Santo Romualdus tersebut.

Santo Theobaldus dikanonisasi oleh Paus Alexander II pada tahun 1073.

Wednesday, June 29, 2022

Rm. Bambang Di-Minyak Suci


Malam itu, Rabu 29 Juni 2022, ketika jam hampir menunjukkan angka 09.00 dengan mobil ayla Rm. Hartanta tiba di Domus Pacis St. Petrus Kentungan. Rm. Bambang ikut beliau dengan membawa kursi roda yang masuk dalam mobil. Sebelum berhenti di depan Domus Rm. Hartanta berkata "Ajeng ningali wayang mboten?" (Mau melihat wayang atau tidak?) yang langsung dijawab oleh Rm. Bambang "Mboten. Pun ngantuk" (Tidak, saya sudah mengantuk). Ketika masuk kebun luas antara gedung Fakultas Teologi dan Domus Pacis memang terlihat cukup banyak mobil diparkir. Pada malam itu ada penutupan program formator (pendidik) calon imam dan novis se-Indonesia sekalian syukuran 2 orang diakon ditahbisan jadi imam pada pagi harinya di Seminari Tinggi. Ada acara wayang wahyu yang dimainkan oleh Rm. Handi.

Pada hari itu Rm. Bambang harus mengerjakan beberapa hal, yang biasa dilakukan pada sore hari, pada pagi hingga siang. Seusai makan siang dia hanya istirahat dengan duduk di kursi roda dan pada jam 14.00 mem-publish status santo-santa yang biasa di-publish pada jam 16.00. Dia sudah mandi pada jam 15.00 karena harus siaga pergi ikut Rm. Hartanta ke gereja Paroki Medari. Memang, acara di Medari dimulai jam 17.00 dan Rm. Hartanta mengajak berangkat pada jam 16.00 sehingga Rm. Bambang harus menyiagakan diri sebelumnya. Di Medari Rm. Hartanta diundang oleh Rm. Ari Purnomo untuk mengikuti Perayaan Ulang Tahun Imamat. Acaranya adalah Misa Kudus dan ramah-tamah umat. Bersama Rm. Ari dan Rm. Deny, para pastor Medari, ada 6 orang imam termasuk Rm. Hartanta ikut hadir memimpin Misa. Keenam orang imam itu ditahbiskan pada tanggal sama, yaitu 29 Januari. Lima orang merayakan 12 tahun imamat dan 3 orang lainnya 13 tahun. Sebenarnya bersama mereka ada 9 orang yang berulang tahun ke 12 dan 9 orang lain berulang tahun ke 13 termasuk Rm. Hartanta. Perayaan Misa diikuti oleh amat banyak umat yang memenuhi gedung gereja. Alunan kor yang diiringi musik keroncong sungguh menyemarakkan Misa yang selesai pada jam 19.00.


Yang bagi Rm. Bambang amat mengesankan adalah mayoritas umat yang ikut adalah kaum lansia. Lebih dari 250 warga lansia umat Paroki Medari dihadirkan. Dan Rm. Bambang ikut duduk di tengah-tengah para lansia sebagai salah satu umat lansia. Dalam Misa Ulang Tahun Imamat ke 13 ini, Rm. Ari Purnomo sebagai Pastor Paroki Medari menghendaki ada pelayanan Sakramen Minyak Suci. Rm. Wondo, teman angkatan tahbisan Rm. Ari yang juga Vikep Kevikepan Jogjakarta Barat, menjadi selebran utama. Sesudah homili, yang disampaikan oleh Rm. Agus Widodo, dan Aku Percaya, Rm. Wondo meminta kaum lansia peserta Misa untuk maju seperti kalau menerima Komuni. Para romo melayani dengan mengoleskan Minyak Suci. Ada romo yang mengoleskan di kedua telapak tangan, dan ada yang mengoleskan pada dahi. Rm. Bambang memang sudah berniat menyatu dengan umat lansia yang ikut Misa itu. Maka dia ikut maju dengan kursi rodanya untuk ikut mendapatkan Sakramen Perminyakan. Dahinya mendapatkan olesan Minyak Suci. Peristiwa menerima Sakramen Perminyakan ini pernah dialami oleh Rm. Bambang juga di gereja Paroki Medari. Pada waktu itu dia masih di Domus Pacis Puren beberapa tahun sebelum pandemi Covid-19 ketika ada Misa Lansia.

