diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 20 April 2014 Diperbaharui: 15 April 2017 Hits: 6013
- Perayaan19 April
- Lahir21 Juni 1002
- Kota asalEguisheim, Alsace (Sekarang wilayah Perancis)
- Wafat
- 19 April 1054 di Basilika St.Petrus, Roma, Italy - karena sebab alamiah
- Beatifikasi-
- Kanonisasi
- Tahun 1082 oleh Santo Paus Gregorius VII
Ketika berumur 5 tahun, ia disekolahkan di sekolah yang didirikan oleh Uskup Bertold di Toul, Perancis. Ketika saudara sepupunya diangkat menjadi Kaisar Jerman dengan nama Conrad II, Bruno juga diangkat menjadi pembantu uskup Harriman di Toul. Selanjutnya pada tahun 1027 ia diangkat menjadi Uskup Toul menggantikan Uskup Harriman. Selama 22 tahun Uskup Bruno bekerja keras membina iman umatnya dan membaharui keuskupannya.
Sepeninggal Paus Damasus II pada tahun 1048, Uskup Bruno secara mengejutkan diajukan sebagai Paus oleh Kaisar Henry III, saudara sepupunya. Walaupun Bruno merasa berat hati menerima jabatan tersebut, namun ia bersedia juga berangkat ke Roma pada akhir bulan Desember 1048.
Perjalanan dari Jerman ke Roma bagaikan sebuah perjalan ziarah bagi Bruno. Sepanjang perjalanan ia selalu singgah dan berdoa di setiap gereja atau biara yang dilaluinya. Ketika tiba di Besançon, Bruno disambut oleh sahabatnya Santo Hugo dari Cluny, yang saat itu menjadi kepala biara. Santo Hugo dan seorang biarawan muda bernama Hildebrand, (Santo Paus Gregorius VII), bergabung dengan rombongan Bruno dan ikut serta dalam perjalanan ke Roma. Mereka memasuki kota Roma pada awal Februari tahun 1049 dengan pakaian peziarah yang lusuh dan tanpa mengenakan alas kaki.
Para peziarah ini diterima dengan penuh keramahan oleh warga kota Roma. Sambutan ini membuat Bruno bersyukur karena sebelumnya ia sempat berpikir akan ditolak oleh warga Roma karena ia adalah seorang berkebangsaan Jerman. Tetapi warga Roma dengan antusias berkumpul di Basilika Santo Petrus untuk menyambut pemimpin mereka yang baru. Para imam kota Roma dengan suara bulat menerima Bruno dan mentahbiskannya sebagai Paus ke-151 dengan nama Leo IX.
Semenjak awal kepemimpinannya, Paus Leo IX melancarkan aksi pembaharuan di seluruh gereja. Terlebih dahulu ia memperbaharui cara hidup para imam, sambil berusaha keras menentang kembalinya Benediktus IX ke atas tahta kepausan. Ia juga berusaha menyehatkan kembali keuangan Takhtah Suci yang porak poranda.
Upaya pembaharuan Paus Leo IX selanjutnya adalah memberantas praktek Simoni (membeli jabatan gerejani dengan uang) dan membenahi kehidupan rohani para imam yang tidak lagi mengindahkan keluhuran hidup selibat. Paus membatalkan semua tabhisan imamat yang telah dibeli dengan uang, meskipun ia harus menghadapi perlawan keras dari para bangsawan Italia dan imam-imam yang dipecatnya. Ia kembali menegakkan aturan hidup selibat bagi para imam dan tidak memperkenankan campur tangan kaum awam dalam pencalonan dan pentahbisan imam-imam baru.
Paus lalu mengadakan perjalanan ke seluruh Eropa untuk menjelaskan keabsahan dan ketulusan rencana-rencananya. Ia mengadakan serangkaian konsili di Pavia, Italia, Reims, Perancis dan Mainz-Jerman untuk membicarakan masalah kehidupan rohani para imam dan memecat imam-imam yang tidak hidup menurut cita-cita imamat. Dari tahun 1050 sampai 1053, Paus Leo IX beberapa kali mengadakan perjalanan ke Italia Selatan, Jerman dan Perancis dan menggelar konferensi-konferensi di Langres, Traves, Pressburg, Ratisbon, Augsburg dan Mantua.
Pada tahun 1050, paus Leo IX menggelar sebuah konsili di Roma untuk membicarakan masalah Berengarius dari Tours dan pengikut-pengikutnya yang tetap menyangkal kebenaran ajaran iman akan kehadiran Yesus Kristus dalam Ekaristi dan transubstansi (perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus). Dalam konsili ini, Berengarius dijatuhi hukuman ekskomunikasi.
Dalam masa kepemimpinannya Paus Leo IX berusaha membenahi hubungan Gereja Barat dan Gereja Timur dari ancaman perpecahan. Pada tahun 1054 ia mengirimkan surat kepada Patriark Michael Caerularius, di Konstantinopel yang isinya berusaha meyakinkan Patriark Michael bahwa deklarasi “Donation of Constantine” adalah benar-benar asli dan bukan sebuah mitos, sehingga hanya penerus apostolik Petrus yang memiliki keutamaan dan adalah pemimpin yang sah dari semua Gereja. Konstantinopel menolak klaim keutamaan penerus Petrus, sehingga terjadilah perpecahan yang menyedihkan. Satu Gereja terbelah menjadi Gereja Timur dan Gereja Barat (Skisma Besar Timur-Barat 1054).
Bapa Paus Leo IX tutup usia pada tanggal 19 April 1054. Ia akan tetap dikenal sebagai seorang pembaharu Gereja, seorang pemberangus praktek simonia dalam gereja dan seorang yang berjasa memperbaharui kehidupan rohani para imam.
No comments:
Post a Comment