Saturday, April 30, 2022

Dana Tambahan Honor Karyawan April 2022

Ini sual honorarium untuk para karyawan. Bulan April 2022 membuat Rm. Hartanta, Direktur Domus Pacis St. Petrus, harus mengeluarkan anggaran ekstra melebihi bulan-bulan sebelumnya. Ini berkaitan dengan adanya Hari Raya Idul Fitri di permulaan bulan Mei 2022. Selain honor tetap bulanan, ada juga tambahan khusus untuk tunjangan Hari Raya. Selain tambahan pembayaran, Rm. Hartanta juga memberikan parcel yang dikemas dalam dos-dos Idul Fitri. Setiap karyawan yang masing-masing mendapatkan satu paket untuk keluarganya. Untunglah, cukup banyak warga Gereja yang menyumbang. Rm. Bambang mencatat ada 42 pengiriman. Paling tidak ada 140 orang yang terlibat ikut menyumbang, karena dalam PUPIP Ungaran ada 86 anggota dan Kelompok Yosefin ada 14 orang yang menyumbang. Sebenarnya masih ada 2 kelompok, yaitu Ibu-ibu Babadan dan Kelompok Kerahiman Mungkid, tetapi Rm. Bambang tidak mendapatkan data jumlah anggotanya. Secara keseluruhan dana yang diterima Domus ada sebesar Rp. 27.025.000.


Para penyumbang tersebut adalah sebagai berikut : Ibu Dicky; PUPIP Ungaran (86 org); Ibu Melly; Bp. Bambang Triono Cahyadi; Ibu Wartini; Ibu Lani Harsono; Ibu Maria Kristina Dannie; Ibu Yenyen; Ibu Anna Maria (Ibu-ibu Bernardus Babadan); Ibu Emiliana Kasmudjiastuti; Ibu Christine, Semarang; Ibu Tantiana Windy; Ibu Sri Purwaningsih; Ibu Yuliana Sutarni; Ibu Lanni Riyanto (d.a. MG Dwi Astuti / Bu Marcus Smg); Ibu Tri Nor Prasetyawan; Ibu Malya; Ibu Dewi Anggraeni; Ibu Wellanda; Ibu Mamik; Ibu Harno, Nanggulan; Ibu Sugono; Ibu Evy; Ibu Haryono; Pak Jono; Ibu Narto; Bapak Suwarno; Ibu Mrihadi; Ibu Yena; Ibu Bernadet Suwarni; Ibu Yuristianti; Ibu Chatarina Gunarti; Ibu ML Setiyani Indrawati; Amin Ganti Sudarmi; Kerahiman Ilahi Mungkid; Bp. PD Supriyadi; Ibu Endang W; Ibu Istiyono; Ibu Bambang Adi; NN; Ibu Astrid; Kelompok Yosefin, Paroki Medari (14).

Lamunan Pekan Paskah III

Minggu, 1 Mei 2022

Yohanes 21:1-19

1 Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. 2 Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. 3 Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. 4 Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. 5 Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada." 6 Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. 7 Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. 8 Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu. 9 Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti. 10 Kata Yesus kepada mereka: "Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu." 11 Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak. 12 Kata Yesus kepada mereka: "Marilah dan sarapanlah." Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan. 13 Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu. 14 Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.

15 Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." 16 Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." 17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku. 18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." 19 Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, ada gambaran orang lanjut usia itu sudah mengalami amat banyak pengalaman. Hal ini menghadirkan pandangan bahwa orang dengan usia lanjutnya masuk dalam masa kebijaksanaan.
  • Tampaknya, dengan gambaran menjadi sosok banyak pengalaman kaum lansia dapat menjadi penasihat ulung bagi generasi yang lebih muda. Bahkan lansia bisa merasa diri dan bahkan dipandang menjadi sosok panutan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun dengan panjangnya usia bisa mengalami amat banyak pahit manisnya kehidupan, orang baru sungguh menghayati kelansiaannya kalau bisa mengekang kemauannya bertindak hanya berdasarkan kehendak sendiri dan bisa ikhlas berada dalam tuntunan yang muda. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati seorang lansia akan tetap menjalani pembelajaran hidup dengan ikhlas berguru pada yang muda.

Ah, bagaimanapun juga makin banyak usinya orang akan makin hebat menjadi tempat mencari tuntunan hidup.

Santo Paus Pius V

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 01 Desember 2014 Diperbaharui: 04 Desember 2014 Hits: 7205

  • Perayaan
    30 April
  •  
  • Lahir
    17 January 1504
  •  
  • Kota asal
    Bosco, Lombardy, Italy
  •  
  • Wafat
  •  
  • 1 Mei 1572 di Roma, Italy
    Dimakamkan di the chapel of San Andrea, Saint Peter’s basilica, Vatican City
  •  
  • Beatifikasi
    1 Mei 1672 oleh Paus Klemens X
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • 22 Mei 1712 oleh Paus Klemens XI

Paus yang kudus ini dilahirkan di Italia pada tahun 1504. Ia dibaptis dengan nama Antonius Ghislieri. Antonius sungguh ingin menjadi seorang imam, tetapi tampaknya angan-angannya itu tidak akan pernah menjadi kenyataan. Orangtuanya miskin. Mereka tidak punya cukup uang untuk menyekolahkannya.

Suatu hari, dua orang imam Dominikan datang ke rumahnya dan bertemu dengan Antonius. Para imam itu amat suka kepadanya hingga mereka bersedia mengurus pendidikannya. Demikianlah, pada usia empat belas tahun, Antonius bergabung dalam Ordo Dominikan. Ia memilih nama “Mikhael”. Setelah menamatkan studinya, ia ditahbiskan sebagai imam. Kemudian ia ditahbiskan pula sebagai uskup dan kardinal.