Lamunan Pekan Biasa XIII

Kamis, 30 Juni 2022

Matius 9:1-8

1 Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. 2 Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni." 3 Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: "Ia menghujat Allah." 4 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? 5 Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? 6 Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" --lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu--:"Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" 7 Dan orang itupun bangun lalu pulang. 8 Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, kalau mau mengampuni orang yang datang untuk minta ampun atas kesalahannya, orang bisa cukup mengatakan “Ya, aku mengampunimu”. Bibir mengucap kata pengampunan dapat dipandang sebagai penerimaan kembali terhadap orang yang bersalah.
  • Tampaknya, akan lain kalau berhadapan dengan orang yang datang untuk minta bantuan. Orang dapat merasa pelepasan tenaga dan atau materi merupakan hal yang terasa berat.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun ucapan bibir “Aku mengampuni” dapat dirasa cukup untuk mengampuni kesalahan orang lain, kesejatian pengampunan jauh lebih berat dibandingkan pemberian apapun yang lain, karena menuntut keikhlasan hati dan penyisihan rasa benci atau sakit hati. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati dalam beriman orang pertama-tama akan berjuang menjadi pengampun.

Ah, kalau disuruh jadi pengampun terus-terusan ya aneh dong.

Santo Paulus Rasul

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 02 September 2013 Diperbaharui: 13 Oktober 2019 Hits: 19932

  • Perayaan
    29 Juni
  •  
  • Lahir
    Hidup abad pertama
  •  
  • Kota asal
    Tarsus
  •  
  • Wilayah karya
    Yerusalem, Asia kecil, Yunani, Roma
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir di Kota Roma Sekitar Tahun 60 - 70
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Saulus adalah seorang Yahudi Farisi yang juga mewarisi kewarga-negaraan Romawi dari ibunya. Saulus atau dalam nama Romawinya Paulus hidup pada jaman Yesus, tetapi sejauh yang kita ketahui mereka berdua tidak pernah bertemu muka. Sebagai seorang pemuda, ia adalah seorang Yahudi yang sangat fanatik, murid terkasih dari Rabbi terkemuka di Yerusalem pada masa itu : Gamaliel.

Ketika ia telah lebih dewasa, ia mulai menganiaya para pengikut Yesus yang dianggapnya sebagai para penghujat Allah. Saulus mungkin bisa disebut sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas kematian martir pertama Stefanus (Kis 7:58); dan atas penganiayaan terhadap jemaat pertama (Kis 8:1-3).

Suatu hari Saulus sedang dalam perjalanan ke kota Damsyik untuk menangkap para pengikut Kristus. Tiba-tiba, suatu sinar yang amat terang melingkupi dia. Sementara ia jatuh rebah ke tanah dan menjadi buta, ia mendengar suatu suara yang berkata, “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” Saulus menjawab, “Siapakah Engkau, Tuhan” Dan suara itu menjawab, “Akulah Yesus yang kauaniaya itu.” Saulus amat terperanjat dan bingung. Beberapa saat kemudian ia bertanya, “Apa yang Engkau ingin aku lakukan?” Yesus memintanya untuk melanjutkan perjalanannya ke Damsyik dan di sana akan dikatakan kepadanya apa yang harus diperbuatnya.

Pada saat itulah, melalui kuasa Tuhan, Saulus menerima karunia percaya kepada Yesus. Dalam keadaan lemah dan gementar, Saulus mengulurkan tangannya untuk meminta pertolongan. Teman-teman seperjalanan menuntunnya memasuki kota Damsyik. Sinar yang amat terang itu telah membutakan matanya untuk sementara waktu. Sekarang, setelah buta matanya, ia benar-benar dapat “melihat” kebenaran. Dan Yesus telah datang secara pribadi kepadanya, berjumpa dengannya, mengundangnya untuk bertobat. Saulus menjadi seorang murid yang amat mengasihi Yesus. Setelah ia dibaptis, yang dipikirkannya hanyalah membantu orang-orang lain untuk mengenal serta mencintai Yesus, Sang Juruselamat.

