Sunday, July 31, 2022

Geng Kerep


Pada sekitar jam 09.40 ada telepon masuk di WA Rm. Bambang. "Saya sudah sampai Jogja, romo. Dimana rumah romo?" terdengar suara Ibu Kiem yang langsung dijawab oleh Rm. Bambang "Jalan Kaliurang. Cari Seminari Tinggi, terus masuk dan tanya satpam". Lebih dari 10 menit kemudian Bu Kiem kembali telepon "Kami sudah masuk bagian belakang dan ada banyak pintu. Mana masuknya?". Lalu terjadi dialog dengan Rm. Bambang "Sudah sampai kuburan?" ..... "Sudah. Apakah masuk tempat yang main badminton?"..... "Jangan lihat samping. Lihat seberang dari kuburan. Ada kebun dengan pohon-pohon tinggi. Kemudian tampaklah bangunan gedung. Itulah Domus Pacis St. Petrus". ..... "Oh, ya. Kami segera masuk". Setelah itu Rm. Bambang duduk di kursi roda menyiapkan diri di depan pintu kamarnya. Dan kemudian muncul ibu-ibu diiringi oleh Rm. Hartanta.

Rm. Bambang menghampiri mereka sementara Rm. Hartanta memanggil beberapa romo lain yang bersedia ikut menyambut. Berdatanganlah Rm. Harto, Mgr. Blasius, dan Rm. Yadi. "Anda telah masuk di Domus Pacis Santo Petrus. Silahkan omong-omong dengan para romo ini. Rm. Bambang akan memandu ibu-ibu. Maafkan saya karena ada tamu kelompok lain" kata-kata dari Rm. Hartanta memberikan sambutan singkat. Setelah Rm. Hartanta meninggalkan rombongan yang terdiri dari 7 orang ibu ini, terjadilah omong-omong santai. "Anda semua datang dari mana?" tanya Mgr. Blasius yang disahut jawaban dari Bu Agustina Kiem "Kami ini dari Semarang, Paroki Sendang Guwa. Kami kelompok yang menamakan diri Geng Kerep. Sebenarnya kami terdiri dari banyak anggota yang selalu aktif ikut Novena Kerep sembilan kali Misa setiap tahun. Kami bertujuh mewakili teman-teman untuk mengunjungi para romo Domus". Omong dimulai dengan tanya nama-nama keempat romo, asalnya, usianya, dan pernah berkarya dimana saja. Tetapi ketika mereka juga mengenalkan diri, yang diucapkan justru jadi candaan yang membuat tawa ceria. Misalnya ada ibu yang bilang "Usia saya setahun di bawah Romo Bambang. Dan saya sudah 20 tahun menjanda" yang langsung disergah oleh Rm. Bambang "Kalau begitu sekarang mau apa dengan saya?". Omong-omong sembronoan jadi omong-omong yang tidak terasa terjadi lebih dari 90 menit.

Kehadiran Geng Kerep dari Semarang ini bagi Rm. Bambang membawa hal baru. Memang, mereka membawa oleh-oleh menu khas Semarang untuk tambahan lauk pauk. Mereja juga menikmati sajian teh, idamame, dan pisang godog dari Domus. Tetapi kedatangan ibu-ibu ini membawa oleh-oleh yang ketika ditawarkan "Akan dimakan pada waktu makan siang atau sekarang?", ternyata Mgr. Blasius berkata "Sekarang ya bisa". Rm. Bambangpun langsung berucap "Kalau begitu anggap saja ini snak pagi" yang membuat ibu-ibu tertawa. Maka para romo langsung menyantap oleh-oleh itu, yaitu kemasan dos isi bubur yang kemudian ada kelengkapan kuah dan telur. Para romo menerima dan menyantap dilayani ibu-ibu. "Baru kali ini ada tamu membawa oleh-oleh snak bubur" komentar Rm. Bambang. Ternyata jumlah dos bubur ada banyak sehingga para karyawan dan romo lain juga ikut mendapatkan. Bahkan ketika makan siang, para romo yang sudah ikut menikmati sebagai "snak" masih ikut mendapatkan bagian ketika makan siang. Para ibu itu menutup kunjungan dengan mendoakan para romo dan kemudian menerima berkat dari Rm. Yadi.

Lamunan Peringatan Wajib

Santo Alfonsus Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja

Senin, 1 Agustus 2022

Matius 14:13-21

13 Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota mereka. 14 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit. 15 Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa." 16 Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan." 17 Jawab mereka: "Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan." 18 Yesus berkata: "Bawalah ke mari kepada-Ku." 19 Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak. 20 Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh. 21 Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, orang bisa merasa berkekurangan kalau persediaan yang dimiliki tidak sebanding kebutuhannya yang lebih besar. Bahkan dia bisa merasa amat berkekurangan karena yang dimiliki amat sedikit sementara yang dibutuhkan amat besar.
  • Tampaknya, kondisi seperti itu dapat membuat orang mengalami kesulitan bahkan kesusahan besar. Dia berada dalam kondisi yang harus ditolong.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun berada dalam kondisi berkekurangan, kalau relung hatinya diwarnai oleh rasa ceria dalam keadaan apapun, orang akan menemukan jalan sendiri untuk keluar dari hal yang oleh umum dianggap menyusahkan dan membingungkan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang bisa bersyukur dalam kondisi seperti apapun dan akan menemukan cakrawala keluar dari masalah bahkan menjadi motivator solidaritas antar yang berkekurangan.