Dengan gagah berani ia mempertahankan ajaran-ajaran Gereja dari mereka yang berusaha menentangnya. Ia senantiasa hidup dengan bermatiraga. Ketika usianya enam puluh satu tahun, ia dipilih menjadi paus. Ia memilih nama Paus Pius V. Dulu ia seorang bocah penggembala domba yang miskin. Sekarang ia adalah pemimpin tertinggi Gereja Katolik di seluruh dunia. Walaupun demikian, paus tetap rendah hati dan sederhana seperti sedia kala. Ia masih mengenakan jubah Dominikan-nya yang putih, jubah tua yang selama ini dikenakannya. Dan tak seorang pun dapat membujuknya untuk menggantinya.

Paus Pius V harus menghadapi banyak tantangan. Ia menimba kekuatan dari salib Yesus. Setiap hari ia merenungkan sengsara dan wafat Kristus. Ia membuka banyak Seminari baru, merevisi brevir, dan buku katekismus baru diterbitkan. Yayasan-yayasan didirikan untuk menyebarkan Iman dan melestarikan ajaran Gereja. Paus Pius V membangun rumah-rumah sakit dan menggunakan kas kepausan untuk merawat orang miskin.

Pertempuran Lepanto - Santa Maria Ratu Rosari

Pada masa itu, Gereja Kristus sedang dilanda ancaman besar dari bangsa muslim Turki yang ingin menguasai Eropa dan memusnahkan Kekristenan. Bapa Suci memberi peringatan kepada para raja dan pangeran di Eropa mengenai situasi bahaya yang sedang mengancam, namun saat itu tak seorang pun yang mempedulikannya.

Ketika Jenderal La Valette yang hebat itu mempertahankan Malta dari serangan bangsa Muslim Moor, tak seorang pun yang membantunya kecuali Paus Pius V yang mengirimkan uang dari Kas Vatikan untuk mempertahankan benteng Kristen yang penting tersebut. Ketika bangsa Turki berhasil dipukul mundur, Raja Turki, Selim II, mempersalahkan Paus dan menyatakan perang terhadap Italia dan mengancam akan menghancurkan setiap kota di Italia.

Menghadapi ancaman demikian, Paus Pius V memerintahkan setiap Gereja di Italia untuk mengadakan devosi selama 40 jam. Raja Selim II menertawakan cara paus menghadapi ancaman pertempuran seperti itu. Tapi setelah banyak tertawa, 3 hari kemudian Selim II wafat secara mendadak.

Kematian Selim II rupanya tidak menghentikan rencana invasi bangsa Turki ke Italia. Para panglima Turki : Müezzinzade Ali Pasha, Suluc Mehmed Pasha dan Uluç Ali Reis tetap memimpin armada perang dan bergerak menuju Italia. Paus Pius V kembali harus memohon pada para penguasa di Eropa agar bahu-membahu menghadapi ancaman ini. Para penguasa Kristen di Eropa kemudian membentuk sebuah aliansi untuk menghadapi ancaman ini. Armada perang Kristen yang terbentuk dari aliansi ini dipimpin oleh Don Luis de Requesens dan Don Álvaro de Bazán dari Kerajaan Spanyol, dan Gianandrea Doria dari Genoa. Ikut pula seorang pangeran muda dari Austria yang juga adalah adik tiri dari Raja Spanyol; bernama Don John of Austria.

Meskipun Don John belum berpengalaman, namun Paus Pius V mengangkatnya sebagai panglima dari Armada perang Kristen tersebut. Kepadanya Bapa Suci berkata: “Pergilah anakku, karena aku tahu Tuhan akan memberimu kemenangan. Rosario akan menjadi keselamatan bagi kita!”

Bapa Suci kemudian memberkati kapal-kapal dan seluruh armada diserahkan di bawah perlindungan Bunda Maria Ratu Rosario. Semua yang ada di kapal menerima komuni kudus setiap hari dan berdoa rosario berkali-kali dalam sehari.

Pada bulan Oktober 1571 armada perang Turki yang luar biasa besar berlayar menuju Eropa. Sasarannya adalah menaklukkan Italia, menduduki kota Roma dan menghancurkan kekristenan. Don John dan para komandannya segera menyongsong mereka. Kedua armada perang ini bertemu di suatu wilayah yang disebut Lepanto, dekat Yunani, dan terjadilah pertempuran laut yang sangat dahsyat yang saat ini dikenang dengan nama "Pertempuran Lepanto". Kekuatan kedua belah pihak sangat tidak seimbang dan armada perang Turki jauh lebih unggul. Turki memiliki 251 kapal perang dan 31.490 orang tentara, sedangkan armada Kristen hanya memiliki 212 kapal perang dan 28.500 orang tentara (Sumber : Wikipedia).

Sejak armada Kristen keluar menyongsong musuh, lonceng-lonceng Gereja diseluruh Italia terus menerus dibunyikan pada jam-jam tertentu. Para imam akan mengumpulkan segenap umatnya dan bersama-sama mereka berdoa rosario. Paus Pius V masuk kapel pribadinya dan tetap tinggal di sana sambil terus berdoa rosario.

Dalam peperangan, Don John tetap menyuruh anak buahnya bertempur sambil berdoa rosario. Dan hasilnya sungguh sangat luar biasa. Dari sudut pandang sebagai manusia, kemenangan bagi armada Kristen adalah sesuatu yang mustahil. Namun selama pertempuran berlangsung; Bapa Suci dan semua orang Katholik bersama-sama menggempur surga dengan doa rosario yang tanpa henti. Armada Kristen yang tak berdaya dengan jumlahnya yang jauh lebih kecil, sepertinya akan disapu bersih oleh armada musuh yang jumlahnya jauh lebih besar. Namun tiba-tiba bertiuplah angin dengan kencang dan membawa gelombang laut yang amat besar ke arah armada Turki. Satu demi satu kapal perang Turki pecah dan tenggelam ditelan ombak raksasa yang datang bersama angin kencang tersebut. Ketika para panglima Turki menyadari bahwa armada perang Kristen tengah dilindungi oleh sebuah Kekuatan yang tidak terlihat; mereka kemudian pontang-panting melarikan diri dan meninggalkan armada mereka yang porak-poranda.