Kita dapat membaca kisah petualangannya yang mengagumkan demi Kristus dalam kitab Kisah Para Rasul, yang ditulis oleh St. Lukas dimulai pada bab sembilan. Tetapi, kisah yang ditulis St. Lukas berakhir ketika Paulus tiba di Roma. Ia berada dalam tahanan rumah, menunggu diadili oleh Kaisar Nero. Seorang penulis Kristen terkenal dari jaman Gereja Purba, Tertullian, mengisahkan bahwa Paulus dibebaskan setelah pengadilannya yang pertama. Tetapi kemudian, ia dijebloskan kembali dalam penjara. Kali ini, ia dijatuhi hukuman mati. Ia wafat sekitar tahun 67, pada masa penganiayaan yang dahsyat terhadap umat Kristen dalam pemerintahan Kaisar Nero.

Tuesday, June 28, 2022

Misa Komunitas Rabu 29-6-2022 Ditiadakan

Rm. Hartanta sebagai Direktur Domus Pacis selalu membuat jadual petugas liturgi dari Senin hingga Sabtu untuk 2 Minggu. Jadual itu menyangkut tugas dalam Misa Komunitas untuk menjadi lektor, pemimpin, pembaca Injil dan homili, dan juga petugas doa makan sebelum dan sesudahnya. Tentu saja hal itu juga terjadi untuk hari-hari tanggal 27 Juni - 2 Juli dan 4-9 Juli 2022. Tetapi tidak seperti biasa, hari Rabu 29 Juni 2022 pada kolom petugas lektor dan pemimpin misa tertulis "Bergabung di ST Kentungan Pukul 10.00 WIB" dan dalam kolom petugas baca Injil dan homili tertulis "Bergabung di ST Kentungan". Dengan demikian pada hari ini di Domus tidak ada Misa Komunitas. Sebenarnya dulu pada Rabu 29 Juni itu Misa Domus akan diselenggarakan secara istimewa, karena hari ini persis menjadi hari ulang tahun imamat ke 13 Rm. Hartanta. Tetapi ternyata pada hari itu Rm. Ari Purnomo, teman angkatan tahbisan Rm. Hartanta dan Pastor Paroki Medari, mengundang untuk merayakan hari tahbisannya di Medari. 


Adanya keputusan untuk meniadakan Misa Komunitas Domus memang berkaitan dengan peristiwa khusus yang diselenggarakan oleh Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan. Pada Rabu 29 Juni 2022 di Seminari ada tahbisan imamat 2 orang diakon, yaitu Diakon Victor dan Diakon Christian. Keduanya masuk hirarki Keuskupan Agung Semarang. Terhadap peristiwa ini Rm. Hartanta memberi kesempatan ikut Misa Pentahbisan kepada para romo Domus yang masih bisa biasa mengikuti Misa Komunitas Domus. Tetapi kalau tidak ikut tidak akan dipersoalkan. Ternyata ketika ditanya oleh Rm. Hartanta, yang akan ikut ada 4 orang romo: Rm. Ria, Rm. Yadi, Mgr. Blasius, dan Rm. Harto. Rm. Joko tidak ikut karena setiap Rabu harus cuci darah di RS Panti Rapih. Rm. Suntara tidak ikut karena untuk Misa Pentahbisan yang bisa berdurasi 3 jam tidak tahan. Sementara itu Rm. Bambang pada sore hari itu akan ikut Rm. Hartanta yang merayakan Misa Ulang Tahun Tahbisan di Paroki Medari. Sebenarnya untuk para romo yang ikut Misa Pentahbisan diundang makan siang bersama dengan Romo Staf Seminari di ruang makan. Tetapi ketika Rm. Hartanta mendaftar yang akan makan siang di Domus, karena akan disediakan khusus, semua romo Domus mencatatkan diri.

Lamunan Hari Raya

Santo Petrus dan Santo Paulus, Rasul

Rabu, 29 Juni 2022

Matius 16:13-19

13 Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" 14 Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." 15 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" 16 Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" 17 Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. 18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. 19 Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, ada yang menggambarkan bahwa menjadi rasul dalam Gereja itu berarti menjadi penyebar ajaran agama. Untuk itu seorang rasul harus memiliki pengetahuan agama.
  • Tampaknya, ada yang menggambarkan bahwa untuk menjadi rasul serius orang harus terus memperdalam agama supaya memiliki pengetahuan up to date. Dia juga harus punya tekhnik-tekhnik penyampaian yang menarik.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun pengetahuan agama bisa menjadi cakrawala kerasulan dalam Gereja, landasan utama menjadi rasul dalam Gereja adalah hati bahagia sebagai buah dari berbagai pemahaman yang diperoleh dari kebiasaan mendengarkan suara relung hati. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sadar bahwa pemahaman iman terutama datang sebagai anugrah nurani dan bukan pengetahuan kognitif.