Ah, kalau berkekurangan harus dicarikan bantuan.

Santo Ignasius dari Loyola

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 11 September 2013 Diperbaharui: 07 Oktober 2019 Hits: 28318

  • Perayaan
    31 Juli
  •  
  • Lahir
    tahun 1491
  •  
  • Kota asal
    Loyola, Guipuzcoa, Spanyol
  •  
  • Wafat
  •  
  • 31 Juli 1556 di Kota Roma - terkena sakit “Demam Romawi” (semacam penyakit malaria yang berulang-ulang terjadi di kota Roma, Italia, di beberapa periode dalam sejarah)
  •  
  • Beatifikasi
    27 Juli 1609 oleh Paus Paulus V
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 12 Maret 1622 oleh Paus Gregorius XV

Ignacio López de Loyola  atau yang kita kenal sebagai St. Ignasius de Loyola adalah pendiri dari Serikat Yesus. Ia dilahirkan di Kastil keluarga bangsawan Loyola di wilayah Basque, Spanyol. Ketika masih kanak-kanak, ia dikirim untuk menjadi abdi di istana raja. Di sana ia tinggal sambil berangan-angan bahwa suatu hari nanti ia akan menjadi seorang kesatria yang hebat. Ignasius kemudian masuk militer dan menjadi seorang perwira.

Pada penyerbuan benteng Pamplona, Ignasius bertempur dengan berani namun ia terkena peluru meriam dan terluka parah.  Di kemudian hari, ia mendapat penghargaan karena kegagahannya dalam pertempuran itu. Tetapi, luka di tubuhnya membuat Ignatius terbaring tak berdaya selama berbulan-bulan di atas pembaringannya di Benteng Loyola.

Ignatius meminta buku-buku bacaan untuk menghilangkan rasa bosannya. Ia menyukai cerita-cerita tentang kepahlawanan, tetapi di sana hanya tersedia kisah hidup Yesus dan para kudus. Karena tidak ada pilihan lain, ia membaca juga buku-buku itu. Perlahan-lahan, buku-buku itu mulai menarik hatinya. Hidupnya mulai berubah. Ia berkata kepada dirinya sendiri, “Mereka adalah orang-orang yang sama seperti aku, jadi mengapa aku tidak bisa melakukan seperti apa yang telah mereka lakukan?” Semua kemuliaan dan kehormatan yang sebelumnya sangat ia dambakan, tampak tak berarti lagi baginya sekarang. Ia mulai meneladani para kudus dalam doa, silih dan perbuatan-perbuatan baik.

Setelah sembuh, Ignasius mengunjungi sebuah biara di mana ia menanggalkan jubah militernya dan mempersembahkannya pada lukisan Sang Perawan Maria. Ia kemudian pergi ke kota Catalunya, dan selama beberapa bulan tinggal di sebuah gua di dekat kota itu di mana ia bertapa dengan keras. Ignatius juga mengalami beberapa penampakan di tengah-tengah hari selama di rumah sakit. Penampakan-penampakan yang terjadi berulang kali ini tampil sebagai “suatu wujud yang mengambang di udara yang berada di dekatnya dan wujud ini memberinya rasa ketenangan yang amat mendalam karena wujud itu sangatlah indah … wujud itu entah bagaimana terlihat memiliki bentuk mengular dan memiliki banyak benda yang bersinar seperti mata, tapi bukanlah mata. Ia menjadi bahagia dan mengalami ketenangan hanya dengan menatap wujud ini … namun ketika wujud ini hilang ia menjadi sedih.”  

Ignasius lalu berziarah ke Tanah Suci dan ia bertekad untuk mentobatkan orang-orang yang belum mengenal Yesus disana. Namun ia tidak diperkenankan. Lalu veteran perang yang berusia 30 tahun itu pulang dan mulai belajar untuk mempersiapkan dirinya berkarya bagi nama Yesus. Mula-mula ia  belajar bahasa Latin bersama anak-anak sekolah dasar di Barcelona sampai kemudian meraih gelar sarjana di Universitas Paris.

Sejak masih kuliah Ignasius sering memberikan bimbingan rohani kepada teman-temannya. Di masa itu (bahkan sampai sekarang) tidaklah lazim apabila seorang awam mengajar spiritualitas; ia lalu  dicurigai sebagai penyebar bidaah (=agama sesat) dan dipenjarakan untuk sementara waktu  namun kemudian dilepaskan.  Kejadian itu tidak menghentikan Ignatius. “Seluruh kota tidak akan cukup menampung begitu banyak rantai yang ingin aku kenakan karena cinta kepada Yesus,” katanya.  

Di Paris Ignasius mengilhami tujuh mahasiswa (dua diantaranya adalah St. Fransiskus Xaverius dan St. Petrus Faber) untuk bersatu mengadakan ikatan. Mereka berjanji setia dan bersepakat untuk menyebarkan injil kepada mereka yang belum mengenal Kristus. Kelompok mereka ini kemudian menghadap Paus Paulus III dan menawarkan diri untuk menjalankan tugas apa saja. Bapa suci yang melihat semangat kerasulan mereka; dan pendidikan mereka yang tinggi akhirnya mengabulkan keinginan Ignasius dan kelompoknya. Bahkan lebih jauh lagi; Bapa Suci mentahbiskan mereka menjadi imam dan ikatan persaudaraan mereka dikokohkan menjadi Serikat  Rohaniwan. Serikat ini kemudian dinamakan Serikat Jesus dan mendasarkan diri pada tiga kaul yaitu : Kemiskinan, Ketaatan, dan Kemurnian; ditambah lagi dengan satu kaul khusus yaitu : Kesigapan untuk melaksanakan perintah Tahta Suci kapan saja dan dimana saja.