Hasil pertempuran Lepanto tercatat; dari pihak Turki 20.000 orang mati, terluka dan tertawan, 137 kapal direbut, 50 kapal tenggelam dan 10.000 orang tawanan Kristen (yang dijadikan para pendayung) dibebaskan. Dari pihak Kristen tercatat 7.500 orang mati dan 17 kapal hilang (Sumber : Wikipedia).

Pertempuran Lepanto yang bersejarah itu terjadi pada siang hari minggu tanggal 7 Oktober. Seharusnya berita kemenangan ini baru sampai di Roma dalam beberapa hari kemudian; tapi pada siang itu juga di Italia, tiba-tiba Paus Pius V mengakhiri doa rosarionya dan keluar dari kapel pribadinya dengan wajah yang penuh syukur. Ia memanggil mereka yang berada di sekitarnya dan berseru : “Cepat kemari! Ini bukan waktunya untuk bekerja. Marilah kita bersyukur kepada Allah Yang Maha Kuasa karena armada laut kita telah memperoleh kemenangan yang besar…!”

Dua minggu kemudian ketika Panglima Don John of Austria tiba di Roma untuk membawa berita gembira tersebut, ia terkejut saat diberitahu bahwa bapa suci telah mengumumkan berita kemenangan tersebut pada siang hari tanggal 7 Oktober 1571.  

Sebagai ungkapan terima kasih kepada Bunda Maria, St. Pius V menetapkan Pesta Maria Ratu Rosario yang kita rayakan setiap tanggal 7 Oktober.

Paus Pius V wafat di Roma pada tanggal 1 Mei 1572 dan dinyatakan kudus dua abad kemudian oleh Paus Klemens XI.

Friday, April 29, 2022

Kerutinan itu Juga Keramat

diambil dari https://unio-indonesia.org/minggu-paskah-iii-c-1-mei-2022-yoh-211-19; ilustrasi dari koleksi Blog Domus

Minggu Paskah III/C – 1 Mei 2022 (Yoh 21:1-19)


KEMBALI KE HIDUP SEHARI-HARI

Baru saja kita rayakan Paskah Kebangkitan Kristus dan penebusan umat manusia. Juga kita dengar Yesus meniupkan Roh Kudus kepada murid-muridnya. Hikmatnya juga ikut menyegarkan batin. Tetapi sekarang kita kembali ke hidup sehari-hari: mencari nafkah, memikirkan keluarga, masa depan, karier, pergaulan dengan sejawat. Rasa-rasanya kok kita kembali seperti dulu, sama saja. Apa arti kebangkitan dan kata-kata indah sebangsanya? Jawaban bagi serangkaian pertanyaan ini sebetulnya digarap dalam Yoh 21:1-19 yang dibacakan pada hari Minggu Paskah III tahun C.

KEMBALI KE RUTIN

Demikian juga yang dipikirkan para murid Yesus. Memang mereka berbesar hati. Namun orang tidak bisa terus-menerus berbesar hati. Yesus sudah bangkit dan tidak diragukan lagi. Semua percaya. Lalu? Iman bukan dapur ajaib yang asapnya bisa berkepul terus. Iman tidak menggebah pergi begitu saja kesulitan rumah tangga, tidak menjawab semua soal di kantor. Memang seminggu sekali kita biasa ziarah ke oasis rohani sejam, pulang dibekali kata-kata dan gagasan indah mengenai iman yang mestinya membikin orang ulet dan tahan banting. Tapi kalau sungguh dibanting beneran apa betul-betul bertahan? Dan berapa lama?

Itulah sebabnya setelah beberapa waktu Petrus mengambil keputusan, “Aku mau pergi menangkap ikan.” (Yoh 21:3). Dan maksudnya menangkap ikan sungguhan, bukan ikan kiasan, bukan manusia-manusia yang akan dikumpulkan dan diajarinya tentang Yesus. Ia mau kembali bekerja seperti dulu. Kan masih punya kepiawaian sebagai pebisnis ikan danau. Dan pengalaman mengikuti Yesus dan menyaksikan hal-hal hebat dulu itu rasa-rasanya sudah jadi lembaran hidup yang mesti ditutup. Bisa diceritakan kepada orang banyak, tapi sudah selesai. Keadaan sudah berubah. Juga murid-murid lain yang disebut dalam ayat 2 berpikiran sama. Bertujuh mereka kembali ke pekerjaan mereka. Mumpung masih punya relasi. Paling tidak kan bisa kembali bekerja pada Firma Zebedeus & Sons di utara. Dan Yerusalem? Hanya kenangan manis yang makin lirih kedengarannya.

Mengapa dipakai sebutan “kedua anak Zebedeus”, dan bukan Yakobus dan Yohanes begitu saja? Tentunya untuk mengingatkan pembaca, kedua murid ini dulu mulai ikut Yesus ketika masih bekerja dalam perusahaan ikan milik ayah mereka itu (Mat 4:21 dan Mrk 1:19-20). Petrus dan Andreas katakan saja mitra usaha Zebedeus & Sons ini (Mrk 1:16-20; Luk 5:10). Tuan Zebedeus memiliki pekerja-pekerja upahan (Mrk 1:20). Istrinya, Salome, dulu mengurus kebutuhan sehari-hari Yesus (Mrk 15:40-41). Jelas keluarga itu cukup berada. Tak heran, sebagai ibu dari kalangan terhormat, Ny. Zebedeus pernah memintakan kedudukan khusus bagi kedua anaknya di kanan kiri Yesus (Mat 20:20-21) dan mereka berdua sendiri memang menyatakan keinginan seperti itu (Mrk 10:37). Bagaimanapun juga perusahaan itu sambungan nafkah mereka sekarang. Dan bertujuh mereka membangun bisnis perikanan lagi, syukur dengan mitra-mitra baru.

YESUS DALAM HIDUP SEHARI-HARI

Penampakan yang dikisahkan dalam Yoh 21 lain dari yang lain justru karena terjadi ketika murid-murid sudah kembali ke kehidupan biasa, mencari nafkah, meniti hari demi hari. Mereka sudah tidak lagi sempat memikirkan lagi apa itu kebangkitan atau mengingat-ingat yang diajarkan guru mereka dulu.