Ah, asal tekun memperdalaman ajaran-ajaran Gereja orang pasti lihai menjadi rasul.


Santo Ireneus dari Lyons

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 01 September 2013 Diperbaharui: 03 April 2021 Hits: 12958

  • Perayaan
    28 Juni
  •  
  • Lahir
    antara tahun 120-140
  •  
  • Kota asal
    Yunani
  •  
  • Wilayah karya
    Lyon - Perancis
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir di Lyon pada tahun 202. Makamnya di hancurkan oleh kaum Calvinis pada tahun 1562
  •  
  • Venerasi
    -
  •  
  • Beatifikasi
    -
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Ireneus adalah seorang Yunani yang dilahirkan antara tahun 120-140. Ia beroleh kesempatan istimewa menjadi murid St. Polikarpus.  Polikarpus sendiri adalah murid dari Rasul Yohanes. Suatu ketika Ireneus mengatakan kepada seorang teman, “Aku mendengarkan pengajaran St. Polikarpus dengan amat seksama. Aku menuliskan setiap tindakan maupun perkataannya, bukan di atas kertas, melainkan dalam hatiku.”

Setelah ditahbiskan menjadi seorang imam, Ireneus diutus ke Lyons di Perancis. Di kota inilah Uskup St. Pothinius wafat sebagai martir bersama banyak orang Kristen yang namanya tidak tercatat. Ireneus selamat dari pembantaian ini karena saat itu ia diminta rekan-rekan imam untuk pergi ke Roma untuk menyampaikan pesan mereka kepada Paus. Dalam surat itu, mereka menyebut Ireneus sebagai seorang yang penuh semangat iman.

Ketika Ireneus kembali ke Perancis sebagai Uskup Lyons, masa penganiayaan telah berakhir. Namun demikian, muncul suatu bahaya lain, yaitu ajaran sesat yang disebut Gnostisisme. Bidaah ini memikat sebagian orang dengan iming-iming mendapatkan ajaran rahasia. Uskup Ireneus mempelajari ajaran sesat ini dan memahami bahwa meskipun sepintas terlihat sama, namun Gnostisisme sebenarnya sangat berbeda dengan ajaran iman Kristiani. Secara umum Gnostisisme mengajarkan bahwa dunia fana ini jahat; bahwa dunia ini diciptakan dan diperintah oleh kuasa malaikat, bukan Tuhan; dan bahwa Tuhan berada jauh dan tidak ada hubungannya dengan dunia ini. Keselamatan menurut para Gnostik dapat diraih dengan mempelajari ajaran-ajaran rahasia dan kaum Gnostik adalah orang-orang yang kehidupan rohaninya lebih unggul daripada orang-orang Kristen biasa. Para Gnostik mendukung pendapat ini dengan Injil-Injil Gnostik yang biasanya mencatut nama para rasul.

Demi melawan bidaah Gnostisisme, Ireneus menulis buku Melawan Ajaran Sesat yang isinya membeberkan kebodohan "ajaran yang secara keliru disebut Gnostik". Dengan menyitir gambaran dari Perjanjian Lama dan Baru, Uskup Ireneus membuktikan kesesatan aliran tersebut. Tentang para pengikut Gnostisisme ia menulis :

Dalam perjuangannya melawan Gnostisisme Uskup Ireneus berpegang teguh pada keabsahan pengajaran iman yang diturunkan dari para Rasul. Ia adalah murid Santo Polikarpus, yang adalah murid dari Rasul Yohanes, salah seorang dari 12 murid Yesus. Ireneus menegaskan bahwa para rasul mengajar di tempat-tempat umum dan tidak ada satu pun yang dirahasiakan. Di seluruh kekaisaran, Gereja berpegang pada ajaran yang disampaikan para Rasul Kristus, dan hanya inilah satu-satunya dasar keyakinan. Ireneus menyatakan bahwa para Uskup yang merupakan pelindung iman Kristen adalah penerus para Rasul yang sah. Argumentasinya yang tersebar luas membuat ajaran Gnostis kehilangan pengaruhnya dimasa itu. Meski demikian ajaran ini tetap bertahan sampai abad pertengahan dan gagasan Gnostis kembali muncul seiring dengan bertumbuhnya gerakan mistis esoteris pada akhir abad ke-19 dan abad ke-20 di Eropa dan Amerika Utara.