Selama 15 tahun sejak persetujuan paus itu Ignasius memimpin Serikat Jesus dari Roma. Ia meyaksikan perkembangan Serikatnya berawal dari 10 orang sampai menjadi lebih dari 1000 orang. Para Jesuit berkarya dari Eropa, Asia sampai ke Benua baru Amerika.  Saat ini para Jesuit memiliki lebih dari 500 Universitas dan Perguruan Tinggi, 30.000 anggota, dan mengajar lebih dari 200.000 siswa setiap tahun.

Seringkali Ignatius berdoa, “Berilah aku hanya cinta dan rahmat-Mu, ya Tuhan. Dengan itu aku sudah menjadi kaya, dan aku tidak mengharapkan apa-apa lagi.”

St. Ignatius wafat di Roma pada tanggal 31 Juli 1556. Ia dinyatakan kudus pada tahun 1622 oleh Paus Gregorius XV.

Saturday, July 30, 2022

Penyumbang Konsumsi Juli 2022

Kepedulian umat yang menyumbang snak dan menghadirkan masakan untuk makan malam di Domus Pacis Santo Petrus sungguh membuat para romo seperti masih berada di paroki. Setiap hari selalu ada yang datang di Domus mengantarnya. Semua itu membuat para romo tidak merasa tercerabut dari umat. Rm. Suntara sering berkata ketika berbicara romo-romo sepuh yang tidak bersedia tinggal di Domus : "Dha durung ngrasakke urip neng kene. Akeh sing nresnani. Nek kangelan ana karyawan sing mbantu lan nglayani. Kebutuhan kanggo wong tuwa akeh sing maringi" (Banyak yang belum merasakan hidup di sini. Banyak umat mencintai. Kalau mengalami masalah dan kesulitan ada karyawan yang membantu dan melayani. Untuk kebutuhan-kebutuhan kondisi kelansiaan banyak yang memberi). 


Memang, di Domus Pacis tidak ada aparat seperti Dewan Pastoral Paroki. Di Domus tidak ada tim kerja atau tim pelayanan seperti di paroki untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan ini dan itu. Tetapi di Domus para romo sepuh tidak mempunyai tugas seperti yang masih aktif. Maka ada yang bisa menjalani seperti koordinator tim paroki. Dalam hal ini Rm. Bambang bertindak seperti koordinator tim kerja. Yang menjadi tim kerja adalah Bu Titik dan Bu Rini, para relawan harian Domus. Kedua ibu ini punya jaringan penggerak umat yang bersedia rela peduli pada Domus Pacis Santo Petrus. Kemudian Rm. Bambang mendapatkan daftar nama dan nomor kontak HP para pemeduli. Dia setiap hari bertugas mengingatkan giliran mengantar snak atau masakan makan malam. Untuk bulan Juli 2022 yang menghadirkan snak dan masakan makan malam adalah sebagai berikut :

  • Snak : Ibu Joni, Ibu Kanti, Sdri. Lusi, Ibu Yeni, Ibu Cita, Ibu Gita, Ibu Tutik, Ibu Septi Astuti, Ibu Joko Sumadyono, Ibu Rini, Ibu Titik, Ibu Anna Jatmiko, Ibu Anis Sudono, Ibu Emma, Lingkungan Santa Chatarina Klaten, Ibu Teddy Janong, Ibu Endang Prayitno, Ibu Agus Lilik, Ibu Wayan, Ibu Watik, Ibu Mulyanto Stefanus, Ibu Friska, Ibu Harni, Ibu Yanti.
  • Masakan Makan Malam : Bapak Joko CS, Bapak Sugeng, Ibu Nadya, Sdr. Indra, Ibu Ambar, Ibu Indrasmini, Bu Soewoeh, Ibu Emmiliana Sri Pujiarti, Ibu Sri Purwaningsih, Ibu Lucy. Ibu Umi, Ibu Primitiva, Ibu Kimy Haryanto (Retha), Ibu Agnes Kadyartini, Ibu Panggung, Ibu Retno Willy, Eyag Wikuntoro, Ibu Eni, Ibu Ari, Ibu Wiwit, Ibu Rani Mastu, Ibu Ratih, Ibu Regina Eli, Ibu Rachel, Ibu Daruniah, Ibu Ninik Saut, Ibu Sumarah, Budhe Awiek, Ibu Titik Waluyanti, Ibu Ning Miduk, Ibu Rini, Ibu Yuli, Ibu Emi, Ibu Melly, Ibu Stephani, Ibu Yohanes Priyono.