Kali ini Yesus memperlihatkan diri kepada murid-murid dalam kehidupan sehari-hari mereka. Seandainya para murid itu pemilik lahan pertanian, Yesus datang berdiskusi mengenai masalah agrobisnis, seandainya mereka itu pengajar, Yesus akan hadir dalam pembicaraan soal teologi, seandainya mereka pemilik bengkel, bisa jadi malah Yesus datang minta dicek mobilnya kok gasnya sudah tidak galak lagi. Ini kedengaran seperti khotbah yang melulu mau membumi-bumikan Injil. Tidak! Ini menampilkan kembali yang mau dikatakan penulis Yoh 21 sendiri. Penjelasannya? Yesus mendatangi murid-muridnya dalam kehidupan mereka yang nyata. Ia masuk dalam urusan mereka. Murid-murid semalaman bekerja dan sedikit hasilnya, malah kata penulis Injil “tidak menangkap apa-apa”. Dan hari mulai siang. Murid-murid melihat ada orang berdiri di pantai. Seperti seorang pemantau keadaan danau. Dan begitulah perkiraan para murid. Orang itu menunjukkan tempat yang ada ikannya. Maklum, tempat seperti itu lebih kelihatan bila diamati dari jauh. Ada tanda-tandanya: burung, air beriak, tanya saja kepada mereka yang ahli. Dan orang itu memberi aba-aba supaya jala ditebar di tempat yang ada ikannya. Yesus yang menampakkan diri kepada para penangkap ikan itu berlaku sebagai orang dari perusahaan perikanan mereka. Ia memberi tahu mereka agar menebar jala ke arah kanan (Yoh 21:6). Yesus masuk ke dalam urusan dan kehidupan mereka sebelum mereka mengenalinya. Hanya satu dari mereka yang menyebut diri “murid yang dikasihi Yesus” melihat siapa sebenarnya orang itu. Memang sejak melihat kafan dan penutup muka di makam yang kosong (Yoh 20:8), pikirannya tak lepas lagi dari gurunya itu. Ia melihatnya ada di mana-mana dan ingin mempersaksikannya kepada orang-orang di dekatnya. Kali ini ia memberi tahu Petrus yang juga langsung mengerti. Petrus pun mengenakan kembali pakaian luar yang tadi dilepaskan (Yoh 21:7) dan datang kepada Yesus. Bukan maksudnya seperti abdi dalem sowan kraton pakai jas beskap menyandang keris segala. Di sini pakaian membuat sosok orang dikenali. Agak idiomatik cara bicaranya. Maksudnya, Petrus datang kepada Yesus untuk memperkenalkan diri. Bukan Petrus yang dulu, tetapi yang sudah kembali ke hidup sehari-hari itu. Ia mau tahu apa Tuhan mau menerimanya kembali dalam keadaannya yang sekarang ini.

Di pantai Yesus sudah menyiapkan ikan dan roti. Mereka hanya diminta menambah lauk dari tangkapan mereka yang melimpah itu. Maklum “ikan” (ayat 10, Yunaninya “opsarion”) di situ juga berarti makanan yang dipakai lauk, dalam hal ini kebetulan ikan. Pembaca kisah ini akan teringat episode Yesus memberi makan lima ribu orang dengan roti dan lauk ikan dalam Yoh 6:1-15. (Dalam Mat 14:13-21; Mrk 6:32-44 dan Luk 9:10-17 dipakai kata “ikan” yang biasa, “ikhtus”, tapi jelas memang untuk lauk.) Waktu itu murid-murid ini ikut membagikan makanan tadi. Kini mereka ikut berbagi makanan di tengah-tengah kegiatan mereka sehari-hari.

Penulis Injil menyebut tak ada yang berani bertanya siapakah dia itu karena tahu bahwa ia itu Tuhan (Yoh 21:12). Ada suasana keramat. Mereka sadar Tuhan di situ. Tak perlu macam-macam. Bila diakui kehadirannya, yang keramat akan memberi ketenangan. Kalau bertanya-tanya bisa jadi ia akan melejit pergi. Murid-murid diam. Paham. Yesus mendatangi mereka membagi makanan, memberikan dirinya yang keramat ke dalam hidup sehari-hari, dan murid-murid membawakan tambahan ikan sebagai lauk, sebagian hasil jerih payah keringat mereka. Dan ini membuat hidup berlanjut terus. Ini ujud hubungan dengan Yesus dalam dunia sehari-hari.

PENUGASAN PETRUS

Bagian kedua bacaan ini memuat kisah Yesus menugasi Petrus untuk mengurusi domba-domba miliknya (Yoh 21:15-19). Bila dibaca dengan saksama, dalam ayat 15 dan 17 Petrus diminta Yesus agar terus memberi makan domba-dombanya (bentuk kata kerja Yunaninya menyarankan tindakan memberi makan yang terus menerus dijalankan, “…tetaplah memberi makan domba-dombaku!”) dan dalam ayat 16 ia diminta agar memelihara terus domba-domba itu (Yunaninya “…teruskan menggiring domba-dombaku!). Bukan wewenang menjadi gembala, melainkan permintaan agar menjamin domba-domba itu tetap terpelihara, tidak terlantar dan selalu terlindung dari bahaya. Gembala domba-domba itu Yesus sendiri, sang “gembala baik” (Yoh 10:11,14). Lawan gembala baik bukan gembala jahat melainkan “orang upahan” yang akan lari bila ada bahaya (Yoh 10:12). Gembala yang baik itu kini mencarikan orang yang mengurusi domba-dombanya karena ia sendiri berhalangan, antara lain karena pergi kepada Bapa untuk menyiapkan tempat di atas sana bagi semua. Orang yang diminta mengurus ini ditanya apa betul-betul “mengasihiku lebih dari orang-orang itu” (Yoh 21:15-17; mengasihi di sini maksudnya setia, loyal). Tiga kali, berarti amat resmi, dan bersinggungan dengan tugas keramat. Menilik konteksnya, yang dimaksud “orang-orang itu” tentunya orang-orang yang tak berloyalitas seperti halnya orang upahan, bukan para murid lain. Petrus dan orang-orang seperti dia diminta mengurusi domba-domba Yesus, bukan dijadikan pemilik baru. Seandainya Yesus mengalihkan kepemilikan, pembicaraannya mengenai dirinya sebagai gembala baik akan kehilangan integritas. Siapa Petrus itu sekarang bukan pokok yang disorot. Yang sebaiknya diresapi ialah kegembiraan batin karena sadar Yesus tidak membiarkan domba-dombanya terlantar, tak terurus, terancam.