Santo Ireneus wafat sebagai martir sekitar tahun 202 M.

Setiap Martir Adalah Persembahan Bagi Gereja

Monday, June 27, 2022

Kayak Temu PIA


Lagu-lagu PIA bergema di Domus Pacis St. Petrus pada Minggu itu, 26 Juni 2022. Sebelum lagu-lagu dinyanyikan dua orang muda memandu semua yang hadir. Setiap kali ada yel "Yohanes Pembaptiiiis", semua yang hadir menjawab "Iyeeeee". Kalau yel diucapkan tiga kali, semua menjawab tiga kali "Iyeee". Pemandu mengulang mengucapkan yel dengan hitungan berapa kali sesuai ucapan sang pemandu. Semua menjawab dengan gegap gempita berseru dibaring kedua tangan masing-masing terangkat melambai-lambai. Seusai yel semua tepuk tangan dengan gembira. Kemudian lagu PIA "Yesus pokok anggur" dinyanyikan dengan gerakan-gerakan. Pemandu meminta kata "pokok" tidak diucapkan, dan yang mengucapkan diminta ke depan. Maka beberapa orang yang keliru mengucapkan berdiri berjajar di depan dan membuat gerakan dari lagu-lagu yang dinyanyikan. Lagu yang juga dinyanyikan secara meriah dan menimbulkan gelak tawa penuh keriangan adalah "Aku diberkati".

Itu bukan pertemuan Pendampingan Iman Anak (PIA) lhooo. Itu adalah suasana kunjungan umat Lingkungan Yohanes Pembaptis di Domus pada Minggu 26 Juni 2022. Ini adalah umat Lingkungan di Stasi Maguwa, Paroki Kalasan. Kelimapuluhan orang yang datang terdiri dari kaum tua, kaum muda, dan remaja. Dalam berkunjung itu mereka menyerahkan acara pada yang muda. Ternyata dua orang pemandu mengemas acara dengan model anak-anak PIA. Dan yang sungguh mengagumkan adalah kesediaan kaum tua dan dewasa mengikuti apa yang diminta oleh pemandu. Kalau dilihat justru yang tua dan dewasa melakukan dengan begitu bersemangat penuh gairah. Ketika salah satu bapak diminta untuk memberikan sambutan, setiap kali pokok omongan disampaikan selalu disambut dengan tepuk tangan meriah. 

Pada waktu itu para romo yang ikut menyambut adalah Mgr. Blasius, Rm. Ria, Rm. Yadi, dan Rm. Bambang. Pada waktu pemandu membuka kesempatan bagi para tamu untuk bertanya kepada para romo, Rm. Bambang tampil memandu jawaban dari para romo. Kebetulan saja ketika masih aktif berkarya di Karya Kepausan Indonesia Keuskupan Agung Semarang (KKI KAS), yang berbasis di Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM), salah satu bidang karya Rm. Bambang adalah pengembangan keterlibatan anak dan remaja dalam pengembangan jemaat. Maka, ketika memandu jawaban-jawaban dari pertanyaan para tamu, Rm. Bambang menggunakjan model pendamping PIA omong dengan anak-anak. Inilah yang membuat setiap muncul jawaban dari para romo selalu disambut dengan tepuk tangan meriah. Tentu saja Rm. Bambang juga menjelaskan secara singkat tentang Domus termasuk para romo dan karyawannya. Acara dengan para romo berlangsung lebih dari 75 menit. Para tamu kemudian mengadakan acara sendiri untuk pemilihan ketua Lingkungan. 

Lamunan Peringatan Wajib

Santo Ireneus, Uskup dan Martir

Selasa, 28 Juni 2022

Matius 8:23-27

23 Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nyapun mengikuti-Nya. 24 Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur. 25 Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: "Tuhan, tolonglah, kita binasa." 26 Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?" Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali. 27 Dan heranlah orang-orang itu, katanya: "Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?"