Lamunan Pekan Biasa XVIII

Minggu, 31 Juli 2022

Lukas 12:13-21

13 Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku." 14 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?" 15 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." 16 Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. 17 Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. 18 Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. 19 Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! 20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? 21 Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, orang dapat bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ketika masih miskin dia akan mengokohkan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, dan papan.
  • Tampaknya, kalau kebutuhan dasar terpenuhi orang akan mengejar kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih dan makin tinggi. Hati orang juga bisa merasa nyaman kalau harta benda bertumpuk dan simpanan amat sangat besar serta segalanya terjaga keamanannya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun harta dan kekayaan amat berlimpah, itu belum tentu menjamin damai sejahtera dan bahkan bisa menjerumuskan orang ke dalam keterpurukan kalau hidupnya dikuasai oleh ketamakan jiwani. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan menghayati segala kepemilikan dalam kerangka solidaritas sosial.

Ah, yang jelas makin kaya orang akan makin tenang hidupnya.

Santo Petrus Krisologus

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 07 September 2013 Diperbaharui: 09 Juli 2015 Hits: 7175

  • Perayaan
    30 Juli
  •  
  • Lahir
    Tahun 380
  •  
  • Kota asal
    Imola, Italia
  •  
  • Wafat
  •  
  • 02 December 450 di Imola, Italia - Oleh sebab alamiah
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Petrus dilahirkan di sebuah kota kecil di Imola, Italia. Ia hidup pada abad kelima. Uskup Kornelius dari Imola membimbingnya dan mentahbiskannya sebagai seorang diakon. Bahkan sejak masih kanak-kanak, Petrus mengerti bahwa seseorang sungguh adalah seorang yang besar hanya jika ia dapat mengendalikan emosinya dan mengenakan semangat Kristus.

Ketika Uskup Agung Ravenna, Italia, wafat, Petrus ditunjuk oleh Paus St. Leo Agung untuk menggantikannya. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 433. Sebagai seorang imam dan uskup, St. Petrus berkarya secara efektif. Ia berjuang keras untuk menghapuskan kekafiran yang masih ada dalam keuskupannya. Ia membantu umatnya bertumbuh dalam iman.

Uskup Petrus menjadi terkenal sebagai seorang pengkhotbah. Sungguh, “Krisologus” artinya “perkataan emas”. Namun demikian, semua khotbah ataupun homilinya singkat saja. Ia khawatir para pendengarnya menjadi bosan. Di samping itu, khotbah-khotbahnya pun bukanlah sesuatu yang luar biasa istimewa ataupun indah. Namun, pesan-pesan yang disampaikannya jauh lebih berharga daripada emas. Ia berkhotbah dengan semangat begitu rupa hingga mampu menggugah hati para pendengar yang mendengarkannya dengan terpukau.

Dalam khotbah-khotbahnya, Uskup Petrus mendesak setiap orang untuk menerima Yesus sesering mungkin dalam Komuni Kudus. Ia ingin agar semua orang menyadari bahwa Tubuh Tuhan haruslah menjadi santapan setiap hari bagi jiwa. Uskup yang baik ini juga berjuang demi persatuan segenap anggota Gereja Katolik. Ia berusaha mengatasi segala kebingungan yang ada dalam umat tentang iman Katolik. Ia juga senantiasa mengusahakan damai.

St. Petrus Krisologus wafat pada tanggal 2 Desember 450 di kota kelahirannya, Imola, Italia. Oleh karena khotbah-khotbahnya yang mengagumkan, yang begitu kaya akan pengajaran, pada tahun 1729 Paus Benediktus XIII memaklumkan St. Petrus sebagai Doktor Gereja.

Friday, July 29, 2022

Melayat


"Romo, yen mangke wonten ingkang sela saget nyopiri kangge kula nginguk Rini?" (Romo, kalau nanti ada karyawan yang tidak repot apakah bisa mengantar saya dengan mobil untuk menengok Rini?) tanya Rm. Bambang kepada Rm. Hartanta pada waktu makan malam Kamis 28 Juli 2022. "Ana apa, ta?" (Rini ada apa?) sela Rm. Suntara yang langsung dijawab oleh Rm. Bambang "Kesripahan bojone" (Suaminya meninggal dunia). Dan Rm. Hartantapun juga langsung mengumumkan lelayu wafatnya Pak Winni, suami Bu Rini, kepada para romo di meja makan. Seusai makan Rm. Bambang masuk kamarnya untuk menyelesaikan kerjaan hari itu. Ketika keluar kamar Mas Siswanto berkata "Sing ndherekke Mas Hari, romo" (Yang akan mengantar adalah Mas Hari) dan langsung membantu Rm. Bambang mendorong kursi rodanya menuju tempat parkir. Ternyata Rm. Hartanta juga ikut. Sampai di kampung Beteng, Sleman, sudah ada banyak orang melayat. Tetapi jenasah Pak Winni, yang wafat di RS Panti Nugroho Pakem menjelang jam 15.00, baru datang kira-kira 15 menit kemudian. Banyak tetangga, umat Lingkungan, dan sanak keluarga yang hadir saat itu. Teman-teman peduli Domus seperti Bu Titik bersama anak cucu dan Mas Handoko dan istrinya juga datang. Bahkan kelompok jaringan Bonoharjo yang dikoordinasi Pak Sriyanto juga datang. Pak Tukiran bersama istri, Mbak Tri bersama suaminya, dan Mbak Sari ketiganya karyawan Domus, juga ada. Banyaknya pelayat malam itu membentuk kelompok-kelompok omong-omong. Bahkan ada kelompok yang berasal dari umat Katolik Lingkungan Sleman dengan khusuk melakukan doa bersama. 