KEDUDUKAN YOH 21 DALAM INJIL YOHANES?

Umumnya para ahli berpendapat bahwa Injil Yohanes berakhir dengan Yoh 20:30-31 yang memang berperan sebagai kata penutup. Tetapi masih ada kelanjutannya, yakni Yoh 21, yang barusan dibicarakan, dan yang juga berpenutup, yaitu Yoh 21:24-25. Bagaimana penjelasannya? Yoh 21 ditambahkan oleh muridnya? Pembicaraan ini takkan ada habisnya. Tidak ada petunjuk pasti bahwa ditulis bukan oleh pengarang yang sama atau berbeda. Bagi kita sekarang, lebih bermanfaat mendalami kekayaan yang termuat dalam Yoh 21. Yesus yang telah bangkit itu tidak hanya tinggal di atas sana, melainkan mendatangi orang-orangnya dalam urusan masing-masing. Ia memasuki kehidupan kita. Dan oleh karenanya orang-orangnya menerima hidup baru. Satu hal lagi. Murid-murid membawakan tambahan bagi kebersamaan ini, ikan untuk lauk, dari tangkapan yang banyaknya 153 ekor ikan besar itu. Tak perlu kita telusuri panjangnya sejarah tafsir angka-angka itu. Paling membantu boleh jadi keterangan St. Hironimus. Angka itu mewakili semua jenis ikan yang dikenal para nelayan waktu itu. Dapat kita lanjutkan gagasan ini. Tangkapan yang menyeluruh yang dibawakan kepada Yesus itu menambah kebersamaan dan membawa orang mengakui keramatnya kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

Salam hangat,

A. Gianto

Lamunan Pekan Paskah II

Sabtu, 30 April 2022

Yohanes 6:16-21

16 Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu 17 dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka, 18 sedang laut bergelora karena angin kencang. 19 Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka. 20 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Aku ini, jangan takut!" 21 Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui.

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, orang dapat merasa hidup dalam keadaan baik kalau bisa tenang tanpa gangguan. Hidupnya selalu selaras sesuai dengan yang biasa berjalan.
  • Tampaknya, hal-hal yang tidak seperti biasa bisa dianggap sebagai gangguan. Hal asing bisa dianggap berbahaya mengancam kehidupan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun hal-hal tak seperti biasa kerap dipandang berbahaya mengganggu ketenangan, orang justru mendapatkan ketenangan karena keberanian berhadapan dengan tantangan bahkan ancaman sebagai buah kesadarannya ada dalam penyertaan Tuhan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan berada dalam ketenangan sejati meskipun berhadapan dengan yang mengganggu ketenangannya.

Ah, yang membuat takut itu mengganggu hidup maka harus disingkirkan atau disingkiri.

Santa Katarina dari Siena

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 1 Agustus 2013 Diperbaharui: 15 Oktober 2020 Hits: 31959

  • Perayaan
    29 April
  •  
  • Lahir
    25 March 1347
  •  
  • Kota asal
    Siena, Tuscany, Italy
  •  
  • Wafat
  •  
  • 29 April 1380 di Roma, Italia | karena penyakit misterius
    Dimakamkan di Gereja Santa Maria Sopra Minerva di Roma Italia
  •  
  • Kanonisasi
  •  
  • Juli 1461 oleh Paus Pius II

Katarina dilahirkan pada tahun 1347. Santa yang termashyur ini adalah pelindung Italia, tanah airnya. Katarina adalah anak bungsu dalam keluarga yang dikaruniai dua puluh lima anak. Ayah dan ibunya menghendaki agar ia menikah dan hidup bahagia. Tetapi, Katarina hanya ingin menjadi seorang biarawati. Untuk menyatakan tekadnya, ia memotong rambutnya yang panjang dan indah. Ia ingin menjadikan dirinya tidak menarik. Orangtuanya amat jengkel dan seringkali memarahinya. Mereka juga menghukumnya dengan memberinya pekerjaan rumah tangga yang paling berat. Tetapi Katarina pantang menyerah. Pada akhirnya, orangtuanya menyerah dan memperbolehkan Katarina menjadi anggota Ordo Ketiga Dominikan

Engkau bagaikan misteri yang dalam sedalam lautan; semakin aku mencari, semakin aku menemukan, dan semakin aku menemukan, semakin aku mencari Engkau. Tetapi, aku tidak akan pernah merasa puas; apa yang aku terima menjadikanku semakin merindukannya. Apabila Engkau mengisi jiwaku, rasa laparku semakin bertambah, menjadikanku semakin kelaparan akan terang-Mu. ~ St. Katarina dari Siena.


St. Katarina seorang yang amat jujur dan terus terang di hadapan Yesus. Suatu ketika ia bertanya kepada-Nya, “Di manakah Engkau, Tuhan, ketika aku mengalami cobaan yang begitu mengerikan?” Yesus menjawab, “Puteri-Ku, Aku ada dalam hatimu. Aku membuatmu menang dengan rahmat-Ku.”

Suatu malam, sebagian besar penduduk Siena ke luar ke jalan-jalan untuk suatu perayaan. Yesus menampakkan diri kepada Katarina yang sedang berdoa seorang diri dalam kamarnya. Bersama Yesus, datang juga Bunda Maria. Bunda Maria memegang tangan Katarina lalu memberikannya kepada Putra-nya. Yesus menyematkan sebentuk cincin di jari tangan Katarina dan ia menjadi pengantin-Nya. Sejak saat itu Katarina mulai menerima penglihatan tentang neraka, api pencucian, dan surga.