Butir-butir Permenungan

  • Katanya, tidur adalah penting untuk kesehatan seseorang. Yang sulit tidur dapat amat menderita sehingga harus minum obat tidur.
  • Katanya, meski penting untuk kesehatan, kalau orang terlalu suka tidur hal ini juga berbahaya. Jangan-jangan dia pemalas dan tak suka kerja.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun tidur penting untuk kesehatan dan keseimbangan hidup, kemampuan tidur ketika sedang mengalami masalah-masalah hidup menjadi tanda adanya ketenangan batin karena punya sikap penyerahan diri pada yang bertahta di dalam relung hati. Karena kemesraannya dengan relung hati orang memiliki ketenangan batin mendalam sehingga di kala menghadapi masalah sebesar apapun tetap dapat beristirahat dengan nyenyak.  

Ah, kalau berhadapan dengan masalah kok bisa tidur, itu artinya orang tak punya keseriusan hidup.

Santo Sirilus dari Alexandria

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 01 September 2013 Diperbaharui: 20 Oktober 2019 Hits: 8907

  • Perayaan
    27 Juni
  •  
  • Lahir
    tahun 370
  •  
  • Kota asal
    Alexandria - Mesir
  •  
  • Wafat
  •  
  • tahun 444 - Sebab alamiah
  •  
  • Venerasi
    -
  •  
  • Beatifikasi
    -
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Sirilus dilahirkan di Alexandria Mesir pada tahun 370. Pamannya adalah patriark atau uskup agung Aleksandria bernama Teofilus. Pamannya seorang yang baik, tetapi terkadang cepat marah dan keras kepala. Patriark Teofilus adalah salah seorang yang bertanggung-jawab atas pembuangan pertama St. Yohanes Krisostomus pada tahun 403. Tetapi kaisar membawa kembali Patriark Yohanes ke Konstantinopel setelah terjadi huru-hara dan gempa bumi di Kota itu.  Tampaknya Sirilus juga ikut terpengaruh oleh prasangka buruk pamannya terhadap Patriark Yohanes. Karena itu Sirilus juga mendukung pengucilan terhadap Patriark Yohanes Krisostomus.

Ketika pamannya wafat pada tahun 412, Sirilus diangkat menggantikannya. Ia mempunyai cinta yang berkobar-kobar kepada Gereja dan kepada Yesus. Ia tidak mencari pujian orang ataupun kedudukan karena ia seorang yang jujur, suka berterus terang dan tegas. Sikapnya ini membuat banyak orang tidak menyukainya. Namun Ia tidak peduli. Dengan gagah berani ia tetap mewartakan dan mempertahankan iman Gereja dari ajaran-ajaran sesat. Namun, seperti pamannya Teofilus, Patriark Sirilus juga adalah seorang yang keras kepala. 

Perangainya ini pastilah membuatnya menderita. Walau demikian, umat Kristiani patut berterima kasih kepadanya atas banyak kecakapannya yang mengagumkan. Sebagai misal, ia dengan tidak gentar membela Gereja dan membela apa yang ia yakini kebenarannya. St Sirilus adalah wakil Paus Santo Selestinus I dalam Konsili Efesus pada tahun 431. Konsili ini merupakan sidang resmi Gereja yang melibatkan lebih dari dua ratus uskup yang ada waktu itu. Mereka memeriksa ajaran sesat Nestorian yang diajarkan oleh Patriark Nestorius. Hasil Konsili menerangkan dengan jelas bahwa Nestorius salah dalam beberapa kebenaran penting yang kita yakini. Paus memberinya waktu sepuluh hari untuk berjanji bahwa ia tidak akan mewartakan ajaran-ajarannya sendiri yang salah. Tetapi Nestorius tidak mau. Konsili menjelaskan kepada umat Allah bahwa kita tidak dapat menerima ajaran-ajaran sesat. Para uskup begitu jelas menerangkan hingga ajaran-ajaran sesat ini tidak pernah lagi menjadi ancaman besar bagi Gereja.

Gereja sangat berterima kasih kepada Patriark Alexandria Sirilus yang telah memimpin jalannya Konsili. Pada akhirnya Nestorius dengan diam-diam pulang kembali ke biaranya dan tidak lagi membingungkan umat.  Sirilus kembali juga ke keuskupan agungnya dan bekerja keras demi Gereja hingga ia wafat pada tahun 444. Paus Leo XIII memaklumkan St. Sirilus sebagai Pujangga Gereja pada tahun 1883.