Pada Jumat 29 Juli 2022 jam 09.27 Rm. Hartanta kirim WA ke Rm. Bambang "Nanti kita berangkat jam 11.15 ya". Ini adalah ajakan untuk ke rumah Bu Rini lagi. Maklumlah, ketika Pak Winni baru saja menghembuskan nafas terakhir, Mas Tian langsung menelpon Rm. Bambang. Selain memberi tahu wafat ayahnya, Mas Tian juga berbicara tentang Misa dan Pemberkatan jenasah. Disepakati yang akan dimohon memimpin adalah Rm. Hartanta. Rm. Bambang sanggup untuk bilang ke Rm. Hartanta. Misa Pemberkatan akan dilaksanakan pada jam 11.00 di esok harinya. Ternyata Rm. Hartanta yang dihubungi oleh Rm. Bambang lewat WA menjawab "Siappp" pada jam 16.45. Tetapi kemudian ada kontak telepon dengan Bu Rini yang meminta Misa dilakukan pada jam 12.00 agar sesudahnya bisa langsung ada proses upacara untuk menuju penguburan.

Jam 11.15 Rm. Hartanta sudah menyiapkan mobil dan Rm. Bambang juga sudah dikontak untuk berangkat bersama. Ternyata Rm. Suntara juga ikut pergi melayat. Dan seperti semalam sebelumnya, Mas Hari memegang stir. Perjalanan sekitar 25 menit sudah membawa rombongan kecil Domus Pacis St. Petrus sampai tempat pelayatan. Banyak pelayat sudah memenuhi sebagian besar kursi yang tersedia. Bahkan yang duduk di tikar di ruang dalam tempat peti jenasah juga sudah banyak pelayat. Mas Ardy, karyawan Domus, juga melayat bersama ibunya. Pada jam 12.00 persis Misa dimulai. Rm. Hartanta didampingi oleh 2 orang prodiakon berada di belakang meja yang dipakai sebagai altar. Umat Lingkungan Sleman duduk di sebelah timur altar menjadi kelompok kor. Rm. Hartanta tampak bersemangat dalam memimpin Misa termasuk pemberkatan jenasah. Seusai misa yang berjalan selama 55 menit Rm. Hartanta, Rm. Suntara, dan Mas Hari langsung pulang Domus. Rm. Bambang ikut upacara penguburan sampai di kuburan walau tetap berada dalam mobil keluarga Bapak Anto dan Ibu Eni. Keluarga ini mengantar Rm. Bambang sampai Domus Pacis pada jam 14.40.Beliau

Lamunan Pekan Biasa XVII

Sabtu, 30 Juli 2022

Matius 14:1-12

1 Pada masa itu sampailah berita-berita tentang Yesus kepada Herodes, raja wilayah. 2 Lalu ia berkata kepada pegawai-pegawainya: "Inilah Yohanes Pembaptis; ia sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya." 3 Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggunya dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya. 4 Karena Yohanes pernah menegornya, katanya: "Tidak halal engkau mengambil Herodias!" 5 Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut akan orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi. 6 Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah anak perempuan Herodias di tengah-tengah mereka dan menyukakan hati Herodes, 7 sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya. 8 Maka setelah dihasut oleh ibunya, anak perempuan itu berkata: "Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam." 9 Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya. 10 Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara 11 dan kepala Yohanes itupun dibawa orang di sebuah talam, lalu diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya. 12 Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis mengambil mayatnya dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahukannya kepada Yesus.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, karena mendapatkan kritik pedas dan menohok dari pejuang masyarakat, seorang penguasa dapat tidak mengakui kebaikan sang pejuang. Bahkan sang pejuang dapat dipandang berbahaya untuk kehidupan umum.
  • Tampaknya, sang penguasa bisa berusaha menghentikan gerak juang sang tokoh. Dia bisa merekayasa untuk menyingkirkannya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul dekat dengan kedalaman batin, sekalipun mampu menyingkirkan dan memusnahkan seorang pejuang kebaikan umum, hal itu justru menunjukkan adanya pengakuan dari sang penguasa akan daya kebaikan yang besar dari sang pejuang. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sadar bahwa daya kebaikan pejuang umum tak akan hilang sekalipun penguasa negara sudah membunuh tokohnya.

Ah, bagaimanapun juga berhadapan dengan penguasa kuat seorang pejuang kebaikan dapat menghentikan perjuangannya.

Santa Marta

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 07 September 2013 Diperbaharui: 01 Jun 2014 Hits: 11796

  • Perayaan
    29 Juli
  •  
  • Lahir
    Hidup abad pertama
  •  
  • Kota asal
    Bethany - Yerusalem - Israel
  •  
  • Wafat
  •  
  • Sekitar Tahun 80 - Sebab alamiah
    Makam diyakini berada di Tarascon Perancis
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Pre-Congregation

Marta adalah saudari Maria dan Lazarus. Mereka tinggal di sebuah kota kecil bernama Betania, dekat Yerusalem. Ketiga bersaudara itu adalah sahabat-sahabat Yesus. Yesus seringkali datang mengunjungi mereka. Sesungguhnya, dalam Injil dikatakan : Yesus mengasihi Marta, dan saudaranya Maria dan Lazarus.

