Dengan makin bertambahnya usia, pada umumnya kaum lansia memang makin berada dalam keadaan rentan. Ada penurunan kondisi fisik dan kejiwaan. Dari segi fisik badan bisa melemah apalagi kalau kemudian ada penyakit. Penyakit memang mudah menyerang kaum lansia sehingga ada model penyakit yang dijadikan sebagai kemungkinan ciri ketuaan seperti hipertensi, diabetes, kolesterol. Dari segi kejiwaan kaum lansia mudah kena perasaan tidak nyaman, gelisah, dan bahkan ketegangan batin. Ada yang menderita batin karena banyak teman sebaya sudah pada wafat. Ada yang mudah mengalami kesendirian yang bisa berakibat kesepian. Apalagi kalau sudah mengalami derita penyakit yang cukup berkepanjangan, hal ini bisa berakibat memperberat perasaan. Sebaliknya perasaan yang diwarnai ketegangan dan atau tekanan batin, ini bisa memperparah penyakit atau bisa pula berakibat psikosomatis atau raga sakit akibat tekanan batin.
Ketika memikirkan hal itu, pikiran Rm. Bambang mengarah ke kondisi para rama sepuh serumah di Domus Pacis St. Petrus. Untuk kondisi Rm. Tri Wahyono, Rm. Harto, dan Rm. Joko Sistiyanto, mereka sudah mengalami kondisi fisik sakit sejak lama. Untuk Rm. Supriyanto, kondisi dimesia yang amat parah juga sudah terjadi sejak belum masuk rumah tua. Tetapi ada 3 orang rama yang bagi Rm. Bambang bisa dikatakan belum lama mengalami derita penyakit :
- Rm. Jayasewaya. Beliau memang sudah termasuk amat pikun. Maka untuk megontrol diri sudah di luar kemampuannya. Segalanya dibantu oleh penjaga khusus. Maka, karena ketidakmampuan mengontrol diri, ketika terjatuh beliau mengalami keretakan pangkal paha kiri. Pernah dioperasi, tetapi kemudian dioperasi lagi untuk reposisi tulang yang bergeser. Yang jelas akhirnya dokter mengatakan untuk dijaga saja. Kini beliau hanya berada di dalam kamar. Seringkali terdengar teriakannya yang mungkin karena ada rasa sakit atau karena kejenuhan.
- Rm. Tri Hartono. Barangkali karena kadar gula yang selalu tinggi, pada Desember 2021 beliau mengalami stroke. Bagian tubuh sebelah kanan dan mulut melemah. Beliau harus mengalami terapi mulut untuk ajar bicara dan terapi kaki kanan. Untuk menyantap asupan Rm. Tri Hartono harus dibantu dengan sonde. Insulin harus disuntikkan 3 kali dalam sehari. Tetapi hingga tulisan ini disajikan gula darahnya masih di atas 300. Rm. Tri Hartono amat kerap membunyikan bel untuk memanggil karyawan.
- Mgr. Blasius. Barangkali sejak 17 Agustus 2021 ketika terjatuh, Mgr. Blasius sudah tidak sekuat lagi untuk berjalan sendiri. Beliau sudah mulai biasa berkursi roda didorong karyawan untuk bermobilitas. Kondisi fisiknya mulai kerap bermasalah misalnya tubuh gemetaran dan kepala pusing. Akhir-akhir ini telapak kaki kirinya membengkak. Pada Rabu 2 Februari 2022 beliau didampingi Mas Fallah, salah satu tenaga Domus, periksa dokter di RS Panti Rapih. Beliau harus periksa darah. Sehari berikutnya harus datang lagi untuk periksa di unit radiologi.
No comments:
Post a Comment