Thursday, February 3, 2022

Santo Yohanes de Britto

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 04 November 2014 Diperbaharui: 23 Maret 2021 Hits: 10595

  • Perayaan
    4 Februari
  •  
  • Lahir
    1 Maret 1647
  •  
  • Kota asal
    Lisbon Portugal
  •  
  • Wilayah karya
    Tamil Nadu - India
  •  
  • Wafat
  •  
  • Martir - Dipenggal pada tanggal 4 February 1693 di Oreiour, India
  •  
  • Venerasi
    29 September 1851 oleh Paus Pius IX (decree of martyrdom)
  •  
  • Beatifikasi
    21 Agustus 1853 oleh Paus Pius IX
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 22 Juni 1947 oleh Paus Pius XII

Santo Yohanes de Britto (João de Britto) lahir di Lisbon Portugal pada tanggal 1 Maret 1647 dalam sebuah keluarga bangsawan Portugal yang sangat berpengaruh. Ayahnya, Salvador de Britto Pereira, meninggal saat menjabat sebagai Viceroy (Gubernur) Portugis di Brasil.

De Britto bergabung dengan Serikat Yesus pada tahun 1662, dan melanjutkan studinya di Universitas Coimbra. Setelah ditahbiskan menjadi imam, de Britto dikirim ke daerah misi di Madurai, India Selatan (kini Tamil Nadu) pada tahun 1673. Misi yang dirintis para Jesuit ini dikenal sebagai The Madurai Mission atau Misi Madurai.

Misi Madurai adalah upaya yang cukup berani dari para Jesuit untuk membangun Gereja Katolik India yang bebas dari kultur budaya Eropa. Para missionaris mempelajari bahasa setempat, berusaha sedapat mungkin hidup seperti kaum Brahmana, dan menyesuaikan penginjilannya dengan pola pikir orang India Selatan. Hasilnya sangat menggembirakan; rakyat berbondong-bondong minta dibaptis.

Semula penguasa setempat bersikap acuh terhadap para missionaris. Sampai suatu saat datang keluhan dari anggota keluarga kerajaan. Ada seorang pangeran dari Marava yang memiliki beberapa orang istri, ingin dibaptis. Yohanes de Britto bersedia membabtis, namun memberi syarat agar ia hidup hanya dengan seorang istri dan melepaskan isteri-isterinya yang lain. Pangeran itu bersedia, namun salah seorang istrinya tidak dapat menerima perceraiannya. Sang mantan istri, yang adalah kemenakan raja Sethupathi Marava, mengadukan nasibnya kepada raja dan menunjuk Yohanes de Britto sebagai biang keladinya. Raja menjadi sangat marah, bukan saja kepada para missionaris, tetapi juga pada semua orang yang telah dibabtis.

Maka mulailah pengejaran dan penganiayaan atas umat Kristiani. De Britto ditangkap dan dijatuhi hukuman mati dengan tuduhan berusaha mengubah agama negara. Ia sempat menulis surat perpisahan yang amat mengharukan bagi rekan-rekan misionaris pada malam menjelang pelaksanaan hukuman mati.

No comments:

Post a Comment

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...