Marta dengan senang hati melayani Yesus apabila Ia datang mengunjungi mereka. Suatu hari, Marta sedang menyiapkan makanan bagi Yesus dan para murid-Nya. Marta yakin bahwa tugasnya akan lebih ringan apabila saudarinya datang membantu. Ia melihat Maria duduk tenang dekat kaki Yesus, asyik mendengarkan Dia. “Tuhan, suruhlah dia membantu aku,” pinta Marta kepada Yesus. Yesus amat senang dengan semua layanan kasih sayang Marta. Tetapi, Ia ingin Marta tahu bahwa mendengarkan Sabda Tuhan dan berdoa jauh lebih penting. Jadi dengan lembut Yesus berkata kepadanya, “Marta, Marta engkau khawatir akan banyak hal, namun hanya satu saja yang perlu. Maria telah memilih bagian yang terbaik.”

Iman Marta yang mendalam kepada Yesus tampak nyata ketika saudaranya, Lazarus, meninggal. Begitu ia mendengar bahwa Yesus sedang dalam perjalanan menuju Betania, Marta pergi menyongsong-Nya. Ia percaya kepada Yesus dan dengan terus terang berkata : “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.” Kemudian Yesus mengatakan kepadanya bahwa Lazarus akan bangkit. Kata-Nya, “Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati. Percayakah engkau akan hal ini?" Dan Marta menjawab, “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkau-lah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.” Yesus mengadakan suatu mukjizat besar dengan membangkitkan Lazarus dari antara orang mati!

Sesudah kejadian itu, Yesus datang lagi dan makan bersama dengan Lazarus, Marta dan Maria. Seperti biasanya, Marta melayani mereka. Namun demikian, kali ini Marta melayani dengan sikap yang lebih tulus serta penuh kasih. Ia melayani dengan hati yang penuh sukacita. Cinta tulus kakak beradik ini kepada Yesus mereka buktikan sampai di puncak bukit Golgota, menunggui detik-detik terakhir wafat Yesus.

Ada beberapa legenda dan tradisi yang simpang-siur tentang kehidupan Marta dan saudara nya setelah kenaikan Yesus ke surga. Salah satu yang paling populer adalah legenda tentang makam St. Marta si Tarascon Perancis. Dikatakan bahwa Marta meninggalkan Yudea dan pergi ke Tarascon, Prancis. Ia melalui hari-harinya di desa tersebut dengan berdoa dan berpuasa sampai pada akhir hidupnya. Masih menurut legenda; Marta meninggal di Tarascon, dan dimakamkan di ruang bawah tanah Gereja Collegiate di Tarascon.

Thursday, July 28, 2022

Lansia Bongsari

Empatbelas orang lansia duduk di bangku dan kursi bagian barat ruang besar Domus. Ketika Rm. Bambang keluar dari kamar, beberapa orang berseru "Lho itu Romo Bambang". Mereka berdiri lalu menyalami. Salah satu berkata "Kesupen kalih kula nggih?" (Lupa dengan saya, ya?) yang dijawab oleh Rm. Bambang "Inggin, kesupen" (Ya, lupa). Ibu yang omong itu langsung berkata "Kula saking Kunden sedhereke Pak Kamto" (Saya dari Kunden kerabat Pak Kamto). Rm. Bambang langsung membayangkan dusun Kunden sebelah timur Sungai Opak dan Pak Kamto kerabatnya yang tinggal di Plered Bantul. Pada waktu itu bergantian muncul Rm. Yadi, Rm. Joko Sistiyanto, Mgr. Blasius, Rm. Ria, dan Rm. Harto Widodo. Sedang Rm. Hartanta adalah yang pertama menyambut mereka. Setiap ada romo muncul para tamu lansia itu berdiri menyalami. Setiap kali juga Rm. Hartanta berseru "Puuun, le salaman mangke mawon" (Bersalamannya nanti saja). Tetapi terutama yang ibu-ibu nekad saja maju berdiri dan bersalaman. Bahkan ketika Rm. Hartanta mulai berbicara memberikan kata-kata sambutan, ada ibu yang berdiri dan kesana kemari mengambil gambar dengan HP-nya. Dalam hati Rm. Bambang tertawa sambil berkata dalam hati "Lansia memang sulit diatur".


Itulah suasana kunjungan di Domus Pacis St. Petrus yang terjadi pada Selasa pagi 26 Juli 2022 dari 14 orang lansia Paroki Bongsari, Semarang Suasana yang spontan "saur manuk" (bersuara bersahutan) mewarnai pertemuan. Rm. Hartanta dalam kata pengantar menyilahkan Rm. Bambang untuk memandu omong-omong. Maka Rm. Bambang bertindak seperti menghadapi anak-anak. "Ayo, mau tanya apa?"yang disambut suara satu ibu "Nama romo-romo siapa?" dan Rm. Bambang langsung bersuara "Para romo, sebut nama. Urut dari selatan". "Saya Romo Yadi" suara Rm. Yadi muncul dan tiba-tiba ada suara tamu "Umur berapa?" yang langsung diputus oleh Rm. Bambang "Kosiiiiik. Saiki nama dhisik. Bar iki umur" (Nanti dulu. Sekarang nama lebih dahulu. Sesudah ini baru umur). Demikian para romo selalu menjawab dengan singkat terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul seperti nama, umur, asal, dan tempat karya terakhir. Dan setiap romo yang menjawab selalu tersela oleh suara ibu entah menyela dengan pertanyaan dan entah membandingkan dengan dirinya. Tetapi suasana yang seperti kacau-kancau ini menjadi keceriaan tersendiri karena setiap kali Rm. Bambang mengomentari dengan singkat terhadap komentar-komentar para tamu terutama ibu-ibu. Komentar singkat Rm. Bambang selalu berbelak menjadi kata-kata canda. Bahkan perkenalan dari para tamu malah terjadi di tahap akhir. Barangkali ini memang layak kalau lansia jumpa lansia. Usia termuda dari tamu adalah 67 tahun dan sudah ada yang di atas 82 tahun.