Sunday, June 26, 2022

Misa 100 Hari Wafat Cik Ay Ing


Sabtu itu adalah tanggal 25 Juni 2022. Sejak pagi sekitar jam 10.00 sudah ada tanda-tanda akan adanya peristiwa khusus. Kursi-kursi, yang biasa dikeluarkan untuk menerima hadirnya banyak orang, mulai dikeluarkan. Ada yang ditata di kapel dan ada yang ditata di ruang televisi serta bagian barat ruang besar Domus Pacis St. Petrus. Bahkan meja-meja yang biasa dipakai untuk menata hidangan konsumsi khusus juga sudah tertata di ruang televisi. Sehabis makan siang Mas Hari dan Mas Agus mengambil keyboard yang ada di dalam kamar Rm. Bambang untuk disiapkan di kapel. Itu terjadi karena Rm. Bambang menerima pesan WA di HP-nya dari Mas Benny, warga Paroki Kidul Loji, yang berkata "Shallom Rm Bambang. Slamat Pagi. Slamat beraktivitas dihari ini. Semoga smuanya baik yaaa Romo. Slalu sehat sukacita sukses dan penuh semangat.... Oia Romo, nanti sore khan ada Misa 100 hari Bu Joko di Wisma Romo Sepuh Seminari Kentungan. Nanti saya ngiringi, apakah bisa pinjam keyboard seperti biasanya punya Rm Bambang.... Maturnuwun sebelumnya ya Romo. Sampai nanti sore. Happy weekend dan BDGY....."

Semua itu terjadi karena pada jam 19.00 atau 07.00 malam akan ada keluarga yang meminta misa ujub. Keluarga Pak Joko dari kampung Pajeksan, Paroki Kumetiran, meminta Rm. Bambang untuk memimpin Misa Peringatan 100 hari istrinya, yaitu Ibu Maria Rosalina Tiong Ay Ing. Pak Joko meminta pelaksanaan di Domus. Beliau dan keluarga bersama umat Lingkungan Pajeksan datang di Domus. Keluarga Pak Joko dan umat Pajeksan memang sudah akrab dengan Domus Pacis sejak berada di Puren, Pringwulung, sebelum pandemi Covid-19. Itu semua karena peran almarhum Cik Ay Ing, demikian orang biasa menyebut, yang memiliki perhatian besar pada para romo sepuh yang tinggal di Domus. Dulu peristiwa-peristiwa khusus keluarga biasa dijadikan pesta yang diselenggarakan di Domus bersama para rama sepuh. Tentu saja semua selalu dengan misa yang menghadirkan umat Pajeksan sehingga selalu ada kor umat. Pada waktu para romo harus merayakan sendiri hari-hari besar Gereja, karena ada pandemi sehingga tak bisa ikut di gereja Paroki, Cik Ay Ing bersama umat Pajeksan selalu mendukung dengan kor yang menyemarakkan kehidupan para romo Domus. 

Hubungan dengan keluarga almarhum Cik Ay Ing tidak terputus walau para romo sepuh Domus Pacis Puren sudah pindah di Domus Pacis St. Petrus, Kentungan. Bahkan wafatnya membuat hubungan Domus, yang tadinya hanya sebatas dengan yang di Jogja terutama umat Pajeksan, meluas ke sanak keluarganya bahkan yang jauh di luar Jogja. Ternyata Pak Joko, suami almarhum Cik Ay Ing, dan anaknya selalu menyelenggarakan peringatan-peringatan wafat almarhum di Domus. Yang paling menonjol adalah suasana gembira dengan lagu-lagu ceria yang amat mewarnai misa kudus. Umat Pajeksan dan keluarga memang selalu terkenang akan sosok Cik Ay Ing yang selalu gembira penuh tawa sekalipun sedang jengkel. Beliau memang amat merakyat sehingga bersedia untuk menjadi Ketua Umat Lingkungan lebih dari satu periode. Kepedulian sosial juga amat terasa. Ketika dilaksanakan misa peringatan untuk arwahnya, selalu ada yang teringat kata-katanya "Suk nek aku mati, lagu-lagune sing gembira lho" (Kalau aku dipanggil Tuhan, lagu-lagunya harus yang menggembirakan lho). Inilah yang selalu membuat makan bersama seusai misa-misa peringatan wafat Cik Ay Ing menjadi seperti ramah tamah reunian.

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...