Sebenarnya acara yang terjadi pada Sabtu pagi 29 Januari 2022 sudah terdengar 2 mingguan lalu. Sebenarnya pada hari itu di sore hari di Domus Pacis Santo Petrus sudah ada acara khusus, yaitu ulang tahun imamat Rm. Harto ke 38. Maka Rm. Hartanta memberi tahu para rama dan karyawan bahwa pada Sabtu 29 Januari 2022 akan ada pesta 2 kali. Untuk yang acara pagi hingga siang ada panitia khusus. Pada suatu hari panitia itu datang di Domus menjumpai Rm. Hartanta, Direktur Domus, untuk bertanya ini itu. "Ketingale panitiane mboten mung sepisan nggih le mriki?" (Tampaknya panitia itu tak hanya sekali datang ke sini ya?) tanya Rm. Bambang kepada Rm. Hartanta ketika sedang makan pagi Sabtu tanggal 29 Januari. Terhadap pertanyaan itu Rm. Hartanta menjawab "Inggih, ping tiga" (Betul. Tiga kali). Pagi itu Rm. Hartanta juga memberi pengumuman kepada para rama tentang acara dari Universitas Katolik Atmajaya. Acara rombongan dari pagi hingga siang akan terdiri dari 3 macam : jam 10.00 kunjungan, jam 10.45 Misa dipimpin Bapak Uskup, sesudah itu makan siang. Di ruang TV Domus memang sudah disiapkan meja-meja dari catering yang dipakai oleh Atmaja Jaya. Sedang acara Misa untuk ulang tahun imamat Rm. Harta akan dimulai pada jam 17.00 atau 05.00 sore.
Jam 09.50 Sabtu pagi itu para tamu sudah datang. Ternyata mereka adalah aparat Yayasan Slamet Riyadi Yogyakarta dan staf rektorat Universitas Atmajaya Yogyakarta. Yayasan Slamet Riyadi adalah yang menaungi Atmajaya Yogyakarta. Rm. Gitowiratmo, yang sudah datang cukup awal dan mampir kamar Rm. Bambang, menjadi salah satu di antara rombongan. Beliau menjadi petugas pastoral di Universitas itu. Selain Rm. Hartanta sebagai Direktur Domus Pacis St. Petrus, para rama Domus yang ikut menyambut adalah Rm. Yadi, Rm. Harto, Mgr. Blasius, Rm. Tri Wahyono, dan Rm. Bambang. Acara pertama adalah temu kunjungan yang terjadi di ruang besar bagian barat. Rm. Hartanta membuka pertemuan dengan memberikan informasi tentang jumlah rama sepuh dan karyawan di Domus. Kemudian Rm. Yadi diminta oleh Rm. Hartanta untuk mewakili para rama Domus memberikan sambutan. Dari pihak tamu, Pak Andreas meminta Rm. Gito maju berbicara. Beliau menyampaikan latarbelakang dan proses pembangunan Domus Pacis St. Petrus termasuk filosofi yang melatarbelakangi. Maklumlah Rm. Gito dulu yang diminta Bapak Uskup untuk melaksanakan pembangunan rumah para rama sepuh yang kemudian diberi nama Domus Pacis St. Petrus.
Pada jam 10.22 dibuka kesempatan bagi para tamu untuk bertanya langsung kepada para rama. Muncullah pertanyaan tentang bagaimana para rama bisa gembira di dalam gedung yang dipandang ada dalam kesunyian. Rm. Gito meminta Rm. Bambang untuk menjawab. Namun Rm. Bambang memberikan waktu kepada Rm. Yadi untuk mensharingkan pengalamannya. Rm. Yadi pada pokoknya mengatakan bahwa yang paling pokok menerima realita apapun yang dihadapi. Kemudian menyusul Mgr. Blasius berbicara. Beliau menekankan yang membuat gembira adalah bersyukur terhadap apapun yang dihadapi. "Rama Bambang kok malah ora njawab. Ayo saiki kowe" (Ternyata Rm. Bambang malah tidak memberi jawaban. Sekarang kamu) kata Rm. Gito kepada Rm. Bambang. Kemudian Rm. Bambang berkata "Aku ora isa nampa keadaan je. Mula aku selalu berjuang entuk luwih apik" (Aku tidak bisa menerima keadaan. Maka aku selalu berjuang mendapatkan yang lebih baik). Rm. Bambang kemudian berbicara tentang kondisi snak, makan malam, sampai ikut mencari tambahan dana untuk honorarium karyawan. Dari sini muncul relawan-relawati snak, makan malam, dan dana karyawan. Pada jam 10.40 acara kunjungan ditutup dan diteruskan Misa di kapel yang dipimpin oleh Mgr. Rubi sebagai selebran utama dan Rm. Gitowiratmo sebagai selebran pendamping. Makan bersama di ruang besar Domus menyusul sesudah Misa. Katanya masih ada acara rapat intern.
No comments:
Post a Comment