Lamunan Peringatan Wajib

Santa Marta, Maria, dan Lazarus

Jumat, 29 Juli 2022

Yohanes 11:19-27

19 Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya. 20 Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah. 21 Maka kata Marta kepada Yesus: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. 22 Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya." 23 Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit." 24 Kata Marta kepada-Nya: "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman." 25 Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, 26 dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" 27 Jawab Marta: "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, pada umumnya orang tidak mau mati. Kematian dipandang sebagai momok terbesar untuk menghayati hidup.
  • Tampaknya, orang ingin hidup selama mungkin dengan umur sepanjang mungkin. Apapun yang membahayakan hidup akan disingkiri dan disingkirkan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun hidup dunia selalu ada saatnya untuk berakhir, orang menghayati kehidupan sejati hadir dari kebersatuannya dengan Tuhan sehingga yang namanya kematian sebagai penutup kehidupan tidak ada karena itu adalah pintu masuk dalam kebersatuan penuh dengan-Nya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang menyadari bahwa dalam kebersatuan dengan Tuhan orang memperoleh anugrah kehidupan sehingga dalam Dia sebenarnya hanya mengalami kehidupan dan tak akan mengalami kematian.

Ah, mati itu ya mati sehingga hidup berhenti.

Beato Yohanes Soreth

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 06 Juli 2014 Diperbaharui: 06 Juli 2014 Hits: 4537

  • Perayaan
    28 Juli
  •  
  • Lahir
    Tahun 1420
  •  
  • Kota asal
    Caen, Normandy, Perancis
  •  
  • Wafat
  •  
  • Tahun 1471 di Angers, Perancis - oleh sebab alamiah
  •  
  • Beatifikasi
    Tahun 1865 oleh Paus Pius IX
  •  
  • Kanonisasi

Yohanes Soreth bergabung dengan Ordo Karmel pada usia relatif muda. Setelah meraih gelar doktor dari Universitas Paris, tahun 1438, berbagai jabatan penting diembannya. Ia menjadi Prior Provinsial Ordo Karmel Perancis tahun 1440-1451. Tahun 1451, ia diangkat menjadi Prior Jenderal Ordo Karmel. Mulai saat itu ia mempersiapkan jalan untuk pembaruan yang menyeluruh dalam ordo.

Soreth dikenal sebagai tokoh pembaharu. Ia menyebarkan semangat penghayatan hidup religius. Ia unggul dalam menafsirkan regula. Tahun 1462, ia membarui dan menerbitkan Konstitusi Ordo. Dengan persetujuan dan bahkan atas inisiatifnya, sejumlah rumah yang ada mengikuti pembaruan.

Ia juga dikenal sebagai seorang tokoh besar dalam Gereja Katolik karena membaharui kehidupan dan semangat Ordo Karmel (Ordo I). Soreth juga merintis dan memajukan Ordo II (para suster Rubiah Karmel), membentuk kelompok awam yang menghidupi semangat dan karisma Ordo Karmel (Ordo III).

Situasi yang sangat mempengaruhinya dalam kehidupan membiara adalah kemerosotan semangat hidup religius pada abad XIV. Ordo Karmel tak luput dari situasi ini. Kemerosotan penghayatan semangat Karmel menyangkut pula segi kehidupannya yang hakiki. Ada tiga hal penting yang mengalami penurunan dari semangat hidup ordo, yakni hidup doa, kemiskinan, dan kehadiran dalam acara bersama. Kemerosotan ini disoroti dalam pertemuan resmi ordo.

Pada zaman Renaisans terjadi kemerosotan moral kaum religius. Kemerosotan itu menimbulkan reaksi umat untuk melakukan pembaruan Gereja di kalangan atas dan anggotanya. Ordo Karmel bernasib baik zaman itu karena Sang Prior Jenderal memiliki jiwa pembaruan.

Usaha yang dilakukan Yohanes Soreth sebagai langkah awal adalah mengakhiri skisma di Provinsi Jerman. Pada saat yang sama ia meneguhkan pendirian Biara Mors. Selain itu, dia juga melakukan kunjungan kanonik ke seluruh Eropa dan menggerakkan berlakunya peraturan baru, baik dalam provinsi-provinsi maupun dalam biara-biara.

Setiap anggota menolak kenikmatan-kenikmatan duniawi dan semua keistimewaan yang ditawarkan melalui mitigasi. Semua anggota mengikuti acara komunitas secara bersama, seperti makan bersama, Misa, dan ibadat bersama. Ia juga menekankan bahwa setiap tamu biara diterima atas izin Prior.

Ia juga berusaha setia pada bentuk hidup yang mereka aktualisasikan. Usaha-usaha Soreth bermanfaat untuk melawan reformasi dan meningkatkan mutu hidup religius. Ia mengeluarkan konstitusi baru untuk memperbaiki peraturan religius dalam Ordo Karmel. Konstitusi baru yang disusun tetap berpijak pada semangat dasar. Namun, ia mengubah beberapa bagian yang dapat memperburuk penghayatan hidup religius, terutama dalam kemiskinan.