Pada masa itu, Gereja mengalami banyak sekali masalah. Banyak pertikaian terjadi di seluruh Italia. Katarina menulis surat-surat kepada para raja dan ratu. Ia bahkan datang menghadap para penguasa agar berdamai dengan paus dan mencegah peperangan. Katarina meminta paus untuk meninggalkan Avignon, Perancis dan kembali ke Roma untuk memimpin Gereja. Ia mengatakan bahwa itulah yang dikehendaki Allah. Bapa Suci mendengarkan nasehat St. Katarina serta melakukan apa yang dikatakannya.

Katarina tidak pernah lupa bahwa Yesus ada dalam hatinya. Melalui dia, Yesus memelihara orang-orang sakit yang dirawatnya. Melalui dia, Yesus menghibur para tahanan yang dikunjunginya di penjara. Santa besar ini wafat di Roma pada tahun 1380. Usianya baru tiga puluh tiga tahun. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Pius II pada tahun 1461. Pada tahun 1970, Paus Paulus VI mengangkatnya sebagai Doktor Gereja. St. Katarina menerima kehormatan besar ini karena ia melayani Gereja Kristus dengan gagah berani sepanjang masa hidupnya yang singkat.

Thursday, April 28, 2022

Juga Pakai Keliru

Misa Komunitas Domus Pacis St. Petrus dijadualkan setiap hari pada jam 18.00. Tetapi ketepatan tampaknya tidak pernah terjadi. Mungkinkah hal ini dikarenakan para romo Domus sudah diwarnai oleh kondisi disabilitas? Mungkinkah kelansiaan juga ikut menentukan munculnya ketidaktepatan? Sekalipun jadual Misa jam 18.00, jam 17.20 para romo biasa sudah siaga. Maka paling lambat jam 17.50 sudah mulai. Ketidaktepatan berkaitan dengan pembacaan Tata Perayaan Ekaristi juga tak jarang muncul. Kadang ada yang kelompatan. Kadang ada yang harusnya tidak didaraskan tetapi diucapkan. Dalam hal ini Rm. Bambang justru mengangkat berbagai ketidaktepatan menjadi kelucuan. Dia sering berpikir kelirunya lansia itu seperti perbuatan tak tepat atau keliru seperti yang dilakukan anak kecil. Maka pasthi menyenangkan karena lucu.

Sebenarnya secara umum segala ketidaktepatan tak pernah menjadi persoalan. Apalagi selama Misa ada yang satu atau beberapa yang sering mengantuk bahkan tertidur. Tetapi tidak demikian dengan Rm. Suntara. Beliau selalu terjaga dan selalu sadar kalau terjadi kesalahan. Kalau ada yang membuat kekeliruan Rm. Suntara akan bereaksi. Beliau akan membuat gerakan bibir atau mata memberi informasi kepada Rm. Bambang, kalau Rm. Bambang pas tidak tertidur. Rm. Suntara juga sering bereaksi dengan saling pandang dengan salah satu relawan. Dalam hal memimpin Misa, Rm. Suntara biasa tenang kalau Rm. Hartanta dan Rm. Bambang yang mendapatkan giliran. Bagi Rm. Suntara kedua romo ini masih segar dan bisa tepat dengan Tata Perayaan Ekaristi. Meskipun demikian ketika memimpin Misa pada Selasa 26 April 2022, Rm. Bambang merasakan keanehan. Ketika usai mengucapkan "Tuhan Kasihanilah Kami", Rm. Bambang memulai pendarasan "Kemuliaan". Suara peserta Misa jelas terdengar kecuali Rm. Suntara. Maka tahulah Rm. Bambang bahwa ada kekeliruan. Ketika makan malam Rm. Bambang bilang kepada Rm. Suntara "Aku mau kleru nganggo 'Kemuliaan' ya?" (Aku tadi keliru pakai 'Kemuliaan' ya?). Rm. Suntara menanggapi "Kemuliaan ki mung oktaf Paskah" (Kemuliaan hanya diucapkan pada harian oktaf Paskah).

Lamunan Peringatan Wajib

Santa Katarina dari Siena, Perawan dan Pujangga Gereja

Jumat, 29 April 2022

Yohanes 6:1-15

1 Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. 2 Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. 3 Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. 4 Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. 5 Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" 6 Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. 7 Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." 8 Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: 9 "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" 10 Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. 11 Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. 12 Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang." 13 Maka merekapun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. 14 Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia." 15 Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri. 

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, kebutuhan dasar pangan, sandang, papan, bisa dipakai untuk mengukur taraf ekonomi orang. Kalau kebutuhan itu sudah tidak merisaukan, orang dapat dinilai sudah kecukupan.
  • Tampaknya, orang juga dapat disebut kekurangan kalau yang dimiliki sangat tidak memadahi untuk memenuhi kebutuhannya. Berhadapan dengan keadaan seperti ini ada yang bilang “cari bantuan dana” atau “kurangi kebutuhannya”.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, meskipun banyak orang menilai kekurangan atau kelebihan ditentukan oleh perbandingan persediaan dan kebutuhan, hal itu tidak akan menjadi kegelisahan bagi yang biasa mensyukuri sekurang apapun persediaan yang ada padanya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang dalam kekurangannya justru bisa mengalami berbagai kelebihan karena hidupnya dikuasai rasa syukur dan berterima kasih terhadap keadaan apapun yang dihadapi.  

Ah, kalau nyatanya kekurangan yang harus mengadakan mencari dana.

