Friday, January 21, 2022

Syukur 41 Tahun Tahbisan

Hari ini saya teringat hari Rabu 22 Januari 1981. Waktu itu, bersama Rm. Kartasudarma dan Rm. Heruyanto, saya menerima tahbisan imamat dari tangan almarhum Rama Justinus Kardinal Darmojuwana. Tetapi kondisi saya berbeda dengan Rm. Karta dan Rm. Heru. Kedua rama itu hingga ini masih berkarya di Paroki, Rm. Karta di Paroki Kartasura dan Rm. Heru di Paroki Gamping. Dulu saya lebih berada dalam karya kelembagaan misioner sejak tahun 1983 dari Komisi Karya Misioner Keuskupan Agung Semarang lalu ditambah Karya Kepausan Indonesia Keuskupan Agung Semarang, dan kemudian ditambah lagi dengan Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner. Karya kelembagaan itu saya emban selama 27 tahun dan kemudian, sesudah berhenti, saya langsung masuk rumah sepuh para rama praja Keuskupan Agung Semarang sejak 1 Juli 2010. Sesudah 10 tahun di Domus Pacis Puren, Pringwulung, mulai dengan 1 Juni 2021 saya menjadi salah satu penghuni rumah rama sepuh Domus Pacis Santo Petrus, Kentungan.

Berkaitan dengan usia imamat ke-41 ada hal yang amat mewarnai perasaan bahkan hati saya. Hal itu bermula dari kata-kata Rm. Agoeng yang pernah menjadi salah satu pengurus Domus Pacis Puren. Menjelang 30 Januari 2011 saya ditanya oleh Rm. Joko Sistiyanto yang diserahi mengurus kehidupan harian Domus. Rm. Joko tanya mau menu apa untuk santapan 30 Januari itu. Pada waktu itu semua rama Domus makan dan minum sendiri-sendiri di kamar masing-masing. Untuk para rama yang berulang tahun disediakan menu sesuai permintaan. Pada waktu itu saya minta untuk makan siang bersama. Ketika Rm. Joko terkejut, saya menangkap anggaran tidak cukup kalau ada menu khusus untuk rama-rama serumah apalagi harus bersama karyawan. Tetapi saya hanya minta nasi disediakan dan untuk lauk saya akan menyediakan. Dan pada siang hari tanggal 30 Januari 2011 ada makan siang bersama para rama, karyawan Domus, dan bahkan juga para karyawan Kantor Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Semarang yang berada di kompleks Domus Pacis Puren. Suasana makan bersama sungguh meriah penuh keakraban dan kegembiraan. Sesuai makan siang Rm. Agoeng berkata "Nembe sepisan niki onten nedha sareng ing Domus" (Saya baru sekali ini mengalami makan bersama di Domus). 

Pada 30 Januari 2011 itu saya persis berusia 60 tahun. Saya resmi masuk golongan kaum lanjut usia (lansia). Sebagai lansia saya berada di rumah tua. Berdasarkan omongan Rm. Agoeng di atas, saya merasa ketika "lahir sebagai lansia", saya bersama "kelahiran Domus Pacis sebagai Komunitas" karena sesudah itu kebersamaan para rama makin berkembang hingga menjadi bagian dari umat dan komunitas-komunitas Gereja di luar Domus. Di rumah tua saya sungguh sadar akan ketuaan dan kelansiaan saya. Kesadaran ini entah bagaimana membuat saya berjuang untuk makin menghayati keceriaan sebagai orang-Nya Tuhan Yesus Kristus. Atas pertimbangan dari Rm. Agoeng saya makin memperhatikan pastoral bersama kaum lansia. Sebagai orang yang ada di rumah tua, saya memang hanya sedikit mengalami hubungan tatap muka langsung dengan umat umum. Hal inilah yang tampaknya menjadi kekuatiran dan ketakutan para rama lansia untuk bersedia tinggal di Domus Pacis. Di sini saya teringat oleh kata-kata "menjadi lansia itu kepastian, tetapi menjadi lansia ceria itu adalah pilihan). Saya merasa bahwa pilihan menjadi lansia ceria membutuhkan kesadaran yang membuat selalu berada dalam posisi ulah batin lewat omongan dengan relung hati. Kalau ini terjadi pada diri saya, saya merasa ada keterbukaan diri terhadap bimbingan Roh. Bukankah setiap orang adalah bait Allah (bandingkan 1Kor 6:19)? Dan di rumah para rama sepuh Domus Pacis ini saya merasa bisa gembira dan bahagia mengalami kurnia Roh berupa kesempatan fasilitas melimpah dengan tak omong bibir dalam kamar. Dengan diam itu saya dapat mengomongkan segalanya kepada Tuhan dalam hati, baik singkat-singkat seperti kirim WA maupun dalam kesempatan khusus dalam lamunan doa. Entah bagaimana kurnia ini membuat saya, cocok atau tak cocok, ikut terlibat sekalipun hanya kecil dalam kehidupan bersama. Bukankah "kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama" (1Kor 12:7)?

1 comment:

  1. Berkah Dalem Gusti, rama Bambang..rahayu langkung nyawiji kaliyan sabda Dalem. Kula tansah nyadhong donga tuwin pangestu..

    ReplyDelete

Rm. Vikjen Menginap Domus

Pagi itu, ketika waktu makan Sabtu 14 September 2024, suasana makan sungguh terisi banyak tawa. "Alatnya benar atau salah?" tanya ...