Dengan kata lain, ia tidak membatalkan kelonggaran dalam hal pantang dan puasa yang telah beberapa puluh tahun sebelumnya diberikan oleh Takhta Suci. Malah ia berusaha dengan sekuat tenaga meningkatkan semangat doa, memperjuangkan penghayatan kemiskinan secara merata, dan menekankan kebersamaan dan persaudaraan.

Paus melihat segala usaha yang dilakukan Yohanes. Paus ingin mengangkatnya sebagai kardinal. Tetapi, Yohanes menolak kehormatan itu dengan alasan ia menganggap usaha memperbaiki ordonya lebih berguna bagi Gereja saat itu.

Wednesday, July 27, 2022

Sekelumit Pengalaman Duda

Di dalam suatu kunjungan, ada seorang bapak yang duduk dekat dengan saya. Bapak itu berusia 82 tahun dan sudah 2 tahun menduda. Bapak itu berbicara dengan volume suara merendah barangkali karena karena ingin berbicara hanya dengan saya secara personal.

 

Bapak      Romo, saya ingin tahu dan belajar dari romo. Apa yang romo lakukan sehari-hari karena romo kok tampak hepi hepi saja?

Saya         Yang jelas saya sudah tak dapat tidur lama. Jam 01.00 saya biasa sudah terbangun.

Bapak      Saya juga, romo. Mengapa ya, kini tidur tidak seperti dulu tetapi rasanya sudah segar?

Saya         Katanya, itu disebabkan oleh fisik yang sudah tidak aktif seperti dulu. Kita sudah tidak banyak aktif menggunakan tenaga fisik.

Bapak      Dengan bangun sedini itu, apa yang romo lakukan?

Saya         Memang ada doa. Tetapi itu tidak bisa lama. Dulu ketika masuk rumah tua di Domus Pacis Puren, saya belajar menuliskan apapun yang saya pikir, apapun yang saya rasakan, dan apapun yang inginkan. Memang amat sulit. Hingga kini menulis setengah halaman saja membutuhkan waktu sekitar 30 hingga 45 menit. Saya bukan penulis. Saya lebih mudah jadi pembicara.

Bapak      Tetapi romo menghasilkan beberapa buku.

Saya         Ah, itu hanya kumpulan tulisan-tulisan kecil yang saya kumpulkan menjadi buku-buku tidak tebal. Isinya adalah pilihan dari tulisan-tulisan harian sesudah banyak bulan. Bayangkan, saya ajar menulis secara harian dari tahun 2011.  Yang jelas dulu saya dilatih oleh Rm. Agoeng untuk menggunakan e-mail, FB, BB, dan WA. Tulisan-tulisan kecil saya masukkan dalam Blog Domus. Tetapi dalam menjalani semua itu saya santai-santai saja, kok. Misalnya habis makan pagi ngantuk, saya ya langsung tidur. Saya juga biasa menonton sinetron-sinetron dalam TV.

Bapak      Yen ngaten sing pokok mengalir mawon nggih. Kula nggih kathah nandangi napa-napa piyambak. Saben enjing ndherek misa. Kula ajeg tumut senam lansia (Kalau begitu yang pokok mengalir saja, ya. Saya juga banyak mengerjakan apa-apa sendiri. Setiap pagi ikut misa. Saya ikut rutin senam lansia).

Saya        Di rumah dengan siapa, pak?

Bapak      Saya punya dua anak. Mereka tinggal sekota dan semua sudah berkeluarga. Mereka biasa menelpon saya. Saya menikmati hidup kok, romo. Makan selalu di luar misalnya pagi makan soto ha ha ha ….

Saya         Yang pokok dibuat nyaman-nyaman saja ya, pak.

Bapak      Betul, romo.

Lamunan Pekan Biasa XVII

Kamis, 28 Juli 2022

Matius 13:47-53

47 "Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. 48 Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang. 49 Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, 50 lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. 51 Mengertikah kamu semuanya itu?" Mereka menjawab: "Ya, kami mengerti." 52 Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya."

53 Setelah Yesus selesai menceriterakan perumpamaan-perumpamaan itu, Iapun pergi dari situ.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, untuk memahami Kitab Suci orang harus memperhatikan rumusan-rumusannya. Dia harus mengetahui maksud dan tujuan tempo dulu ketika ditulis.
  • Tampaknya, untuk makin mendalam pemahaman akan Kitab Suci orang juga akan mempelajari bahasa asli ketika ditulis. Dari situ orang akan mampu menjelaskan segala “dulu” yang melatarbelakangi bentuk dan gaya bahasanya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun Kitab Suci adalah warisan tempo dulu, seorang yang sungguh ahli Kitab Suci akan menghadirkan kajiannya juga berdasarkan pembicaraan dengan relung hati sehingga akan bisa menyajikan bagaimana dulu dan bagaimana kini bahkan juga kemungkinan mendatang dalam penghayatan hidup. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sadar bahwa Kitab Suci adalah landasan rohani penghayatan hidup yang selalu memiliki latarbelakang tempo dulu dan dilaksanakan di masa kini bahkan diantisipasikan ke masa depan.

Ah, bagaimanapun juga Kitab Suci adalah pegangan orang beriman untuk bisa hidup sepersis mungkin dengan pendiri pertama agama yang dipeluk.

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...