Sabtu, 29 Januari 2022
Markus 4:35-41
35 Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang." 36 Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. 37 Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. 38 Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" 39 Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. 40 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" 41 Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?"
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, orang beragama dapat yakin bahwa Tuhan amat mengasihi manusia. Tuhan tak pernah abai pada nasib manusia.
- Tampaknya, keyakininan seperti itu membuat orang Jawa berkata “Gusti mboten saré”. Tuhan selalu berjaga untuk menjaga manusia.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun tidak tidur bisa jadi tanda berjaga, kesejatian berjaga dan menjaga ada dalam diri orang yang memiliki keheningan hati yang menghadirkan perasaan tenang sehingga dalam tidurpun ada kepenuhan aura keberjagaan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang bisa mengalami ketenangan batin sekalipun berada dalam situasi dan kondisi ribut dan mengancam hidup.
Ah, bagaimana bisa tenang kalau hidupnya amat terancam?
No comments:
Post a Comment