diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 06 Jun 2014 Diperbaharui: 06 Jun 2014 Hits: 7021
- Perayaan07 Februari
- Lahir25 Maret 1825
- Kota asalLille, Perancis
- Wafat
- 7 Februari 1871 di Paris, Perancis - Karena sakit kanker
- Venerasi22 Februari 1955 oleh Paus Pius XII
- Beatifikasi26 Mei 1957 oleh Paus Pius XII
- Kanonisasi
Sesudah menerima Komuni Kudus pada hari peringatan jiwa-jiwa di Api Penyucian tahun 1853, ia merasakan dalam hatinya suatu gejolak batin yang luar biasa kuatnya: Ia merasa mendapat panggilan Allah untuk membina suatu tarekat baru bagi suster-suster yang khusus mengabdikan diri bagi kepentingan jiwa-jiwa yang masih bergulat dengan penderitaan di api penyucian dengan doa dan tapa serta pekerjaan amal kasih. Gejolak hati itu tak tertahankan. Namun ia masih juga merasa ragu-ragu akan panggilan Ilahi itu. Guna mendapatkan kepastian akan pentingnya mendirikan tarekat itu dan agar tarekat itu tidak didirikan atas dorongan emosional perorangan belaka, ia meminta kepada Tuhan lima buah tanda sebagai petunjuk perihal apa yang dikehendaki-Nya dari padanya. Tuhan mengabulkan permohonannya itu selama 2 tahun awal karyanya.
Kecuali itupun, ia meminta petunjuk dari Santo Yohanes Maria Vianney, Imam dari Ars yang pada waktu itu sudah termasyur namanya karena berbagai karunia yang luar biasa yang diberikan Allah kepadanya. Kepada Eugenia, Imam Ars yang Kudus itu mengatakan bahwa pendirian tarekat baru yang diusulkan berkenan kepada Allah dan sangat berguna bagi pembebasan jiwa-jiwa di api penyucian. Kata-kata Santo Yohanes MV memberinya peneguhan untuk memulai karya agung itu.
Dengan ijin Uskup Agung Paris, rumah biara pertama tarekat itu dibangunnya di Paris pada tahun 1856. Sejak itu ia mengganti namanya dengan nama baru: Maria, Puteri Penyelenggara Ilahi, karena segala yang terjadi atas dirinya adalah atas penyelenggaraan Ilahi Allah. Kepercayaannya akan Penyelenggaraan Ilahi tak pernah mengecewakan dia.
Dalam beberapa tahun, Tarekat Suster-suster Pembantu Jiwa- jiwa di Api Penyucian tersebar ke seluruh dunia: Eropa, Amerika dan Asia. Akan tetapi kemajuan ini tidak tercapai tanpa mengarungi sengsara. Banyak salib penderitaan yang ditanggungnya: ia terserang penyakit kanker, fitnahan dan olokan. Meskipun demikian, semuanya itu ditanggungnya dengan sabar penuh iman sambil tetap bersemangat melaksanakan tugasnya. Bapa pengakuannya sendiri bersusah payah mengendalikan dia agar tidak terlalu giat sementara ia dalam keadaan sakit. Namun ibu Maria toh tidak dapat dikekang semangat pengabdiannya, karena ia yakin bahwa Tuhan menyertainya.
Setelah menerima Sakramen terakhir dari tangan Pater Petrus Olivaint, (beberapa bulan kemudian Pater Petrus mati sebagai martir di Tiongkok) Ibu Maria wafat dengan tenang pada tanggal 7 Februari 1872. Kata terakhir yang ditinggalkannya kepada suster-susternya ialah Cinta Kasih.
Ia dibeatifikasi oleh Paus Pius XII (1939 - 1958) pada tanggal 26 Mei 1957.
No comments:
Post a Comment