Wednesday, April 27, 2022

Beato Luchesius

diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 04 April 2016 Diperbaharui: 18 Jun 2017 Hits: 5864

  • Perayaan
    28 April
  •  
  • Lahir
    Sekitar tahun 1180
  •  
  • Kota asal
    Poggibonsi, Umbria, Italia
  •  
  • Wafat
  •  
  • 28 April 1260 di Poggibonsi, Umbria, Italia - Sebab alamiah
  •  
  • Beatifikasi
    Tahun 1273 oleh Paus Gregorius X
  •  
  • Kanonisasi

Luchesio Modestini awalnya adalah seorang pedagang di kota kecil Poggibonzi, Tuscania, Italia. Seperti kebanyakan pedagang, Luchesio begitu terobsesi untuk mengumpulkan banyak uang. Ketamakannya membuat ia dikenal sebagai seorang yang rakus dan pelit. Isterinya, Buonadonna, juga bersifat demikian. Dikemudian hari, rahmat Tuhan menyentuh hati Luchesio. Ia menjadi sadar bahwa selama ini ia telah melupakan keselamatan jiwanya. Ia telah hidup demi mengejar harta duniawi yang tidak dapat dibawa ke dalam kehidupan kekal. Kata-kata Yesus bergema dalam hatinya :

Maka Luchesio pun mulai berubah. Ia bertekad untuk mempersembahkan sisa hidupnya kepada Yesus. Ia juga berhasil menginsyafkan isterinya untuk mulai berubah dan mengikuti cara hidupnya yang baru. Setiap hari orang akan melihat suami-isteri pedagang yang terkenal pelit ini hadir dalam misa kudus di gereja. Luchesio dan Buonadonna juga membuat penduduk kota Poggibonzi terheran-heran ketika mereka mulai membagi-bagikan sedekah kepada para fakir miskin dan mengerjakan banyak karya amal.

Karena khawatir dapat jatuh kembali kedalam ketamakan, mereka memutuskan untuk meninggalkan dunia bisnis. Luchesio dan Buonadonna lalu menjual semua harta mereka dan membagi-bagikannya kepada orang-orang miskin. Mereka hanya menyisakan sebidang tanah kecil yang kiranya cukup untuk menopang kehidupan mereka. Luchesius beralih profesi menjadi seorang petani sederhana dan menggarap lahannya dengan kedua-tangannya sendiri.

Pada waktu itulah Santo Fransiskus dari Asisi datang dan berkotbah di Tuscania. Kotbahnya tentang pertobatan begitu memukau, sehingga setelah ia selesai berkotbah, banyak orang ingin meninggalkan semua harta duniawinya dan masuk biara. Tetapi Santo Fransiskus menasihati mereka untuk tetap hidup sesuai dengan panggilan hidup mereka. Ia sudah berpikir untuk memberi mereka peraturan khusus yang dapat membimbing mereka untuk hidup melayani Tuhan dengan sempurna sambil tetap hidup di dunia ramai.

Dalam lawatannya ke Tuscany, Santo Fransiskus menyempatkan diri untuk mengunjungi Luchesius di Poggibonzi. Luchesius dan isterinya sudah dikenal oleh sang santo ketika ia membeli bahan bangunan untuk gereja yang sedang diperbaikinya. Santo Fransiskus sangat bergembira mendapati orang yang dahulu begitu rakus kini telah berubah. Di hadapan Santo Fransiskus, Luchesius meminta petunjuk agar ia dan isterinya dapat menjalani hidup di dunia ini dengan lebih berkenan pada Tuhan.

Santo Fransiskus lalu menerangkan kepada mereka perihal rencananya untuk mendirikan sebuah ordo bagi kaum awam. Menurut tradisi, seketika itu juga Luchesius dan isterinya meminta untuk diterima dalam ordo tersebut. Karena itulah Luchesius dan Buonadonna disebut sebagai anggota perdana dari Ordo Pertobatan, atau yang dikemudian hari dikenal sebagai Ordo Ketiga Fransiskan (Tertiaris Fransiskan atau disebut juga Ordo Fransiskan Sekular).

Regula (aturan hidup) yang diberikan oleh santo Fransiskus bagi para Tertiaris perdana ini amat sederhana. Pada 1221 regula bagi para tertiaris ini diperbaharui oleh Kardinal Hugolino dalam rumusan-rumusan hukum. Dan pada tahun yang sama Paus Honorius III menyetujui aturan hidup ini. Karena inilah tahun 1221 sering dinyatakan sebagai tahun berdirinya Ordo Ketiga Fransiskan.

Setelah Luchesius mengenakan jubah Tertiaris Fransiskan yang berwarna abu-abu itu, dia pun dengan cepat maju dalam kehidupan rohaninya. Dia menjalankan laku silih dengan keras sebagai tanda pertobatan. Ia sering berpuasa dengan hanya makan roti dan minum air putih. Ia tidur pada lantai kasar, dan dalam setiap kegiatannya ia selalu membawa Tuhan di dalam hati.

Kemurahan hatinya pada orang-orang miskin tidak mengenal batas. Pada suatu hari tidak tersisa sepotong roti pun bagi ia dan isterinya. Ketika masih juga seorang miskin datang, ia meminta isterinya untuk mencari makanan apa saja yang bisa mereka berikan kepada orang miskin ini. Buonadonna kalut dan menyalahkan Luchesius.

“Matiraga!”, umpat sang isteri. “Hal itu telah membuatmu gila. Kita terus saja membagi-bagikan makanan sehingga tidak ada lagi yang tersisa. Kini kita sendiri yang harus kelaparan..”.

Dengan lemah lembut Luchesius meminta isterinya untuk kembali ke ruangan tempat mereka menyimpan bahan makanan. Betapa takjubnya Buonadonna ketika mendapati ruangan yang tadinya kosong kini penuh dengan roti kualitas terbaik. Sejak saat itu Buonadonna seakan berlomba dengan suaminya dalam menjalankan laku silih, matiraga dan karya amal. Luchesius kemudian diberkati Tuhan dengan karunia ektase rohani, levitasi dan penyembuhan.

Ketika suatu wabah penyakit berkecamuk di Poggibonzi dan daerah sekitarnya, Luchesius pergi ke sana dengan seekor keledai yang penuh dengan bahan makanan dan obat-obatan untuk orang-orang sakit. Ketika semua yang dibawanya tidak cukup untuk semua orang, dia mengemis di pinggir jalan demi kepentingan mereka yang menderita itu.

Pada suatu hari Luchesius menggendong seorang cacat yang sakit, yang ditemukannya di pingir jalan. Seorang pemuda urakan berpapasan dengannya dan dengan nada mengejek bertanya, “Iblis malang macam mana pula yang kau gendong itu?” Dengan tenang Luchesius menjawab, “Saya sedang menggendong Tuhanku Yesus Kristus.” Seketika itu juga wajah pemuda itu rusak bentuknya, dan ia menjadi bisu. Dengan penuh penyesalan dia menjatuhkan diri di kaki Luchesius. Dengan tanda Salib, Luchesius memulihkannya dan ia pun dapat berbicara lagi.

Suatu saat Luchesius terbaring dalam keadaan sakit keras. Ia dapat merasakan bahwa waktunya untuk berpulang sudah tiba. Saat ia hendak berpamitan kepada isterinya, Buonadonna berkata kepadanya, “Mohonlah kepada Tuhan, yang telah menganugerahi kita untuk saling mendampingi dalam hidup, semoga ia mengijinkan kita untuk bersama-sama kembali kepadaNYA.”

Luchesius pun berdoa seperti yang diminta, dan beberapa saat kemudian, Buonadonna tiba-tiba jatuh sakit. Setelah dengan khusuk menerima sakramen ekaristi dan minyak suci, Buonadonna meninggal dunia mendahului suaminya. Beberapa waktu kemudian, tepatnya pada tanggal 28 April 1260, dengan senyum kebahagiaan Luchesius menutup matanya untuk selama-lamanya.

Banyak mujizat dilaporkan terjadi di makamnya di gereja Fransiskan di Poggibonzi. Penghormatan yang terus menerus pada dirinya mendapat pengukuhan dari gereja saat ia digelari Beato (yang terberkati) pada tahun 1273 oleh Paus Gregorius X.

Rencana Syawalan


Rm. Bambang masuk dalam salah satu grup WA yang namanya WADis. Ini adalah WA yang anggotanya kaum disabel tuna daksa. Rm. Bambang memang pernah ikut amat aktif di kalangan angkatan muda cacad tubuh pada tahun 1974-1988. Bahkan dia pernah menjadi ketua Bhakti Nurani, angkatan muda cacad tubuh, mulai tahun 1978. Maka ketika menghubungi beberapa mantan anggota, Rm. Bambang dimasukkan dalam WADis oleh Mas Ispono, salah satu admin. Grup WA ini cukup hidup dengan adanya relasi dihital antar para anggotanya. Selama masa Puasa Ramadhan banyak ucapan selamat saur dan berbuka puasa muncul. Aneka kulinerpun mewarnai. Tetapi peristiwa Pekan Suci juga muncul ucapan-ucapan apalagi pada Trihari Suci. Antar anggota yang berbeda agama saling mengucap selamat dan saling merespons penuh aura persahabatan. 

Pada Minggu 24 April 2022 jam 09.20 WADis terisi oleh berita khusus. Dimulai dengan tayangan gambar yang disampaikan oleh Mbak Tutik dengan narasi "Di RUMAH ROMO". Dalam gambar itu tampak Rm. Bambang duduk di tengah dan Mbak Tutik di kirinya serta Mbak Ida di kanannya. Dari pesan Mbak Tutik bermunculan tanggapan-tanggapan dari Mas Urip, Mbak Lusi, Mbak Meita, Mas Kusnawan, Mas Broto, Mas Sulistyo, dan Mbak Emiliana. Mereka saling tanya dan Mbak Tutik menjawab berkali-kali. Gambar-gambar lain juga muncul. Sebenarnya pada hari itu ada pertemuan kecil bersama Rm. Bambang di Domus Pacis St. Petrus. Yang datang adalah Mbak Tutik, Mbak Ida, Mas Ispono, Mbak Widi, Mas Andre, dan istrinya Mas Andre. Bu Rini, relawan Domus, juga ikut karena membantu khusus untuk beberapa keperluan. Pertemuan ini membicarakan rencana kumpul-kumpul para disabel yang menanggapi ajakan Rm. Bambang besok pada Minggu 15 Mei 2022. Dari omongan pertemuan kecil ini disetujui bahwa pertemuan 15 Mei 2022 akan menjadi Syawalan Bersama Persaudaraan Disabel dengan Para Romo Sepuh Domus Pacis St. Petrus. Bu Rini akan mengusahakan hadirnya organ tunggal dan seorang ustaz untuk mengisi acara disamping tampilan-tampilan spontan dari teman-teman disabel.

Lamunan Pekan Paskah II

Kamis, 28 April 2022

Yohanes 3:31-36

31 Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya. 32 Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorangpun yang menerima kesaksian-Nya itu. 33 Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar. 34 Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. 35 Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. 36 Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya."

Butir-butir Permenungan

  • Tampaknya, pada umumnya umat Katolik tahu kalau pada bagian penutup Misa imam menutup dengan kata-kata perutusan misalnya “Marilah kita pergi, kita diutus”. Setiap pengikut Kristus memang harus menjadi utusan.
  • Tampaknya, merujuk pada amanat Tuhan Yesus, orang-orang Kristiani pada umumnya tahu Tuhan mengutus umat untuk memberitakan Injil. Secara kongkret hal ini berarti umat harus mesra dengan Kitab Suci yang diyakini sebagai firman Tuhan dan berusaha memahami dan syukur banyak menghafal.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun banyak hafal dan memahami Kitab Suci serta giat mengajar agama, kalau tidak biasa memesrakan diri dengan relung hati orang bisa jatuh ke anggapan segalanya adalah karena kepintarannya dan bukan sebagai karunia karya Roh Kudus. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati dalam setiap omongan dan tindakan orang sadar sebagai tanda dan sarana tersampaikannya sabda dan karya Tuhan.

Ah, untuk jadi utusan ilahi orang harus menguasai ilmu keagamaan.

Peringatan Arwah Tiga Rama

Hajatan yang diselenggarakan di Domus Pacis memang sudah dimulai dan kemudian menjadi kebiasaan. Itu terjadi sejak masih berada di Puren Pri...